Casme, atau dikenal dengan nama Eşme, adalah kota pesisir dan pusat administrasi distrik dengan nama yang sama di ujung paling barat Turki. Kota dengan luas 260 kilometer, menjadi kota yang akan mereka tuju.
"Boleh saya tau nama Anda, Tuan?" tanya Aishe tiba-tiba.
"Diego."
Diego? Bukan Diego yang itu kan?
"Diego Gulbahr? Apa itu Anda?"
Diego memandang Aishe beberapa saat, lalu menoleh ke samping. Ia seperti enggan menjawab pertanyaan Aishe, dan lebih memilih melihat sebuah pulau yang semakin dekat di sebelah barat.
Diego Gulbahr, seorang pengusaha besar di negara Turki. Keturunan ke tiga dari pendiri BIN Bank. Bank swasta terbesar yang ada di negara Turki. Siapa yang tidak mengenal nama Diego di dunia bisnis?
Hanya saja, nama itu seakan lenyap lima tahun belakangan ini. Kabar tentang presdir dari BIN Grup hampir tidak terdengar, bahkan muncul di media. Seakan lenyap, bersamaan dengan berita kecelakaannya lima tahun lalu.
Menurut kabar terakhir yang beredar, kecelakaan itu membuat Diego Gulbahr harus meninggalkan kursi presdir, dan posisinya diganti oleh pamannya.
Lantas, sefatal apa kecelakaan yang dia alami?
Speed boat berhasil menepi di dermaga Casme, berjejer dengan speed boat lain, yang datang menepi lebih dulu. Aishe tidak henti-hentinya bersyukur. Setelah 59 hari perjuangannya untuk hidup, akhirnya dia berhasil tiba di kota.
Dua orang pria terlihat berdiri di ujung dermaga dengan memegang sebuah kursi roda. Pada saat itu, Aishe sempat mengira, bahwa kursi roda itu disiapkan untuknya.
Namun yang sebenarnya terjadi ….
Speed boat telah menepi dengan sempurna, dua orang yang ada di kapal langsung membopong tubuh tubuh Diego, dan menurunkannya ke kursi roda. Pemandangan itu membuat Aishe tidak dapat berkata-kata.
Dia … lumpuh?
"Pesan hotel, baju, dan makan!" ucap Diego tanpa menoleh memandang lawan bicaranya.
Sesampainya di kamar hotel. Aishe memutuskan untuk pergi mandi terlebih dahulu. Membasuh tubuh yang hampir 2 bulan tidak pernah terguyur air tawar.
Luka-luka di tubuh Aishe terlihat jelas, begitu ia membuka semua pakaiannya. Luka robek pada paha bagian luar, lengan, punggung, juga di pipi sebelah kiri. Semua lukanya beragam, ada yang melintang sepanjang 3 centi, ada juga yang lurus, tapi melebar.
Semua luka-luka di tubuhnya, tidak seperih kenyataan yang harus dia hadapi. Dibunuh oleh tunangannya, terjebak di pulau kosong selama 2 bulan. Pengalaman itu, dirasa lebih perih dan menyakitkan.
Dia mengambil bathrobes dan memakainya. Menutupi rambut panjangnya dengan handuk dan menggulungnya ke atas. Lalu keluar kamar mandi dengan wajah segar.
Harum gurih nan manis, langsung menyapa indra penciumannya begitu keluar dari kamar mandi. Entah sejak kapan, beberapa makanan lezat dan menggoda itu, tersedia di atas meja.
Seperti anak kucing yang kelaparan. Aishe langsung melahapnya tanpa permisi. Dia bahkan tidak peduli akan penampilannya saat makan. Memasukkan, mengunyah, memasukkan lagi … hingga semua yang ada di meja habis tidak tersisa.
Perutnya telah terisi penuh, otaknya pun mulai mencair dan bekerja. Memikirkan banyak hal yang akan dia lakukan setelah ini.
Langkah apa selanjutnya?
Dia bilang, aku dikabarkan tewas tenggelam. Namun kenyataannya, aku masih hidup.
Lalu, siapa yang meninggal?
Tidak, tidak! Aku perlu memastikan sesuatu.
Aishe berlari keluar kamar. Menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari sesuatu. Pandangannya lantas terfokus pada dua orang pria yang berdiri di kamar samping. Dia pun segera menghampiri mereka untuk menanyakan keberadaan Diego.
Dua orang itu diam tak memberinya jawaban, tapi salah seorang dari mereka, bergerak membuka pintu.
Seorang pria sedang duduk di kursi roda, menghadap ke kaca lebar, yang menyajikan pemandangan laut penuh pesona. Pria itu langsung memutar kursi roda, begitu Aishe masuk ke dalam ruangan.
"Ma-af mengganggu, Tuan. Boleh aku meminta bantuanmu?" tanya Aishe setengah memohon.
"Katakan!"
"Boleh aku meminjam ponsel, laptop, atau apapun itu yang bisa mengakses internet? Aku ingin mencari tau sesuatu."
Tatapan Diego masih fokus memperhatikan Aishe. Goresan di wajah, luka di tangan, dan kaki. Terlihat begitu jelas saat seluruh tubuh Aishe di bersihkan.
"Ashan, bawa ponselmu!" teriak Diego lantang, yang langsung mendatangkan seorang pria yang tadi berdiri di luar.
"Ya, Tuan."
Setelah mendapatkan sebuah ponsel. Aishe tidak mau membuang waktu lagi, dan bergegas mencari informasi tentang dirinya.
Betapa terkejutnya ia, kala membaca sebuah artikel tentang berita kematiannya.
Mayatnya saja tidak ketemu, bagaimana mereka bisa menyiarkannya begitu saja?
"Tidak, ini bohong! Aku harus kembali ke kota dan menjelaskan semuanya!" gumam Aishe.
Tunggu!
Aku tidak punya cukup bukti tentang kejahatan Farhan. Aku juga telah dianggap mati oleh semua orang. Lalu bagaimana ini?
...-TBC-...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
𖤍ᴹᴿˢ᭄°Riyantiʰⁱᵃᵗ 🦋ιиɑ͜͡✦ᴳ᯳ᷢ
minta bantuan aja sama Diego, siapa tau dia mau bantu balas dendam ke farhan
2024-12-03
1
enur .⚘🍀
buat lah kekuatan dulu ,biar jika mencyduk Farhan ny gak nanggung 🤭
2024-11-17
0
Ririn Satkwantono
sdh aishe.... ngrawat si diego aja, napa.... hehehe
2024-05-07
0