Pagi ini masih terasa melelahkan. Seperti hari kemarin, kami berangkat untuk melakukan aktifitas masing-masing. Hutan sudah terlewati, tapi tak ada siapapun yang mengamati kami.
Sesampainya di sekolah, ada hal yang membuat kami terkejut. Banyak warga berkerumun di sana. Akupun segera masuk untuk mencari tahu yang sebenarnya. Nisa, aku melihatnya, dan segera ku mendekati.
"Pagi, Nis!" sapaku yang langsung membuatnya terkejut, hampir melompat.
"Pagi, Key. Kamu baru datang?"
"Iya, memang ada apa?"
"Sekolah diliburkan hari ini. Ada kakak kelas kita yang meninggal di aula. Bunuh diri katanya."
"Apa? Tapii....", ku hentikan ucapanku karena melihat bu Marni yang melintas di dekat kami.
"Tapi kenapa, Key?"
"Ah, gak papa," jawabku penuh tanda tanya.
Dari jauh, aku melihat ada seorang anak perempuan yang menangis di wajah pucatnya. Aku tanya ke Nisa, dia justru kaget tak percaya.
"I...iituu, Mbak Yuni. Yang tadi baru ditemukan meninggal bunuh diri."
"Yang bener, Nis! Jangan bercanda, gak lucu tau!" sahutku dengan sedikit kesal tak percaya.
Bella seperti biasa, tiba-tiba muncul di sampingku. Hanya diam tanpa bicara. Mengamati banyak orang yang sedang asik membahas kematian naas. Seorang anak perempuan yang disebut Nisa dengan nama, Mbak Yuni.
" Bel, apa yang kamu lihat?"
"Tidak apa-apa, hanya ada yang aneh dengan kematiannya," jawabnya lirih.
Aku dan Nisa saling berpandangan. Menunggu Bella melanjutkan analisanya. Kemudian kamipun mengikuti Bella menuju anak perempuan pucat tadi.
"Kamu kenapa?" tanya Nisa yang sudah mengenal anak itu sebelumnya.
Dia hanya menggeleng dalam tangisnya. Tak dapat berkata apa-apa. Aku dan Bella hanya diam menunggu jawaban atas pertanyaan Nisa.
Dulu memang aku tidak pernah berbaur dengan makhluk tak kasat mata. Tapi entah kenapa, semenjak di desa ini, di rumah baruku, dan berteman dengan Bella, aku sering melihat mereka walau tidak semua mengganggu. Termasuk teror yang masih misteri itu.
Awalnya memang takut dan tak percaya, tapi kelamaan rasa penasaranku lebih tinggi dari rasa takutku.
"Kenapa kamu bunuh diri?" lanjut Nisa bertanya.
Perempuan pucat itu kembali menggelengkan kepala. Entah apa maksudnya.
"Dia masih syok atas kematiannya, jadi belum bisa menjelaskan. Mungkin juga masih ada beban yang tertinggal di dunia, yang membuatnya belum bisa tenang di alamnya," penjelasan Nisa yang sepertinya sudah biasa menghadapi sosok seperti ini.
"Trus kalau Bella, kenapa masih belum tenang juga?" tanyaku sambil memandang Bella lagi.
"Aku hanya ingin mengucapkan terimakasih kepada orang tuaku. Tapi aku tidak dapat menemukan mereka. Jadi kuputuskan untuk menjaga keluargamu sampai saatnya nanti tiba. Saat mungkin orang tuaku yang datang menjemputku," ucap Bella dengan mata sedikit berkaca-kaca.
"Maaf,Bel. Tapi apa kamu yakin itu, kan kita juga gak tau apa orang tuamu masih hidup atau nggak?" lanjutku bertanya.
"Aku yakin, suatu saat mereka datang menemuiku," ucapnya sedih dengan tetesan darah keluar dari kelopak mata.
"Ya sudah, kita bahas Mbak Yuni lagi aja. Gimana mbak, apa ada yang bisa kami bantu buat bikin kamu tenang?" tanyaku untuk tidak membuat kesedihan untuk Bella lagi.
Dia hanya mengangguk sambil memangis, menunjuk ke arah perpustakaan. Dan melangkah bersama menuju ke sana.
Aku dan Nisa mencoba membuka pintunya, tapi ternyata masih di kunci. Perpustakaan menjadi petunjuknya, tapi tak bisa terbuka sampai hari sekolah itu tiba.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 298 Episodes
Comments
gedang Sewu
seruuuu ada mbak purnamanya apa gk ya thor kira"..😂😂
2025-02-17
0
Ty
ceritanya bagus dan seru
2025-01-14
0
pioo
bu marni ni siapa?
2024-06-11
1