Elsa tetap saja tak bisa menahan air matanya, saat itu dia sedang menyetir mobil. Rasanya sangat menyakitkan karena Revan mengakhiri hubungan mereka secara sepihak, padahal dia merasa dia yang selalu ada buat Revan dibandingkan dengan Karin.
"Selalu saja Karin jadi penghalangku!"
Elsa menemui Pak Tian dan Bu Zora di rumah sakit.
Bu Zora memberikan sebuah obat kepada suaminya, "Ini obatnya, Pa."
"Iya terimakasih, Ma." Pak Tian meminum pil berwarna biru muda itu dan meneguk segelas air minum yang diberikan oleh sang istri.
"Biar mama yang menjaga Karin. Papa pulang saja!" ucap Bu Zora sambil memijat tangan suaminya.
"Tidak perlu, Ma. Papa ingin terus menjaga Karin sampai Karin siuman." Pak Tian akhir-akhir ini memang selalu merasakan dadanya sangat sesak, ada masalah serius pada paru-parunya. Karena itu dia memutuskan untuk pensiun dini.
Pak Tian terbatuk-batuk dan memegang dadanya yang selalu terasa sesak.
"Lebih baik papa pulang saja, jangan sampai penyakit papa kambuh lagi!" Bu Zora terlihat sangat khawatir.
"Tidak apa-apa, Ma." Pak Tian kekeuh tetap saja ingin menjaga anak tercintanya itu.
"Lalu bagaimana dengan jabatan direktur itu pa?Karin sedang terbaring koma, sementara papa sudah tidak kuat untuk bekerja?" Bu Zora berharap Elsa yang akan menggantikan posisi Pak Tian nanti.
"Kita tunggu sampai Karin siuman dan sembuh, papa akan berusaha untuk tetap bekerja selama Karin belum siuman."
"Tapi papa sedang sakit. Mengapa tidak Elsa saja yang menggantikan posisi papa untuk sementara selama Karin belum siuman?" Bu Zora memang ingin anaknya yang menjabat posisi itu.
Pak Tian tak langsung menjawab, dia memegang dadanya yang terasa sesak, lalu terbatuk-batuk, "Ohok... ohok!"
"Jangan memaksakan bekerja jika tidak kuat. Elsa pasti bisa menjadi direktur yang diandalkan nantinya!" Bu Zora mengusap-usap punggung sang suami.
"Iya, nanti papa bicarakan ini dengan asisten papa."
Ceklek!
Terdengar suara ada yang membuka pintu ternyata Elsa memasuki ruang elit tersebut.
"Bagaimana keadaan Karin sekarang?" tanya Elsa berpura-pura sangat khawatir.
"Hm Dokter bilang harapannya untuk hidup sangat tipis karena kepalanya terluka parah. Tapi kita berdoa saja semoga ada keajaiban yang bisa membuat Karin bisa siuman dan kita berkumpul lagi seperti dulu. " jawab bu Zora, dia menambahkan perkataannya di dalam hati : Tapi aku berharap kamu cepat mati, Karin.
Elsa tersenyum samar, "Lebih baik mama dan papa pulang. Biar aku yang menjaga Karin disini!"
"Betul kata Elsa, lebih baik Elsa yang menjaga Karin. Kita kesini besok lagi, papa harus banyak istirahat!" Bu Zora menarik tangan suaminya.
Akhirnya pak Tian bersedia pulang karena dia tau Elsa sangat menyayangi Karin.
"Ya sudah, papa titip Karin padamu, Elsa. " ucap Pak Tian dengan nada sedih karena ingin menjaga anaknya tapi kondisi badannya terus menyiksanya.
Elsa menganggukan kepala dan tersenyum tipis "Iya, pa. Hati-hati di jalan!"
Akhirnya Pak Tian dan Bu Zora pergi.
Elsa memandangi Karin yang terbaring koma dengan dipasang ventilator dan intubasi dengan tatapan sinis "Kenapa tidak langsung mati aja kamu, Karin?Hidupku pasti akan sangat bahagia jika kamu cepat mati, dengan begitu tidak ada lagi penghalang buatku untuk mendapatkan Revan dan menjadi pewaris K Grup." Bisik Elsa di telinga Karin.
...****************...
...Jangan lupa like, komen, vote dan beri hadiah yah kawan 🙏 😁...
...Dan terimakasih banyak buat yang sudah memberi itu semua, semakin membuat saya semangat!...
...Mohon maaf belum bisa balas komen satu persatu, tapi saya selalu baca komen dari kalinya....
...Jangan lupa simak terus ke bab-bab berikutnya!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Hafifah Hafifah
jangan" pak tian diracunin tuh biar mati perlahan
2025-01-10
1
Anonymous
keren
2024-11-16
0
Anonymous
keren
2024-11-15
0