Arus
Kamila Hilya Khalisa, gadis berusia 18 tahun.
Kamila atau yang sering disapa Ila, kini menginjak kelas 12. Ia sedang disibukkan dengan berbagai ujian untuk kelulusannya.
Tidak ada waktu untuk main-main, pikirannya terlalu sibuk untuk memikirkan tentang ujian dan kelak jadi apa ia di masa depan.
Langsung kerja atau kuliah?
Mewujudkan impian diri sendiri atau orang tua?
Bagaimana cara agar sukses?
Ia sering terganggu dengan pikirannya sendiri. Namun, jika ia tidak memikirkan hal tersebut mau jadi apa ia nanti?
Bergantung pada orang tua?
Tidak, Ila tidak bisa bergantung pada orang tuanya, bahkan untuk tempat cerita saja, orang tuanya tidak ada.
Ila terlahir dari keluarga sederhana, rumahnya tidak besar, lingkungan yang tidak pernah mendukung, cemoohan sudah seperti makanan sehari-hari untuk Ila.
SMA WIDYA MANDALAY
Sekolah ini termasuk dalam kategori 10 besar sekolah ter elite.
Ila bisa bersekolah disini tentunya karena beasiswa. Ia hanya perlu membayar 10% dari total uang sekolahnya.
Meskipun sekolah ini dipenuhi dengan anak konglomerat, namun itu tidak membuat Ila menjadi minder.
Beruntung Ila merupakan gadis yang mudah bergaul. Ia dapat berteman dengan siapa saja, karena sifatnya yang ramah, itu membuat Ila disukai oleh orang-orang disekitarnya.
Teman kelas Ila tidak ada yang memandang kaya atau miskin, mereka kompak untuk saling membantu satu sama lain.
Xll IPA 2
"Hai guys, Ila datang dengan membawa sejuta kenangan".
"Eh La, tugas lu udah belom? Sini bagi-bagi lah nggak boleh pelit nanti nggak jadi cantik loh".
Setiap pagi, Ila selalu disuguhkan dengan pertanyaan serta bujukan seperti itu.
Di kelas, Ila merupakan murid yang pintar. Ia tidak pernah absen dari deretan peringkat tiga besar.
Bahkan ia selalu masuk dalam daftar peringkat 5 besar pararel.
"Iya-iya nih, jangan semuanya! Bedain beberapa biar nggak kelihatan banget nyonteknya kalian, ketahuan bisa bahaya di gw".
"Iya, bawel banget Lo".
"Dih, gw serepet juga Lo lama-lama. Udah dicontekin nggak bilang makasih lagi".
"Iya Ila yang cantik, makasih banyuakkkk yah". Ucap mereka serempak dengan nada lebay.
"Nah gitu, iye sama-sama". Seketika Ila cekikikan sendiri melihat tingkah teman-temannya yang sangat random.
Setelah mengatakan itu, suasana menjadi hening, tidak ada yang membuka suara satupun. Semua sibuk menyalin tugas Ila, karena sebentar lagi bel tanda masuk akan segera bunyi.
Ditengah keheningan, Ila tiba-tiba mengingat sesuatu yang terjadi tadi malam.
Cinta, dia adalah teman sebangku sekaligus sahabat Ila. Cinta sering menjadi tempat cerita untuk Ila, begitupun sebaliknya.
"Eh Cin, tadi malem kan gw nonton Caratland, terus Babeh meresahkan banget njirrrrr, gw jadi teriak-teriak sendiri kan dikamar, terus Mak gw marah katanya keberisikan. Akhirnya tiap mau teriak gw langsung mingkem sambil nutupin mulut gw biar nggak dimarahin lagi. Terus Hao juga kiyowok bang-".
Cerita Ila terpotong oleh Cinta.
"Yah, Ilaaaaaaaaaa".
"Kan jadi salah nulis, nih malah jadi nulis Hao kiyowok kan, ah Lo mah".
"Udah cukup jangan bikin gw oleng mulu La, gw capek oleng terus nggak pernah bisa stay sama satu bias".
"Kemarin-kemarin Lo nyekokin gw sama Shuami sekarang sama Babeh, besok-besok siapa lagi La? Ya ampun".
"Please gw pengen stay aja sama Shuami".
Ila menatap Cinta dengan tatapan cengo. Ia masih kaget dengan teriakan Cinta, ditambah Cinta yang tiba-tiba berubah menjadi dramatis.
"Y-yaudah Lo lanjutin nulisnya, gw diem". Ucap Ila dengan tanda isyarat sedang mengunci mulut.
Saat akan menulis, bel tanda masuk sudah berbunyi. Cinta menatap nyalang kearah Ila, sedangkan Ila hanya cekikikan disampingnya.
Jam pelajaran pertama dimulai, Pak Surya sebagai guru sejarah sekaligus guru killer disekolah masuk ke kelas.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu, bagaimana tugas minggu lalu yang Bapak kasih, apakah sudah selesai dikerjakan?. Silangkan yang belum selesai tugasnya bisa langsung lari ke lapangan sampai jam pelajaran saya selesai".
Tak perlu waktu lama, anak-anak yang belum selesai mengerjakan tugas kini sadar diri dan mulai berhamburan pergi ke lapangan.
Disisi lain, setelah mendengar ucapan dari Pak Surya, muncullah wajah tengil Ila yang mengejek Cinta.
"Bye-bye, eh biar nggak gosong, udah pake Sun Screen SPF 50+++++ kan?".
Tanyanya sambil cekikikan, sedangkan Cinta hanya mengangguk-angguk serta memasang wajah pasrah untuk menjawab pertanyaan dari Ila.
"Oke udah siap buat panas-panas kan yah berarti, yaudah sana gih, bye sayang muahhhh".
Lapangan
Saat 1 sampai 5 putaran, semua masih strong. Namun setelah itu satu persatu dari mereka mulai menggerutu. Mulai dari alasan capek, gerah, haus, lapar belum sarapan, bedak luntur bahkan sampai lemas karena belum di semangatin sama ayang.
Kelas Xll IPA 2 adalah kelas yang sangat amat lebay, saking lebay nya bahkan salah satu dari mereka ada yang jalan dengan dibuat-buat, di letoy-letoy in kakinya setelah itu berteriak.
"ADUH LEMES BESTIH BELOM DI SEMANGATIN SAMA AYANG".
"IH AYANG GW MANA SIH KOK NGGAK NGECHAT DARI SEMALEM".
"LEBAY LU, BARU NGGAK DIKABARIN 9 JAM UDAH HEBOH BANGET, GW YANG NUNGGUIN MAS SHUAMI UPDATE BERHARI-HARI BAHKAN HAMPIR SEBULAN AJA MASI SABAR".
"Halah lu mah kebanyakan halu sekaligus ngeharepin orang yang nggak tau Lo idup apa kagak".
"Udah tau halu Lo nya malah percaya, brarti Lo yang radak-radak".
"Anjir si Cinta, gw seperti juga Lo lama-lama".
Pertengkaran itu berakhir karena Lina sang bicin-able tidak bisa menjawab lagi ucapan dari si halu Cinta.
Pertengkaran seperti itu sudah seperti makanan sehari-hari untuk anak kelas IPA 2, karena memang hampir semua muridnya sentimental kalo sudah tentang hal-hal yang random.
Dan kelas ini juga menganut konsep nggak ngegas nggak jalan nih kelas
"Pusing gw, yang satu tukang halu yang satunya tukang bucin".
"Diem ngapa diem, berisik banget".
"Ribut lagi gw jambak kalian".
Bahkan saat ingin melerai pertengkaran, yang melerai itu juga akan ikut adu mulut.
Sedangkan yang sedang bertengkar bingung sebenarnya mereka mau apa? mau melerai atau bertengkar sendiri?
"TELAT WOIIII!! KITA UDAH SELESAI BERTENGKAR NYA!! TERUS KENAPA KALIAN JUGA MALAH IKUT-IKUTAN BERTENGKAR?".
***
Jam pelajaran Sejarah kini telah selesai, kurang lebih 85% anak yang bersekolah disini berkumpul disatu titik kenikmatan.
Kantin
Ya, dimana lagi pusat kenikmatan anak sekolah kalau bukan kantin. Suasana kantin hari ini sudah seperti pasar yang dipenuhi oleh ibu-ibu.
Bedanya, kantin ini diisi oleh manusia-manusia yang sedang kelaparan setelah menggunakan otaknya untuk berpikir.
Tante-tante kantin alias para penjaga kantin mulai kewalahan ketika jam istirahat telah tiba.
Suara-suara orang kelaparan ini sangat memekakkan gendang telinga siapapun yang mendengarnya. Butuh kesabaran ekstra untuk menjadi seorang penjaga kantin, karena harus menghadapi manusia-manusia yang tidak sabaran ini.
"TANTE LEHA SOTO SAYA MANA, SAYA LAVARRRRRRR"
"TANTE LEH MIE GORENG SAYA MANA? HAMBA LAVARRRRR"
"TANTE BURUAN SIOMAY SAYA, SAYA SUDAH DITINGGAL SENDIRIAN INI DIKANTIN"
"TANT ES TEH ES TEH, PEDES BANGET SAMBELNYA TANT"
"Tante Leha, mie goreng sama telur dong, enam yah Tant, saya sudah lapar nih, cepet yah Tante, kalau cepet nanti aku jadi tambah sayang deh sama Tante Leha. Oh iya sama es jeruk nya juga enam, sudah itu aja Tante, nanti kalau banyak-banyak Tante bisa capek lagi".
Ketika yang lain sedang ngegas karena kelaparan, berbeda dengan Rico. Rico adalah teman satu kelas Ila, makanya sifatnya tidak jauh berbeda dengan teman satu kelasnya yang lain.
Rico adalah pria yang berkekurangan, ia akan jadi genit ketika lapar dan akan menjadi pelawak tanpa bayaran ketika perutnya terisi makanan.
Tak jarang, teman-temannya banyak yang prihatin akan kondisi kejiwaan Rico. Ingin membuangnya namun tidak ada satupun yang mau memungutnya, sungguh tragis nasib Rico ini.
Melihat tingkah Rico, Tante Leha hanya memberikan tanggapan dengan senyuman sembari menjawab.
"Iya ganteng, berapapun kalau Rico yang pesen mah Tante Leha sanggupi, nggakpapa capek yang penting gantengnya Tante kenyang dan jangan lupa bayar juga makanannya".
"Ih Tante, kirain Rico tadi gratis".
"Kalo ganteng Tante gratisin, ya tekor atuh Tante Leha mah, terus besok mau jualan apa kalau Tante tekor? Terus nanti ganteng nggak bisa rasain masakan Tante lagi dong kalau Tante nggak jualan".
"Iya juga yah, yaudah deh jangan kasih Rico gratisan, Rico masih mau ngerasain masakan Tante, kan tahun ini tahun terakhir Rico disekolah ini, ahhhh pasti bakalan kangen sama masakan Tante Leha deh".
Makanan yang dipesan oleh Rico sudah siap dari tadi sebenarnya, namun karena masih asik ngobrol dengan Tante Leha, jadi ia memilih mengutamakan mengobrol dengan Tante Leha daripada perut-perut temannya.
Sampai saat munculah teriakan dari teman-temannya, mereka sudah sangat gemas dengan jiwa centil Rico.
"WOI RICO BURUAN, CACING DIPERUT GW UDAH GOYANG PARGOY NIH NUNGGUIN LU"
"WOI RIC BURUAN UDAH LAPER NIH KITA"
"WOI BURUAN BAWA KESINI TUH MAKANAN, JANGAN SAMPAI NIH SEPATU MELAYANG DI OTAK LU YE!!".
Setelah dikagetkan dengan suara-suara manusia yang sedang mengamuk karena kelaparan itu, Rico akhirnya memilih untuk meninggalkan tempat tersebut dan membawa beberapa makanan ke meja mereka dengan dibantu oleh Tante Leha karena pesanan mereka yang banyak jadi Rico harus bolak-balik setidaknya 4 kali, jadi Tante Leha membantu Rico agar mempersingkat waktu dan tenaga Rico.
Rico jalan dengan cepat bahkan hampir seperti sedikit berlari, ia benar-benar takut akan gertakan dari temannya. Karena mereka tak segan-segan untuk menonyor bahkan menjambak rambut Rico ketika ia tak segera datang.
Pulang Sekolah
Rutinitas Ila setiap pulang sekolah adalah menjaga warung milik Ibunya, hanya warung kecil yang menyediakan beberapa bumbu dapur kebutuhan sehari-hari dan juga menyediakan berbagai lauk untuk sarapan.
Setiap pagi, Ila harus selalu bangun sebelum subuh untuk membantu Ibunya memasak dan juga menyiapkan tempat untuk dibuat jualan paginya.
warung sarapan mulai dibuka pada pukul 05:30 WIB dan akan tutup pada pukul 07:30 WIB, itu dikarenakan habisnya dagangan mereka.
Dagangan mereka selalu diserbu oleh orang-orang karena Ibu Ila atau Ibu Wati ini selalu mengutamakan rasa dan kebersihan, sehingga itu menjadi daya tarik tersendiri bagi para pembeli.
Setelah beberapa masakan telah siap untuk dijajakan, baru kemudian Ila bisa bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.
Pukul 06:30 WIB, Ila biasanya sudah sampai di sekolah, namun ia selalu pergi ke kantin untuk membantu Tante Leha menyiapkan barang dagangannya dan sebagai gantinya Tante Leha akan memberikan uang saku untuk jajan Ila sebesar Rp 15.000,00. Tidak banyak, namun itu sudah lebih dari cukup bagi Ila. Tidak hanya itu, Tante Leha juga memberikan gratisan untuk Ila satu kali makan.
Di rumah, Ila banyak membuat berbagai kerajinan tangan, karyanya itu nantinya akan ia jual kepada tetangganya yang memang berprofesi sebagai penjual karya seni.
Tak hanya itu, Ila juga aktif dalam beberapa apk berbayar yang bisa menghasilkan uang. Uang-uang yang ia kumpulkan dari kerja kerasnya itu dijadikan tabungan untuk Ila meraih masa depannya kelak.
Ibu Wati sebenarnya juga memberi Ila uang saku untuk sekolah, memiliki pekerjaan sampingan adalah pilihan Ila sendiri.
Bahkan orang tuanya tidak tahu jika Ila bekerja di banyak bidang, yang mereka tahu Ila hanya bekerja sebagai kriya atau pembuat kerajinan tangan.
Ila biasanya membuat kerajinan itu setelah pulang dari sekolah, ia akan menjaga warung sembari membuat kerajinan tersebut.
"Buk, nanti Om Supri datang kesini kan Buk? ini kerajinan aku sudah numpuk banyak banget"
Supri adalah tetangga sekaligus adik ipar dari Wati. Supri lah yang selalu membantu Ila untuk menjual semua kerajinan tangan yang dibuat Ila.
"Ibu juga nggak tahu ya, coba nanti Ibu tanyakan. Kalau nggak hari ini jangan bikin dulu juga nggak papa, kan sudah ada stok banyak kan, tempatnya juga nggak ada, sambil nungguin Om Supri istirahat aja deh La, tidur-tidur dulu sana deh nggak papa".
"Ya udah deh, tapi nanti kalau Om Supri nya datang panggil aku ya Buk, sekalian aku mau tanya-tanya dia dapat pesanan apa saja selain cangkir dan kendi".
"Iya Ila iya, udah sana istirahat, dari tadi belum istirahat kamu. Udah sana santai aja, istirahatin itu otaknya, jangan diajak mikir terus kasihan".
Setelah Ibunya mengatakan hal tersebut, Ila telah benar-benar meninggalkan warung tersebut. Ia berpindah tempat, yaitu dikamar untuk istirahat.
Bukannya istirahat, Ila justru menggunakan waktu luangnya tersebut untuk melakukan streaming Apk, tidak hanya streaming saja, Ila juga banyak membuat beberapa karya novel dibeberapa platform. Tentu saja ia melakukan hal tersebut tanpa sepengetahuan dari orang tuanya.
Jika kalian bertanya kalau orang tuanya tidak tahu, terus uang Ila disimpan dimana?
Karena sekarang sudah berbeda zaman, jadi Ila tidak perlu memiliki buku rekening bank agar bisa menabung. Uang Ila, ia simpan dibeberapa Apk yang cocok untuk siswa ataupun mahasiswa dan tentu saja itu jauh lebih praktis karena bisa dibawa kemana saja karena tempatnya di handphone.
Bersambung
.
.
.
.
.
Huhu finally, setelah satu bulan nulis akhirnya selesai juga, btw CaratLand sudah selesai sekitar 2 hari yang lalu*** :(
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
delete account
satu satunya solusi adalah rajin belajar dan banyak membaca
2022-10-21
3
➳ᴹᴿˢ᭄°𝓓𝓮𝓪
waw kenangan apa tuh
2022-10-21
2
fia
bar bar amat tu anak2
2022-10-20
3