018. Soal Cita-Cita

Ingatan Dul soal liburan dipenuhi dengan berenang di hotel. Di perjalanan, Bara memintanya memilih berenang di hotel lebih dulu apa bermain lebih dulu. Dul masih ingat betapa gaduh pikirannya saat itu. Membayangkan kata hotel dan taman bermain.

Sepengetahuannya hotel adalah bangunan besar tempat orang-orang kaya boleh makan dan tidur sepuasnya. Lalu mendengar kata berenang membuat kekhawatiran baru baginya. Ia tak memiliki pakaian renang. Sewaktu ke pasar kemarin, ibunya tak ada mengatakan soal berenang. Dan kekhawatiran kecil itu sirna karena Bara mengatakan telah membeli pakaian renang untuknya.

Sisa perjalanan itu diingatnya dengan jalanan yang mulai menanjak. Ia yang mulai berbaring di jok tengah dan memakai bantal kecil yang seolah sudah dipersiapkan untuknya.

Dul kembali memperoleh kesadarannya saat menyentuh ranjang putih bersih dan empuk. Bara berguling di sebelahnya dan ikut mendekap bantal. Ibunya sempat bersungut soal ia yang sudah digendong jauh-jauh, tapi langsung membuka mata setibanya di kamar hotel.

“Ibunya ngomel aja. Padahal bukan ibunya yang gendong.”

Om Bara gendong aku?

Merasa tak pernah digendong oleh siapa pun di usia kesadarannya itu, Dul langsung menatap wajah Bara di sebelahnya. Kali itu, ia lebih puas melihat wajah Bara dari dekat. Ganteng. Tak ada alasan untuk tak merasa bangga saat bersama pria itu.

“Om Bara tidurnya di mana?” Dul masih menatap Bara yang tersenyum-senyum memandang ia dan ibunya bergantian.

"Di sebelah," jawab Bara.

"Kok, enggak sama-sama Ibu?" tanya Dul lagi.

"Om mau banget .... Tapi Ibu Dul galak," jawab Bara.

Ibu memang keliatan galak. Tapi Ibu enggak galak …. Ibu memang kayak gitu.

"Jangan galak, Bu. Kasian Om Bara."

Jangan sampai Bara menganggap ibunya galak. Pria itu harus tahu kalau ibunya terlihat dingin, tapi wanita yang melahirkannya itu sangat hangat.

Dul bergulung mendekap bantal hotel. Memandang ibunya yang sedang mempersiapkan makan siang untuk Bara di kotak-kotak bekal yang berwarna macam-macam campur aduk. Kotak-kotak bekal itu didapat dari hadiah berbelanja. Tutupnya sering kendur dan ibunya harus mengeratkan dengan beberapa karet.

Bara sudah berpindah ke kursi di belakang meja kerja. Pria itu menatap wajah ibunya dengan cermat. Nyaris tanpa berkedip. Melihat bagaimana tangan ibunya dengan cekatan menambahkan lauk ke sebuah kotak nasi dan menyodorkannya.

"Masakan kamu enak, Jah. Aku suka masakan rumah. Makanya jarang makan di luar,” ucap Bara.

Om Bara suka masakan Ibu. Aku juga suka. Masakan Ibu memang enak. Aku dan Om Bara punya selera yang sama.

Tak lama ia sudah berada dalam gandengan tangan Bara menuju kolam renang. Satu bahu pria itu tersampir ransel yang isinya sangat berharga. Pasti kamera, pikir Dul. Dan tebakannya itu benar. Sebelum mereka berenang, Bara terlihat mengajarkan ibunya cara menggunakan kamera besar dan terlihat berat itu.

“Aku enggak bisa berenang,” ucap Dul saat ia dan Bara berdiri di antara kolam renang dewasa dan anak-anak. Sedikit ngeri membayangkan tubuhnya berada di air yang dalam.

“Semua orang pasti awalnya enggak bisa. Semuanya pernah jadi pemula. Apalagi cita-cita kamu jadi pilot, kan? Syarat untuk jadi pilot itu salah satunya wajib bisa berenang. Gimana? Tetap mau jadi pilot?”

Dul mengangguk. “Masih, Om.”

Bara masih menggenggam tangannya dan menatap wajahnya lekat-lekat. Tak pernah memikirkan soal hal yang dikatakan Bara sebelumnya soal sebegitu pentingnya berenang. Wajah Dul terlihat sedikit bimbang dan pandangannya berpindah pada air kolam yang biru dan terlihat dasarnya.

“Atau … gini aja, deh. Dul, kan, anak laki-laki. Bakal gede dan jadi pria dewasa. Pria dewasa itu bakal makin keren kalau bisa berenang. Kayak Om gini. Om keren, enggak?”

“Keren banget …,” jawab Dul spontan.

“Nah, bagus. Dul juga harus bilang itu ke Ibu. Om Bara keren. Jangan lupa.”

“Iya. Bakal bilang ke Ibu kalau Om Bara keren,” balas Dul.

“Mantap. Ayo, sekarang kita berenang.”

Menjelang sore itu Dul berlatih teknik dasar renang. Meluncur. Berkali-kali mencoba meluncur dengan posisi badan lurus. Mengatasi ketakutannya saat berada di dalam air dengan memikirkan kalau ada Bara yang akan menolongnya. Pria itu terus merentangkan tangan dan menyerukan kata-kata yang sama.

“Ayo, Dul. Kamu bisa. Ada Om di sini. Om enggak akan ke mana-mana sampai kamu bisa. Kalau Dul bisa berenang karena Om Bara, Dul akan jadi murid pertama yang bikin Om bangga.”

Rentangan tangan pria itu di kejauhan membuatnya percaya kalau ia memang tidak akan ditinggalkan di kolam itu. Dul mencoba lagi dan lagi. Napasnya terengah tapi ia bangga karena mulai bisa mengangkat tubuhnya sesudah meluncur dengan jarak yang cukup jauh.

“Aku harus belajar berapa lama biar bisa berenang kayak Om?” Dul berpegangan di tepi kolam dengan napas terengah-engah. Bara mengajaknya langsung berenang di kolam yang dasarnya bahkan belum bisa ia jejak dengan kakinya.

Bara menelengkan kepala untuk berpikir. “Memang enggak bisa cuma sekali. Harus berkali-kali. Harus sering-sering belajarnya. Om bisa ngajarin kamu renang dengan rutin. Itu semua tergantung Ibu kamu.”

“Kenapa gitu?” tanya Dul. Bara membantu mengusap wajahnya dengan senyum penuh arti yang saat itu ia tak paham artinya.

“Ibu kamu harus mau sering-sering nemenin. Sering-sering ketemu Om. Untuk itu, Om serahkan semuanya pada usaha Dul. Begini sederhananya ….” Bara berdiri menghadap Dul dan pandangannya sejenak menatap Dijah di kejauhan. Lalu tatapannya kembali pada Dul masih dengan senyum terkulum. Pria itu mengangkat satu jari telunjuknya dan sebelah tangannya membuat angka dua dengan jari.

“Yang dua ini adalah Dul dan Ibu. Yang satu ini Om Bara,” ucap Bara. “Kita masih berada di tempat yang terpisah. Tapi … Om bisa masuk ke jari yang sebelah sini. Kita jadi bertiga. Kalau kita udah ada di tempat yang sama, kita pasti bakal sering sama-sama. Gimana? Dul paham?” Bara mengacungkan tiga jarinya pada Dul.

“Kita bertiga?” tanya Dul.

Bara mengangguk mantap. “Kita bertiga bisa seperti tiga jari ini. Berdiri berdekatan dan rapat di tempat yang sama. Dan kalau kita bisa sama-sama, nantinya kita bisa menambah satu jari lagi. Lalu … satu jari lagi. Kita bisa berjumlah empat atau lima. Sampai semua jari itu menjadi kuat dan bertenaga kalau dikepalkan. Seperti ini.” Bara menggenggam tangannya di depan Dul. “Kalau kita sama-sama, kita bakal kuat.”

Dul mengangguk-angguk seraya menatap kepalan tangan Bara. Analogi sederhana itu menambah kekayaan pengetahuan tentang pentingnya bersama-sama. Mereka akan menjadi kuat jika tetap bersama.

“Om mau kalau kamu merasa jadi anak yang beruntung punya ibu seperti Ibu kamu. Ibu Dul itu luar biasa. Om liat sendiri bagaimana luar biasanya Ibu Dul.” Bara tersenyum seraya menaikkan rambut yang menutupi dahi Dul.

“Tapi aku sekarang udah merasa beruntung. Ada temenku namanya Jaja tinggal di gang sebelah. Sering ditinggal ibunya. Ibunya jalan-jalan terus naik motor sama temennya. Jaja gemuk banget sampai sering pipis di celana dan enggak ganti baju. Jaja mandi sendiri, makan sendiri. Ibunya jarang keliatan. Aku udah merasa beruntung punya ibu kayak Ibu. Makanya aku mau bawa Ibu jalan-jalan pakai pesawatku.”

“Om makin percaya kalau kamu memang bakal jadi pilot. Ayo, kita berenang lagi.”

Pemahaman sederhana Dul sudah mengambil kesimpulan paling cepat dan mudah. Bara adalah pria yang menyukai ibunya. Bara mau mereka bertiga bisa bersama-sama. Bara memintanya untuk meyakinkan sang ibu untuk hal itu.

Semoga Ibu mau. Aku mau terus sama-sama Om Bara.

To Be Continued

*PS. *

DUL ini adalah novel SPIN OFF ya .... Bukan novel SEKUEL. Jadi, ceritanya bukan cerita sambungan PENGAKUAN DIJAH. Novel SPIN OFF adalah novel yang bisa dibaca terpisah tanpa membaca novel sebelumnya. Jadi, buat yang mau cerita ekspres kehidupan DUL langsung happy, bisa ditahan dulu komennya. Bagi sebagian orang perjuangan untuk sukses itu tidak penting. Bagi saya yang memulai semuanya dari nol, mental ini sangat penting dan berguna. Dan juga ... Author tetap nahkoda dalam setiap ceritanya. juskelapa akan tetap menjaga kualitas dan kekhasan dalam tiap cerita di platform mana pun. Terima kasih buat Boeboo cerdas yang sudah memotivasi bahwa DUL juga berhak punya cerita. ❤️❤️

Info terbaru :

Dalam rapat penerimaan prajurit TNI Tahun Anggaran 2022 Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa menghapus sejumlah syarat dalam proses penerimaan prajurit, baik taruna, perwira, bintara, hingga tamtama. Tes renang dan akademik dihapus dalam seleksi penerimaan TNI hingga keturunan anggota PKI boleh mengikuti seleksi.

Sumber artikel CNN Indonesia "Seleksi TNI: Tes Renang-Akademik Dihapus, Keturunan PKI Bisa Daftar" selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220331074611-12-778235/seleksi-tni-tes-renang-akademik-dihapus-keturunan-pki-bisa-daftar.

Terpopuler

Comments

jumirah slavina

jumirah slavina

Aku sih sebagai pembaca baru'mu...
semua novel'mu yg sudah Ku baca bagus semua...
cerita sehari² yg terjadi d'sekitar kita..
bahasa'y simpel mudah d'cerna...

Tini Suketi keren.. ngocol abis..

trs baca Dijah juga keren...

2 novel itu., alami bgt.. itu memang sering terjadi d'sekitar'ku.. mungkin jg d'sekitar kalian...

semangat berkarya Otor 🥰

2025-02-08

2

Teh Mbak Sri

Teh Mbak Sri

Setuju banget dg PS dari Othor...
Proses itu yg terpenting...
Hasilnya adalah bonus..
🙏👍🙏👍🔝🔝🙏

2025-01-09

1

zi

zi

spin off smpe anak dul jg ok gass 🤣🤣🤣🤣

2025-03-04

1

lihat semua
Episodes
1 001. Ingatan Seorang Anak
2 002. Salah Satu Kenangan Indah
3 003. TK Impian
4 004. Alasan Membenci
5 005. Sebuah Pengertian Baru
6 006. Doa Bersama
7 007. Tempat Tinggal Baru Ibu
8 008. Kepercayaan Dari Ibu
9 009. Seorang Anak Yang Jatuh Hati
10 010. Pahit dan Manis
11 011. Cita-Cita Dul
12 012. Obrolan dengan Pria Gagah
13 013. Kebencian yang Mengakar
14 014. Sosok Idola Baru
15 015. Pelajaran Baru dari Ibu
16 016. Ibu Pahlawan Abadi
17 017. Perjuangan Liburan
18 018. Soal Cita-Cita
19 019. Kehilangan
20 020. Yang Mengakar Seumur Hidup
21 021. Kehilangan
22 022. Rindu Ibu
23 023. Percakapan Pria
24 024. Makna Ucapan
25 025. Kepergian Mbah Lanang
26 026. Hunian Baru
27 027. Kunjungan Pertama Kali
28 028. Pria dengan Pesona
29 029. Sesekali Boleh Salah
30 030. Lengkap Sudah
31 031. Di Tengah Keluarga
32 032. Bisa Baper
33 033. Kekhawatiran
34 034. Akhir Kesakitan
35 035. Datang dan Pergi
36 036. Kehilangan Kedua
37 037. Beranjak Remaja
38 038. Mengenal Heru
39 039. Kenyataan yang Mendekat
40 040. Terhenyak
41 041. Keputusasaan
42 042. Semua Ada Saatnya
43 043. Cari Kawan
44 044. Menyusul Dul
45 045. Menginginkan Pengakuan
46 046. Siapa Aku Sebenarnya
47 047. Tangis yang Pecah
48 048. Sebuah Pemikiran
49 049. Cara Memaafkan
50 050. Berdamai
51 051. Memang Anak Ibu
52 052. Bertemu Masa Lalu
53 053. Mulai Melangkah
54 054. Perpisahan
55 055. Sanubari Seorang Anak
56 056. Hati ke Hati
57 057. Hari Baru
58 058. Soal Cita-cita
59 059. Dari Selembar Foto
60 060. Akhir Surat Panjang
61 061. Semua Pasti Sempurna
62 062. Nama Paling Gagah
63 063. Sebuah Pertimbangan
64 064. Kontemplasi Rasa
65 065. Kembali Melangkah
66 066. Hidup Tetap Berjalan
67 067. Kejutan Untuk Ibu
68 068. Surprise
69 069. Hal-Hal Sederhana
70 070. Kesenangan Bersama
71 071. Keriaan Sehari
72 072. Kado Anak-anak
73 073. Awal Baru Lagi
74 074. Kesadaran Masa Remaja
75 075. Menunggu Esok
76 076. Putih Abu-abu
77 077. Merangkai Hari
78 078. Menunggu Jemputan
79 079. Kesadaran Yang Pertama
80 080. Sebuah Saran
81 081. Di Antara Sahabat
82 082. Percakapan Pertama
83 083. Langkah Berikutnya
84 084. Hari Itu Hari Raya
85 085. Salah Gerakan
86 086. Upacara Susulan
87 087. Tentang Seseorang
88 088. Kisah Lama Jangan Usai
89 089. Kabar Dari Annisa
90 090. Dukacita
91 091. Cerita Annisa
92 092. Cerita Annisa (2)
93 093. Akan Kuingat Selalu
94 094. Sebuah Proses
95 095. Berbaikan
96 096. Perpisahan Lagi
97 097. Wujud Kekecewaan
98 098. Duel Abdullah
99 099. Setelah Duel
100 100. Isi Hati
101 101. Wawancara
102 102. Sepotong Pesan
103 103. Sampai Jumpa Lagi
104 104. Di Bawah Sebatang Pohon
105 105. Sudah Pria Dewasa
106 106. Perjuangan Itu Dimulai
107 107. Menjelang Dewasa
108 108. Sedih Sebelum Senang
109 109. Harus Bangun
110 110. Keberangkatan
111 111. Malam Sidang Pantukhir
112 112. Hasil Doa dan Air Mata
113 113. Pelukan Untuk Ayah
114 114. Ayah Baik-baik Saja
115 115. Kunjungan Kawan
116 PENGUMUMAN GIVEAWAY
117 116. Ngalor-Ngidul Rencana
118 117. Kilas Masa Depan
119 118. Perpisahan dan Pertemuan
120 119. Sambal Perwira
121 120. Annisa
122 121. Hidup Harus Tetap Berjalan
123 122. Pelukan Rindu
124 123. Untung Masih Wangi
125 124. Salah Bicara
126 125. Kencan Keluarga
127 126. Percikan Masa Lalu
128 127. Di Ayunan Besi
129 128. Ardhya Garini
130 129. Harus Melangkah
131 130. Perlahan Ke Masa Depan
132 131. Pria Belum Laku
133 132. Jomblo Paling Berkualitas
134 133. Kejutan dari Sermatutar
135 134. Adhi Makayasa untuk Ayah
136 135. Selamat Dari Ayah
137 136. Go Public
138 137. Kenalin
139 PENGUMUMAN PEMENANG GIVEAWAY
140 138. Kenangan Muda
141 139. Terkejut dan Mengejutkan
142 140. Perkenalan Tak Disengaja
143 141. Seseorang Yang Muncul di Ingatan
144 142. Badai Kecil
145 143. Afirmasi Positif
146 144. Bukan Karena Jarak
147 145. Semacam Patah Hati
148 146. Bagaimana Hubungan Kita
149 147. Bala Bantuan
150 148. Finding Annisa
151 149. Generasi Berbeda
152 150. Percakapan Dua Generasi
153 151. Pembatalan Janji
154 152. Setelah Sekian Lama
155 153. Entah Itu Perpisahan
156 154. Malam Yang Meyakinkan
157 155. Bukan Kisah Sederhana
158 156. Dari Cerpen 'ANAK IBU' (1)
159 157. Dari Cerpen 'ANAK IBU' (2)
160 158. Percakapan Sebelum Hidangan
161 159. Omongan Ringan Yang Berisi
162 160. Dukungan Seluruh Keluarga
163 161. Hari Bahagia Itu
164 162. Buket Bunga Dari Pria Berseragam
165 163. Sebelum Paragraf Berikutnya
166 164. Waktu Tiga Minggu
167 165. Untaian Restu
168 166. Hari Bahagia Itu
169 167. Kisah Di Dalam Kisah
170 168. Kesan-kesan Mereka
171 169. Cerita Satu Persatu
172 170. Di Mata Para Sahabat
173 171. Peringatan Dari Tini
174 172. Pertemuan Itu
175 173. Sebagaimana Seharusnya
176 174. Pelukan Tiga Generasi
177 Pemenang Komentar Terbaik
Episodes

Updated 177 Episodes

1
001. Ingatan Seorang Anak
2
002. Salah Satu Kenangan Indah
3
003. TK Impian
4
004. Alasan Membenci
5
005. Sebuah Pengertian Baru
6
006. Doa Bersama
7
007. Tempat Tinggal Baru Ibu
8
008. Kepercayaan Dari Ibu
9
009. Seorang Anak Yang Jatuh Hati
10
010. Pahit dan Manis
11
011. Cita-Cita Dul
12
012. Obrolan dengan Pria Gagah
13
013. Kebencian yang Mengakar
14
014. Sosok Idola Baru
15
015. Pelajaran Baru dari Ibu
16
016. Ibu Pahlawan Abadi
17
017. Perjuangan Liburan
18
018. Soal Cita-Cita
19
019. Kehilangan
20
020. Yang Mengakar Seumur Hidup
21
021. Kehilangan
22
022. Rindu Ibu
23
023. Percakapan Pria
24
024. Makna Ucapan
25
025. Kepergian Mbah Lanang
26
026. Hunian Baru
27
027. Kunjungan Pertama Kali
28
028. Pria dengan Pesona
29
029. Sesekali Boleh Salah
30
030. Lengkap Sudah
31
031. Di Tengah Keluarga
32
032. Bisa Baper
33
033. Kekhawatiran
34
034. Akhir Kesakitan
35
035. Datang dan Pergi
36
036. Kehilangan Kedua
37
037. Beranjak Remaja
38
038. Mengenal Heru
39
039. Kenyataan yang Mendekat
40
040. Terhenyak
41
041. Keputusasaan
42
042. Semua Ada Saatnya
43
043. Cari Kawan
44
044. Menyusul Dul
45
045. Menginginkan Pengakuan
46
046. Siapa Aku Sebenarnya
47
047. Tangis yang Pecah
48
048. Sebuah Pemikiran
49
049. Cara Memaafkan
50
050. Berdamai
51
051. Memang Anak Ibu
52
052. Bertemu Masa Lalu
53
053. Mulai Melangkah
54
054. Perpisahan
55
055. Sanubari Seorang Anak
56
056. Hati ke Hati
57
057. Hari Baru
58
058. Soal Cita-cita
59
059. Dari Selembar Foto
60
060. Akhir Surat Panjang
61
061. Semua Pasti Sempurna
62
062. Nama Paling Gagah
63
063. Sebuah Pertimbangan
64
064. Kontemplasi Rasa
65
065. Kembali Melangkah
66
066. Hidup Tetap Berjalan
67
067. Kejutan Untuk Ibu
68
068. Surprise
69
069. Hal-Hal Sederhana
70
070. Kesenangan Bersama
71
071. Keriaan Sehari
72
072. Kado Anak-anak
73
073. Awal Baru Lagi
74
074. Kesadaran Masa Remaja
75
075. Menunggu Esok
76
076. Putih Abu-abu
77
077. Merangkai Hari
78
078. Menunggu Jemputan
79
079. Kesadaran Yang Pertama
80
080. Sebuah Saran
81
081. Di Antara Sahabat
82
082. Percakapan Pertama
83
083. Langkah Berikutnya
84
084. Hari Itu Hari Raya
85
085. Salah Gerakan
86
086. Upacara Susulan
87
087. Tentang Seseorang
88
088. Kisah Lama Jangan Usai
89
089. Kabar Dari Annisa
90
090. Dukacita
91
091. Cerita Annisa
92
092. Cerita Annisa (2)
93
093. Akan Kuingat Selalu
94
094. Sebuah Proses
95
095. Berbaikan
96
096. Perpisahan Lagi
97
097. Wujud Kekecewaan
98
098. Duel Abdullah
99
099. Setelah Duel
100
100. Isi Hati
101
101. Wawancara
102
102. Sepotong Pesan
103
103. Sampai Jumpa Lagi
104
104. Di Bawah Sebatang Pohon
105
105. Sudah Pria Dewasa
106
106. Perjuangan Itu Dimulai
107
107. Menjelang Dewasa
108
108. Sedih Sebelum Senang
109
109. Harus Bangun
110
110. Keberangkatan
111
111. Malam Sidang Pantukhir
112
112. Hasil Doa dan Air Mata
113
113. Pelukan Untuk Ayah
114
114. Ayah Baik-baik Saja
115
115. Kunjungan Kawan
116
PENGUMUMAN GIVEAWAY
117
116. Ngalor-Ngidul Rencana
118
117. Kilas Masa Depan
119
118. Perpisahan dan Pertemuan
120
119. Sambal Perwira
121
120. Annisa
122
121. Hidup Harus Tetap Berjalan
123
122. Pelukan Rindu
124
123. Untung Masih Wangi
125
124. Salah Bicara
126
125. Kencan Keluarga
127
126. Percikan Masa Lalu
128
127. Di Ayunan Besi
129
128. Ardhya Garini
130
129. Harus Melangkah
131
130. Perlahan Ke Masa Depan
132
131. Pria Belum Laku
133
132. Jomblo Paling Berkualitas
134
133. Kejutan dari Sermatutar
135
134. Adhi Makayasa untuk Ayah
136
135. Selamat Dari Ayah
137
136. Go Public
138
137. Kenalin
139
PENGUMUMAN PEMENANG GIVEAWAY
140
138. Kenangan Muda
141
139. Terkejut dan Mengejutkan
142
140. Perkenalan Tak Disengaja
143
141. Seseorang Yang Muncul di Ingatan
144
142. Badai Kecil
145
143. Afirmasi Positif
146
144. Bukan Karena Jarak
147
145. Semacam Patah Hati
148
146. Bagaimana Hubungan Kita
149
147. Bala Bantuan
150
148. Finding Annisa
151
149. Generasi Berbeda
152
150. Percakapan Dua Generasi
153
151. Pembatalan Janji
154
152. Setelah Sekian Lama
155
153. Entah Itu Perpisahan
156
154. Malam Yang Meyakinkan
157
155. Bukan Kisah Sederhana
158
156. Dari Cerpen 'ANAK IBU' (1)
159
157. Dari Cerpen 'ANAK IBU' (2)
160
158. Percakapan Sebelum Hidangan
161
159. Omongan Ringan Yang Berisi
162
160. Dukungan Seluruh Keluarga
163
161. Hari Bahagia Itu
164
162. Buket Bunga Dari Pria Berseragam
165
163. Sebelum Paragraf Berikutnya
166
164. Waktu Tiga Minggu
167
165. Untaian Restu
168
166. Hari Bahagia Itu
169
167. Kisah Di Dalam Kisah
170
168. Kesan-kesan Mereka
171
169. Cerita Satu Persatu
172
170. Di Mata Para Sahabat
173
171. Peringatan Dari Tini
174
172. Pertemuan Itu
175
173. Sebagaimana Seharusnya
176
174. Pelukan Tiga Generasi
177
Pemenang Komentar Terbaik

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!