015. Pelajaran Baru dari Ibu

“Di puncak yang banyak arenanya itu?” Pertanyaan yang dijawab Dul dengan pertanyaan. Hanya demi memastikan bahwa telinganya tak salah mendengar. Pria gagah di depannya tersenyum seraya mengangguk.

“Aku boleh nyoba roller coaster?” Dul merasa roller coaster sangat penting. Ia terlalu sering mendengar cerita tanpa pernah berani meminta pengalaman serupa pada ibunya. Lagi-lagi Bara mengangguk. Kali ini pria itu tertawa kecil sambil menyugar rambutnya.

Dul meletakkan sendok dan mengguncang tangan ibunya. “Boleh, ya, Bu?” Sebisa mungkin ia membuat raut memelas di wajahnya. Meski raut itu sedikit sulit menyembunyikan kesenangan yang tergambar jelas.

Anggukan dan senyum manis dari ibunya membuat Dul berpikir bahwa itu adalah awal dari kebahagiaannya. Liburan ke puncak? Selama ini ia hanya mendengar cerita-cerita temannya yang pamer tiap berpergian. Ke arena bermain, ke kolam renang, atau hanya sekedar duduk di tepi pantai dan membawa makanan dari rumah untuk disantap di atas tikar.

Dul iri pada semua cerita-cerita itu. Meski ia tak pernah mengatakan apa pun pada ibunya. Jangankan ke taman bermain mahal yang ada di puncak, ke mal saja ia tak pernah.

Ibunya selalu mengatakan, “Ibu enggak mau kamu kepingin terlalu banyak kalau udah liat yang orang punya. Masuk mal cuma bikin kita jadi punya banyak keinginan.”

Dan Mbah Lanang juga sering mengatakan hal yang menguatkan ucapan ibunya. “Kamu harus jadi anak yang tau diuntung. Dulu Ibu kamu hampir mati dan gila saat hamil dan melahirkan kamu.”

Sungguh, ia tak paham apa maksudnya. Apa setiap ibu di dunia ini memang harus mengalami hal yang dialami ibunya saat mengandung dan melahirkan? Namun, walau ia tak mengerti dengan hal yang dikatakan Mbah Lanang, pria tua itu selalu mengulanginya tiap ia meminta sesuatu. Sampai-sampai ia sering lupa dengan apa yang diinginkannya selain tinggal bersama ibunya.

Seharian itu selama di sekolah Dul melirik jam dengan tak sabar. Pukul sebelas siang terasa sangat lama. Pagi tadi Mbah Lanang mengatakan kalau ibunya akan datang menjemputnya. Pasti ibunya mau mengajak ke suatu tempat.

Dul celingak-celinguk mencari ibunya di luar kelas. Tak mendapati wanita itu di sana, ia melangkahkan kakinya keluar pagar. Dan ibunya terlihat berjalan tergopoh-gopoh ke arahnya.

“Udah lama nunggu Ibu?”

Ternyata raut khawatir ibunya karena merasa terlambat menjemput. Apa kabar dengan Mbah Lanang yang santai saja. “Belum lama keluar, kok.”

Dari raut wajah ibunya, ia bisa memastikan kalau siang ke sore itu mereka berdua akan bersenang-senang.

“Ibu Dul ….”

Suara seorang wanita membuat Dul dan Dijah berpandangan, lalu serentak menoleh pada dua wanita yang berjalan menuju mereka.

“Ya, Bu ….”

Wanita yang memanggil ibunya tersenyum dan melambai. Dul sibuk mengingat-ingat apa ia mempunyai masalah dengan teman-temannya sampai ibu dari temannya itu merasa perlu menyapa ibunya.

Tumben ….

“Ibu Dul udah nikah lagi, kok, nggak ada ngundang kita-kita? Harusnya kita bisa dateng pake seragaman trus nyanyi sealbum dua album di resepsinya Ibu Dul."

Nyanyi sealbum dua album? Kata-kata baru. Biasanya nyanyi satu dua lagu.

Dul kembali menoleh ibunya menanti jawaban. Ternyata ibunya hanya mengatakan, "Oh ...."

"Ayah Dul ganteng, ya, Jeung …. Pasti sekarang lagi hot-hot-nya karena ibu Dul dapetnya jejaka single."

Dul menebak bahwa kali ini ibunya tak akan menjawab. Sudah kebiasaan ibunya yang sulit mengakui sesuatu kalau itu benar. Biasanya ibunya hanya diam. Wanita yang melahirkannya itu lebih mudah bersuara untuk menolak dibandingkan mengiyakan. Dan baru saja salah satu ibu temannya mengatakan ‘Ayah Dul ganteng'. Hanya itu yang dimengertinya. Bara sedang dipuji dan pujian itu benar.

Dan seperti dugaan Dul. Ibunya tak menjawab. Hanya meringis.

"Permisi dulu, Bu ….”

Menit berikutnya, Dul sudah digandeng menuju tepi jalan.

"Mau ke mana?" tanya Dul mendongak menatap ibunya.

"Mau beli baju baru untuk pergi hari Sabtu. Seneng enggak?"

"Seneng. Beli celana panjang, ya, Bu. Warna biru kayak Om Bara. Bajunya juga kayak yang dipakai Om Bara.”

"Yang gimana bajunya?"

"Yang lengan panjang pakai kancing. Ada dalemannya. Keren, Bu. Aku mau gitu."

"Kita cari di pasar.”

Meminta apa-apa tak pernah semudah itu sebelumnya. Beberapa lama bersama Bara, ibunya menjadi lebih murah hati. Siang itu mereka begitu mesra. Berduaan pergi ke pasar dan banyak bercerita. Ibunya menjawab semua pertanyaannya meski dengan jawaban pendek-pendek. Khas ibunya sekali. Wajahnya menawar harga barang tanpa raut memohon. Langkah dan pegangan tangannya selalu terasa mantap dan kuat.

“Sebentar, Dul.”

Langkah mereka terhenti pada seorang peminta-minta yang tidak meminta. Hanya duduk melamun dengan mangkok yang berada di pangkuannya. Dijah mengeluarkan selembar pecahan dua puluh ribu dan menyodorkannya langsung ke tangan wanita yang terlihat lebih tua dari Mbah Wedok.

Dua puluh ribu ….

Mata Dul membulat memandang lembaran uang. Lalu menoleh ibunya yang berjalan santai menggandengnya keluar pasar.

“Kenapa ngeliatin Ibu kaya gitu?”

Mata Dul kembali bersitatap dengan ibunya. “Dua puluh ribu … banyak banget, Bu.”

“Buat kita memang banyak, Dul. Tapi kalau kita lagi ada enggak apa-apa. Mbok tadi keliatan lemes banget. Udah setua itu harusnya di rumah aja. Kalau masih keluar rumah, artinya enggak ada yang bisa diandalkan mencari nafkah,” jelas Dijah.

“Lemes karena belum makan? Bisa jadi Mbok tadi lagi sedih.”

“Iya, bisa jadi lagi sedih. Dan enggak semuanya orang sedih butuh nasehat juga kalimat-kalimat bijak. Terkadang hanya butuh makan enak dan tidur nyenyak.”

Ibunya bicara seakan pada dirinya sendiri. Mereka sudah tiba di tepi jalan untuk menunggu angkutan kembali ke rumah. Dul mendongak menatap ibunya. “Mbok itu bisa beli nasi dengan lauk yang enak pakai dua puluh ribu dari Ibu.”

“Bener. Kamu bener."

Segurat senyuman menyertai perkataan ibunya barusan.

To Be Continued

Terpopuler

Comments

☠ Atin 🍒𝐙⃝🦜

☠ Atin 🍒𝐙⃝🦜

Byuuuuh nyanyi sealbum dua album mo seharian kondangan😃

2024-04-15

0

☠⏤͟͟͞R_𝐀𝖙𝖎𝖓🦋𝐙⃝🦜

☠⏤͟͟͞R_𝐀𝖙𝖎𝖓🦋𝐙⃝🦜

Bahagia yang selama ini siangan angan

2024-04-16

0

May Keisya

May Keisya

5 album dong Bu🤣

2024-03-01

1

lihat semua
Episodes
1 001. Ingatan Seorang Anak
2 002. Salah Satu Kenangan Indah
3 003. TK Impian
4 004. Alasan Membenci
5 005. Sebuah Pengertian Baru
6 006. Doa Bersama
7 007. Tempat Tinggal Baru Ibu
8 008. Kepercayaan Dari Ibu
9 009. Seorang Anak Yang Jatuh Hati
10 010. Pahit dan Manis
11 011. Cita-Cita Dul
12 012. Obrolan dengan Pria Gagah
13 013. Kebencian yang Mengakar
14 014. Sosok Idola Baru
15 015. Pelajaran Baru dari Ibu
16 016. Ibu Pahlawan Abadi
17 017. Perjuangan Liburan
18 018. Soal Cita-Cita
19 019. Kehilangan
20 020. Yang Mengakar Seumur Hidup
21 021. Kehilangan
22 022. Rindu Ibu
23 023. Percakapan Pria
24 024. Makna Ucapan
25 025. Kepergian Mbah Lanang
26 026. Hunian Baru
27 027. Kunjungan Pertama Kali
28 028. Pria dengan Pesona
29 029. Sesekali Boleh Salah
30 030. Lengkap Sudah
31 031. Di Tengah Keluarga
32 032. Bisa Baper
33 033. Kekhawatiran
34 034. Akhir Kesakitan
35 035. Datang dan Pergi
36 036. Kehilangan Kedua
37 037. Beranjak Remaja
38 038. Mengenal Heru
39 039. Kenyataan yang Mendekat
40 040. Terhenyak
41 041. Keputusasaan
42 042. Semua Ada Saatnya
43 043. Cari Kawan
44 044. Menyusul Dul
45 045. Menginginkan Pengakuan
46 046. Siapa Aku Sebenarnya
47 047. Tangis yang Pecah
48 048. Sebuah Pemikiran
49 049. Cara Memaafkan
50 050. Berdamai
51 051. Memang Anak Ibu
52 052. Bertemu Masa Lalu
53 053. Mulai Melangkah
54 054. Perpisahan
55 055. Sanubari Seorang Anak
56 056. Hati ke Hati
57 057. Hari Baru
58 058. Soal Cita-cita
59 059. Dari Selembar Foto
60 060. Akhir Surat Panjang
61 061. Semua Pasti Sempurna
62 062. Nama Paling Gagah
63 063. Sebuah Pertimbangan
64 064. Kontemplasi Rasa
65 065. Kembali Melangkah
66 066. Hidup Tetap Berjalan
67 067. Kejutan Untuk Ibu
68 068. Surprise
69 069. Hal-Hal Sederhana
70 070. Kesenangan Bersama
71 071. Keriaan Sehari
72 072. Kado Anak-anak
73 073. Awal Baru Lagi
74 074. Kesadaran Masa Remaja
75 075. Menunggu Esok
76 076. Putih Abu-abu
77 077. Merangkai Hari
78 078. Menunggu Jemputan
79 079. Kesadaran Yang Pertama
80 080. Sebuah Saran
81 081. Di Antara Sahabat
82 082. Percakapan Pertama
83 083. Langkah Berikutnya
84 084. Hari Itu Hari Raya
85 085. Salah Gerakan
86 086. Upacara Susulan
87 087. Tentang Seseorang
88 088. Kisah Lama Jangan Usai
89 089. Kabar Dari Annisa
90 090. Dukacita
91 091. Cerita Annisa
92 092. Cerita Annisa (2)
93 093. Akan Kuingat Selalu
94 094. Sebuah Proses
95 095. Berbaikan
96 096. Perpisahan Lagi
97 097. Wujud Kekecewaan
98 098. Duel Abdullah
99 099. Setelah Duel
100 100. Isi Hati
101 101. Wawancara
102 102. Sepotong Pesan
103 103. Sampai Jumpa Lagi
104 104. Di Bawah Sebatang Pohon
105 105. Sudah Pria Dewasa
106 106. Perjuangan Itu Dimulai
107 107. Menjelang Dewasa
108 108. Sedih Sebelum Senang
109 109. Harus Bangun
110 110. Keberangkatan
111 111. Malam Sidang Pantukhir
112 112. Hasil Doa dan Air Mata
113 113. Pelukan Untuk Ayah
114 114. Ayah Baik-baik Saja
115 115. Kunjungan Kawan
116 PENGUMUMAN GIVEAWAY
117 116. Ngalor-Ngidul Rencana
118 117. Kilas Masa Depan
119 118. Perpisahan dan Pertemuan
120 119. Sambal Perwira
121 120. Annisa
122 121. Hidup Harus Tetap Berjalan
123 122. Pelukan Rindu
124 123. Untung Masih Wangi
125 124. Salah Bicara
126 125. Kencan Keluarga
127 126. Percikan Masa Lalu
128 127. Di Ayunan Besi
129 128. Ardhya Garini
130 129. Harus Melangkah
131 130. Perlahan Ke Masa Depan
132 131. Pria Belum Laku
133 132. Jomblo Paling Berkualitas
134 133. Kejutan dari Sermatutar
135 134. Adhi Makayasa untuk Ayah
136 135. Selamat Dari Ayah
137 136. Go Public
138 137. Kenalin
139 PENGUMUMAN PEMENANG GIVEAWAY
140 138. Kenangan Muda
141 139. Terkejut dan Mengejutkan
142 140. Perkenalan Tak Disengaja
143 141. Seseorang Yang Muncul di Ingatan
144 142. Badai Kecil
145 143. Afirmasi Positif
146 144. Bukan Karena Jarak
147 145. Semacam Patah Hati
148 146. Bagaimana Hubungan Kita
149 147. Bala Bantuan
150 148. Finding Annisa
151 149. Generasi Berbeda
152 150. Percakapan Dua Generasi
153 151. Pembatalan Janji
154 152. Setelah Sekian Lama
155 153. Entah Itu Perpisahan
156 154. Malam Yang Meyakinkan
157 155. Bukan Kisah Sederhana
158 156. Dari Cerpen 'ANAK IBU' (1)
159 157. Dari Cerpen 'ANAK IBU' (2)
160 158. Percakapan Sebelum Hidangan
161 159. Omongan Ringan Yang Berisi
162 160. Dukungan Seluruh Keluarga
163 161. Hari Bahagia Itu
164 162. Buket Bunga Dari Pria Berseragam
165 163. Sebelum Paragraf Berikutnya
166 164. Waktu Tiga Minggu
167 165. Untaian Restu
168 166. Hari Bahagia Itu
169 167. Kisah Di Dalam Kisah
170 168. Kesan-kesan Mereka
171 169. Cerita Satu Persatu
172 170. Di Mata Para Sahabat
173 171. Peringatan Dari Tini
174 172. Pertemuan Itu
175 173. Sebagaimana Seharusnya
176 174. Pelukan Tiga Generasi
177 Pemenang Komentar Terbaik
Episodes

Updated 177 Episodes

1
001. Ingatan Seorang Anak
2
002. Salah Satu Kenangan Indah
3
003. TK Impian
4
004. Alasan Membenci
5
005. Sebuah Pengertian Baru
6
006. Doa Bersama
7
007. Tempat Tinggal Baru Ibu
8
008. Kepercayaan Dari Ibu
9
009. Seorang Anak Yang Jatuh Hati
10
010. Pahit dan Manis
11
011. Cita-Cita Dul
12
012. Obrolan dengan Pria Gagah
13
013. Kebencian yang Mengakar
14
014. Sosok Idola Baru
15
015. Pelajaran Baru dari Ibu
16
016. Ibu Pahlawan Abadi
17
017. Perjuangan Liburan
18
018. Soal Cita-Cita
19
019. Kehilangan
20
020. Yang Mengakar Seumur Hidup
21
021. Kehilangan
22
022. Rindu Ibu
23
023. Percakapan Pria
24
024. Makna Ucapan
25
025. Kepergian Mbah Lanang
26
026. Hunian Baru
27
027. Kunjungan Pertama Kali
28
028. Pria dengan Pesona
29
029. Sesekali Boleh Salah
30
030. Lengkap Sudah
31
031. Di Tengah Keluarga
32
032. Bisa Baper
33
033. Kekhawatiran
34
034. Akhir Kesakitan
35
035. Datang dan Pergi
36
036. Kehilangan Kedua
37
037. Beranjak Remaja
38
038. Mengenal Heru
39
039. Kenyataan yang Mendekat
40
040. Terhenyak
41
041. Keputusasaan
42
042. Semua Ada Saatnya
43
043. Cari Kawan
44
044. Menyusul Dul
45
045. Menginginkan Pengakuan
46
046. Siapa Aku Sebenarnya
47
047. Tangis yang Pecah
48
048. Sebuah Pemikiran
49
049. Cara Memaafkan
50
050. Berdamai
51
051. Memang Anak Ibu
52
052. Bertemu Masa Lalu
53
053. Mulai Melangkah
54
054. Perpisahan
55
055. Sanubari Seorang Anak
56
056. Hati ke Hati
57
057. Hari Baru
58
058. Soal Cita-cita
59
059. Dari Selembar Foto
60
060. Akhir Surat Panjang
61
061. Semua Pasti Sempurna
62
062. Nama Paling Gagah
63
063. Sebuah Pertimbangan
64
064. Kontemplasi Rasa
65
065. Kembali Melangkah
66
066. Hidup Tetap Berjalan
67
067. Kejutan Untuk Ibu
68
068. Surprise
69
069. Hal-Hal Sederhana
70
070. Kesenangan Bersama
71
071. Keriaan Sehari
72
072. Kado Anak-anak
73
073. Awal Baru Lagi
74
074. Kesadaran Masa Remaja
75
075. Menunggu Esok
76
076. Putih Abu-abu
77
077. Merangkai Hari
78
078. Menunggu Jemputan
79
079. Kesadaran Yang Pertama
80
080. Sebuah Saran
81
081. Di Antara Sahabat
82
082. Percakapan Pertama
83
083. Langkah Berikutnya
84
084. Hari Itu Hari Raya
85
085. Salah Gerakan
86
086. Upacara Susulan
87
087. Tentang Seseorang
88
088. Kisah Lama Jangan Usai
89
089. Kabar Dari Annisa
90
090. Dukacita
91
091. Cerita Annisa
92
092. Cerita Annisa (2)
93
093. Akan Kuingat Selalu
94
094. Sebuah Proses
95
095. Berbaikan
96
096. Perpisahan Lagi
97
097. Wujud Kekecewaan
98
098. Duel Abdullah
99
099. Setelah Duel
100
100. Isi Hati
101
101. Wawancara
102
102. Sepotong Pesan
103
103. Sampai Jumpa Lagi
104
104. Di Bawah Sebatang Pohon
105
105. Sudah Pria Dewasa
106
106. Perjuangan Itu Dimulai
107
107. Menjelang Dewasa
108
108. Sedih Sebelum Senang
109
109. Harus Bangun
110
110. Keberangkatan
111
111. Malam Sidang Pantukhir
112
112. Hasil Doa dan Air Mata
113
113. Pelukan Untuk Ayah
114
114. Ayah Baik-baik Saja
115
115. Kunjungan Kawan
116
PENGUMUMAN GIVEAWAY
117
116. Ngalor-Ngidul Rencana
118
117. Kilas Masa Depan
119
118. Perpisahan dan Pertemuan
120
119. Sambal Perwira
121
120. Annisa
122
121. Hidup Harus Tetap Berjalan
123
122. Pelukan Rindu
124
123. Untung Masih Wangi
125
124. Salah Bicara
126
125. Kencan Keluarga
127
126. Percikan Masa Lalu
128
127. Di Ayunan Besi
129
128. Ardhya Garini
130
129. Harus Melangkah
131
130. Perlahan Ke Masa Depan
132
131. Pria Belum Laku
133
132. Jomblo Paling Berkualitas
134
133. Kejutan dari Sermatutar
135
134. Adhi Makayasa untuk Ayah
136
135. Selamat Dari Ayah
137
136. Go Public
138
137. Kenalin
139
PENGUMUMAN PEMENANG GIVEAWAY
140
138. Kenangan Muda
141
139. Terkejut dan Mengejutkan
142
140. Perkenalan Tak Disengaja
143
141. Seseorang Yang Muncul di Ingatan
144
142. Badai Kecil
145
143. Afirmasi Positif
146
144. Bukan Karena Jarak
147
145. Semacam Patah Hati
148
146. Bagaimana Hubungan Kita
149
147. Bala Bantuan
150
148. Finding Annisa
151
149. Generasi Berbeda
152
150. Percakapan Dua Generasi
153
151. Pembatalan Janji
154
152. Setelah Sekian Lama
155
153. Entah Itu Perpisahan
156
154. Malam Yang Meyakinkan
157
155. Bukan Kisah Sederhana
158
156. Dari Cerpen 'ANAK IBU' (1)
159
157. Dari Cerpen 'ANAK IBU' (2)
160
158. Percakapan Sebelum Hidangan
161
159. Omongan Ringan Yang Berisi
162
160. Dukungan Seluruh Keluarga
163
161. Hari Bahagia Itu
164
162. Buket Bunga Dari Pria Berseragam
165
163. Sebelum Paragraf Berikutnya
166
164. Waktu Tiga Minggu
167
165. Untaian Restu
168
166. Hari Bahagia Itu
169
167. Kisah Di Dalam Kisah
170
168. Kesan-kesan Mereka
171
169. Cerita Satu Persatu
172
170. Di Mata Para Sahabat
173
171. Peringatan Dari Tini
174
172. Pertemuan Itu
175
173. Sebagaimana Seharusnya
176
174. Pelukan Tiga Generasi
177
Pemenang Komentar Terbaik

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!