003. TK Impian

Dul kurang tahu alasan kenapa pria yang bergelar bapak buatnya tak pernah muncul di siang hari. Jarang sekali. Pernah sekali waktu datang ke rumah dan berteriak-teriak memanggil nama ibunya. Namun, saat itu ibunya sedang tak ada.

Bapaknya terus berteriak seakan tak percaya saat Mbah Wedok mengatakan ibunya tak ada. Setelah Mbah Lanang pulang dari warung dan mengatakan bahwa ibunya tak ada, barulah bapaknya percaya. Dari kejadian itu, Dul menyadari kalau pria bernama bapak itu, lebih percaya perkataan Mbah Lanang-nya.

Beberapa hari belakangan, Dul merasa hari-harinya cukup tenang. Ibunya pun terlihat lebih ceria dan mengatakan kalau dua hari belakangan pendapatannya memulung sampah cukup lumayan.

Dari ibunya, Dul mendengar kalau minggu depan ia sudah bisa masuk sekolah. Dul berhasil mendaftar di saat-saat terakhir. Seragamnya sudah diambil dari sekolah dan ibunya membeli sebuah tas baru untuknya.

“Dul, semuanya udah lengkap. Kecuali sepatu. Kamu masih ada sepatu bagus meski warnanya bukan hitam. Kalau pakai yang itu dulu enggak apa-apa, kan? Ibu udah tanya ke sekolah, katanya enggak apa-apa. Gimana?”

“Enggak apa-apa, Bu. Sepatuku masih bagus. Aku dapet ini aja udah seneng.” Dul membuka-buka tiap kantong tas barunya dan melihat seperangkat alat tulis yang masih berbungkus plastik.

“Nanti kalau sepatunya rusak, ibu langsung belikan yang baru. Ibu lagi ngumpulin uang,” kata Dijah.

“Buat apa?” Dul masih melihat-lihat tasnya.

“Buat pindah kos. Sepertinya laki-laki itu udah tau Ibu tinggal di mana. Dia bisa datang ke sana mempermalukan Ibu.”

Dul langsung mendongak menatap ibunya. “Ibu takut?”

Dijah mengangguk. “Ibu takut karena ada kamu. Kalau Ibu kenapa-napa, nanti kamu enggak ada temennya.”

Saat itu Dul tak menjawab. Namun, ia mengerti. Ketakutannya sama dengan sang ibu. Dul juga takut kalau ditinggalkan ibunya. Di usianya yang menginjak empat setengah tahun, Dul cukup mengerti tentang konsep ‘kenapa-napa’ yang diucapkan ibunya.

Beberapa bulan yang lalu, seorang tetangga mereka meninggal dunia karena kecelakaan motor tunggal. Para tetangga berdatangan dan tetangganya itu tak terlihat lagi. Dul bertanya ke mana tetangganya itu dibawa. Ibunya mengatakan kalau orang yang sudah meninggal akan dimasukkan ke dalam tanah.

Lalu ibunya memberi nasehat. “Itu kenapa setiap kamu keluar rumah kelamaan Ibu enggak suka. Itu karena Ibu khawatir kamu kenapa-napa. Rasanya di dunia ini Ibu cuma punya kamu Dul. Kalau kamu enggak ada, buat siapa lagi Ibu hidup.”

Sejak itulah Dul mengerti soal makna seseorang yang meninggalkan dunia. Ia harus mendengar semua perkataan ibunya. Tak mau kenapa-napa. Tetap mau menjadi alasan ibunya hidup di dunia.

Dari perlengkapan menulisnya, Dul beralih ke sebuah tempat bekal. “Nanti diisi apa, Bu?” Dul mengangkat tempat bekal merah bergambar tokoh kartun kesayangannya. Ultraman.

“Hari pertama ke sekolah Ibu masakin yang enak. Nasi goreng telur.” Dijah kembali tersenyum menatap anaknya. “Kemarin Ibu masakin nasi goreng buat Mbok Jum yang sakit. Katanya enak. Padahal enggak ada isinya. Cuma telur,” sambung Dijah.

“Nasi goreng telur bikin Ibu memang enak. Mbok Jum bener,” ucap Dul.

Salah satu nama yang paling sering disebut ibunya. Mbok Jum. Wanita tua yang ditemui ibunya di lokasi pembuangan sampah. Samar-samar dalam ingatannya, Dul pernah mendengar ibunya mengatakan Mbok Jum yang mengajarinya memulung sampah yang bisa kembali dijual. Mbok Jum juga yang pernah memberi ibunya uang saat terdesak tak punya uang untuk mengisi perut esok hari.

"Mbok Jum ngasi Ibu uang, Dul. Bukan pinjem. Kadang-kadang orang enggak punya itu memang bisa lebih royal dari orang kaya. Royal karena udah sering tau rasanya enggak punya duit itu gimana. Ternyata masih bisa hidup."

Selanjutnya, Dul memasukkan nama Mbok Jum ke dalam daftar orang-orang yang disukai ibunya.

Dan sore itu, Dul kembali melepas ibunya di depan pintu. Hati kanak-kanaknya berharap kalau seminggu ke depan datang bagaikan kilat. Ia ingin segera masuk ke sekolah dan berkenalan dengan teman-teman baru.

Dul tak tahu pukul berapa ibunya tiba di rumah. Senin pagi dia terbangun karena mendengar suara sutil beradu dengan wajan disertai aroma semerbak bawang yang ditumiskan.

Pandangannya usai mengucek mata pun menjadi terang benderang saat melihat seragam TK-nya dicantolkan di pegangan pintu menuju dapur. Dul bangkit dan mendatangi seragamnya.

“Masih anget dan wangi. Baru diseterika Ibu,” gumamnya.

Padahal dia belum melihat ibunya berada di sana. Tapi siapa lagi yang mau repot-repot menyemprotkan pewangi saat menyetrika selain ibunya.

“Bu,” panggil Dul dari ambang pintu.

Dijah menoleh. “Eh, udah bangun. Ayo, mandi sekarang. Kita harus berangkat lebih awal. Hari pertama, kita harus cari kelas kamu di mana,” ujar Dijah.

Dul berjinjit mengambil handuk dari paku di dinding luar kamar mandi. Sekali kibas saja, handuk itu jatuh ke wajahnya. Lima menit di kamar mandi, ibunya masuk membantunya sikat gigi. Mengarahkan harus ke bagian mana dia menyikat lebih dulu. Ibunya juga mengajarkan mencuci muka dengan sabun mandi yang diberi sedikit air dan digosok sampai berbusa. Tutorial mandi yang pertama kali ia peroleh dan tertanam di benaknya hingga dewasa.

“Di rumah enggak ada orang. Apa ditinggal aja?” tanya Dul saat menyadari kedua mbahnya belum ada yang terlihat.

“Ditinggal aja. Pintunya enggak usah dikunci. Siapa yang mau masuk dan nyolong? Rumahnya enggak ada apa-apa. Kalau televisi ini dicolong, enggak bisa dijual. Bisanya dipakai. Itu juga mesti digebuk dulu baru nyala.” Dijah tertawa kecil dengan lelucon yang jika didengar orang lain malah bisa membuat orang meringis.

Dul tersenyum mendengar banyolan khas ibunya yang selalu tajam di telinga orang lain. Ibunya lalu menutup kotak bekal berisi nasi goreng telur berwarna kekuningan yang menggugah selera.

“Sarapan roti dulu, Dul. Ibu beli dari tukang roti yang biasa lewat di kos-kosan. Nasi gorengnya untuk jam istirahat di sekolah."

"Roti apa, Bu?"

"Roti manis, kayak Ibu.”

Dul mengambil roti seraya mengulum senyumnya. Suasana hati ibunya yang sangat baik, ikut membawa ketenangan baginya. Hari pertama sekolah itu pasti menyenangkan.

Ia menghabiskan setengah gelas teh manis hangat dan sebuah roti tawar yang dicelupkanya ke dalam teh.

Gambaran sekolah taman kanak-kanak yang baru ia masuki, memenuhi seluruh ekspektasinya. Halaman yang luas dengan berbagai alat untuk bermain. Dinding warna-warni dan bangku serta meja kecil untuk masing-masing murid. Juga rak-rak yang terletak sejajar papan tulis tempat para murid menyimpan buku pelajaran yang tak dibawa pulang. Semua hal itu turut menambah sesuatu yang dianggapnya sebagai harta miliknya. Kursi dan meja sendiri, rak yang bertuliskan namanya. Dul merasa bangga dan bahagia sekali duduk di dalam kelas itu.

Kalau Ibu lain melambai-lambai dari luar kelas seraya memanggil nama anaknya, beda dengan ibunya. Wanita yang melahirkannya itu hanya berdiri menyandang tas dan menatap ke arahnya dengan raut yang sangat serius. Seolah ibunya sedang memastikan apakah ia menyukai sekolah barunya.

Tak perlu menunggu ibunya bertanya, Dul melambai pada ibunya dan tersenyum lebar. Saat itulah raut ibunya terlihat menggambarkan kelegaan. Ibunya membalas lambaian dan tersenyum. Lalu, dari kejauhan ibunya memberi isyarat dengan menunjuk ke arah pagar.

Dul mengangguk. Ibunya ingin menunggunya di luar. Ya, tentu saja ibunya berbeda dengan ibu-ibu lainnya. Ibunya percaya bahwa ia tak ‘kan menangis atau bertingkah macam-macam di hari pertamanya sekolah.

Hal itu menambah rasa percaya dirinya. Yakin kalau ibunya menganggap bahwa ia adalah anak yang bisa dipercaya dan tidak bertingkah menyebalkan.

To Be Continued

Terpopuler

Comments

💐Tari Nyonya Sibuea💐

💐Tari Nyonya Sibuea💐

manisss dong,klu nggk ya ayah bara nggk smpe jatuh bngun ngejer ibu na Dul 😁😁

2025-02-13

1

mama lia

mama lia

bener kata author nih, kadang org yg hdpnya susah yg lebih royal. karna bebuat baik ga hrs nggu jd kaya dulu.

2024-10-29

2

☠ Atin 🍒𝐙⃝🦜

☠ Atin 🍒𝐙⃝🦜

Semoga kamu jadi orang hebat ta Dul

2024-04-13

0

lihat semua
Episodes
1 001. Ingatan Seorang Anak
2 002. Salah Satu Kenangan Indah
3 003. TK Impian
4 004. Alasan Membenci
5 005. Sebuah Pengertian Baru
6 006. Doa Bersama
7 007. Tempat Tinggal Baru Ibu
8 008. Kepercayaan Dari Ibu
9 009. Seorang Anak Yang Jatuh Hati
10 010. Pahit dan Manis
11 011. Cita-Cita Dul
12 012. Obrolan dengan Pria Gagah
13 013. Kebencian yang Mengakar
14 014. Sosok Idola Baru
15 015. Pelajaran Baru dari Ibu
16 016. Ibu Pahlawan Abadi
17 017. Perjuangan Liburan
18 018. Soal Cita-Cita
19 019. Kehilangan
20 020. Yang Mengakar Seumur Hidup
21 021. Kehilangan
22 022. Rindu Ibu
23 023. Percakapan Pria
24 024. Makna Ucapan
25 025. Kepergian Mbah Lanang
26 026. Hunian Baru
27 027. Kunjungan Pertama Kali
28 028. Pria dengan Pesona
29 029. Sesekali Boleh Salah
30 030. Lengkap Sudah
31 031. Di Tengah Keluarga
32 032. Bisa Baper
33 033. Kekhawatiran
34 034. Akhir Kesakitan
35 035. Datang dan Pergi
36 036. Kehilangan Kedua
37 037. Beranjak Remaja
38 038. Mengenal Heru
39 039. Kenyataan yang Mendekat
40 040. Terhenyak
41 041. Keputusasaan
42 042. Semua Ada Saatnya
43 043. Cari Kawan
44 044. Menyusul Dul
45 045. Menginginkan Pengakuan
46 046. Siapa Aku Sebenarnya
47 047. Tangis yang Pecah
48 048. Sebuah Pemikiran
49 049. Cara Memaafkan
50 050. Berdamai
51 051. Memang Anak Ibu
52 052. Bertemu Masa Lalu
53 053. Mulai Melangkah
54 054. Perpisahan
55 055. Sanubari Seorang Anak
56 056. Hati ke Hati
57 057. Hari Baru
58 058. Soal Cita-cita
59 059. Dari Selembar Foto
60 060. Akhir Surat Panjang
61 061. Semua Pasti Sempurna
62 062. Nama Paling Gagah
63 063. Sebuah Pertimbangan
64 064. Kontemplasi Rasa
65 065. Kembali Melangkah
66 066. Hidup Tetap Berjalan
67 067. Kejutan Untuk Ibu
68 068. Surprise
69 069. Hal-Hal Sederhana
70 070. Kesenangan Bersama
71 071. Keriaan Sehari
72 072. Kado Anak-anak
73 073. Awal Baru Lagi
74 074. Kesadaran Masa Remaja
75 075. Menunggu Esok
76 076. Putih Abu-abu
77 077. Merangkai Hari
78 078. Menunggu Jemputan
79 079. Kesadaran Yang Pertama
80 080. Sebuah Saran
81 081. Di Antara Sahabat
82 082. Percakapan Pertama
83 083. Langkah Berikutnya
84 084. Hari Itu Hari Raya
85 085. Salah Gerakan
86 086. Upacara Susulan
87 087. Tentang Seseorang
88 088. Kisah Lama Jangan Usai
89 089. Kabar Dari Annisa
90 090. Dukacita
91 091. Cerita Annisa
92 092. Cerita Annisa (2)
93 093. Akan Kuingat Selalu
94 094. Sebuah Proses
95 095. Berbaikan
96 096. Perpisahan Lagi
97 097. Wujud Kekecewaan
98 098. Duel Abdullah
99 099. Setelah Duel
100 100. Isi Hati
101 101. Wawancara
102 102. Sepotong Pesan
103 103. Sampai Jumpa Lagi
104 104. Di Bawah Sebatang Pohon
105 105. Sudah Pria Dewasa
106 106. Perjuangan Itu Dimulai
107 107. Menjelang Dewasa
108 108. Sedih Sebelum Senang
109 109. Harus Bangun
110 110. Keberangkatan
111 111. Malam Sidang Pantukhir
112 112. Hasil Doa dan Air Mata
113 113. Pelukan Untuk Ayah
114 114. Ayah Baik-baik Saja
115 115. Kunjungan Kawan
116 PENGUMUMAN GIVEAWAY
117 116. Ngalor-Ngidul Rencana
118 117. Kilas Masa Depan
119 118. Perpisahan dan Pertemuan
120 119. Sambal Perwira
121 120. Annisa
122 121. Hidup Harus Tetap Berjalan
123 122. Pelukan Rindu
124 123. Untung Masih Wangi
125 124. Salah Bicara
126 125. Kencan Keluarga
127 126. Percikan Masa Lalu
128 127. Di Ayunan Besi
129 128. Ardhya Garini
130 129. Harus Melangkah
131 130. Perlahan Ke Masa Depan
132 131. Pria Belum Laku
133 132. Jomblo Paling Berkualitas
134 133. Kejutan dari Sermatutar
135 134. Adhi Makayasa untuk Ayah
136 135. Selamat Dari Ayah
137 136. Go Public
138 137. Kenalin
139 PENGUMUMAN PEMENANG GIVEAWAY
140 138. Kenangan Muda
141 139. Terkejut dan Mengejutkan
142 140. Perkenalan Tak Disengaja
143 141. Seseorang Yang Muncul di Ingatan
144 142. Badai Kecil
145 143. Afirmasi Positif
146 144. Bukan Karena Jarak
147 145. Semacam Patah Hati
148 146. Bagaimana Hubungan Kita
149 147. Bala Bantuan
150 148. Finding Annisa
151 149. Generasi Berbeda
152 150. Percakapan Dua Generasi
153 151. Pembatalan Janji
154 152. Setelah Sekian Lama
155 153. Entah Itu Perpisahan
156 154. Malam Yang Meyakinkan
157 155. Bukan Kisah Sederhana
158 156. Dari Cerpen 'ANAK IBU' (1)
159 157. Dari Cerpen 'ANAK IBU' (2)
160 158. Percakapan Sebelum Hidangan
161 159. Omongan Ringan Yang Berisi
162 160. Dukungan Seluruh Keluarga
163 161. Hari Bahagia Itu
164 162. Buket Bunga Dari Pria Berseragam
165 163. Sebelum Paragraf Berikutnya
166 164. Waktu Tiga Minggu
167 165. Untaian Restu
168 166. Hari Bahagia Itu
169 167. Kisah Di Dalam Kisah
170 168. Kesan-kesan Mereka
171 169. Cerita Satu Persatu
172 170. Di Mata Para Sahabat
173 171. Peringatan Dari Tini
174 172. Pertemuan Itu
175 173. Sebagaimana Seharusnya
176 174. Pelukan Tiga Generasi
177 Pemenang Komentar Terbaik
Episodes

Updated 177 Episodes

1
001. Ingatan Seorang Anak
2
002. Salah Satu Kenangan Indah
3
003. TK Impian
4
004. Alasan Membenci
5
005. Sebuah Pengertian Baru
6
006. Doa Bersama
7
007. Tempat Tinggal Baru Ibu
8
008. Kepercayaan Dari Ibu
9
009. Seorang Anak Yang Jatuh Hati
10
010. Pahit dan Manis
11
011. Cita-Cita Dul
12
012. Obrolan dengan Pria Gagah
13
013. Kebencian yang Mengakar
14
014. Sosok Idola Baru
15
015. Pelajaran Baru dari Ibu
16
016. Ibu Pahlawan Abadi
17
017. Perjuangan Liburan
18
018. Soal Cita-Cita
19
019. Kehilangan
20
020. Yang Mengakar Seumur Hidup
21
021. Kehilangan
22
022. Rindu Ibu
23
023. Percakapan Pria
24
024. Makna Ucapan
25
025. Kepergian Mbah Lanang
26
026. Hunian Baru
27
027. Kunjungan Pertama Kali
28
028. Pria dengan Pesona
29
029. Sesekali Boleh Salah
30
030. Lengkap Sudah
31
031. Di Tengah Keluarga
32
032. Bisa Baper
33
033. Kekhawatiran
34
034. Akhir Kesakitan
35
035. Datang dan Pergi
36
036. Kehilangan Kedua
37
037. Beranjak Remaja
38
038. Mengenal Heru
39
039. Kenyataan yang Mendekat
40
040. Terhenyak
41
041. Keputusasaan
42
042. Semua Ada Saatnya
43
043. Cari Kawan
44
044. Menyusul Dul
45
045. Menginginkan Pengakuan
46
046. Siapa Aku Sebenarnya
47
047. Tangis yang Pecah
48
048. Sebuah Pemikiran
49
049. Cara Memaafkan
50
050. Berdamai
51
051. Memang Anak Ibu
52
052. Bertemu Masa Lalu
53
053. Mulai Melangkah
54
054. Perpisahan
55
055. Sanubari Seorang Anak
56
056. Hati ke Hati
57
057. Hari Baru
58
058. Soal Cita-cita
59
059. Dari Selembar Foto
60
060. Akhir Surat Panjang
61
061. Semua Pasti Sempurna
62
062. Nama Paling Gagah
63
063. Sebuah Pertimbangan
64
064. Kontemplasi Rasa
65
065. Kembali Melangkah
66
066. Hidup Tetap Berjalan
67
067. Kejutan Untuk Ibu
68
068. Surprise
69
069. Hal-Hal Sederhana
70
070. Kesenangan Bersama
71
071. Keriaan Sehari
72
072. Kado Anak-anak
73
073. Awal Baru Lagi
74
074. Kesadaran Masa Remaja
75
075. Menunggu Esok
76
076. Putih Abu-abu
77
077. Merangkai Hari
78
078. Menunggu Jemputan
79
079. Kesadaran Yang Pertama
80
080. Sebuah Saran
81
081. Di Antara Sahabat
82
082. Percakapan Pertama
83
083. Langkah Berikutnya
84
084. Hari Itu Hari Raya
85
085. Salah Gerakan
86
086. Upacara Susulan
87
087. Tentang Seseorang
88
088. Kisah Lama Jangan Usai
89
089. Kabar Dari Annisa
90
090. Dukacita
91
091. Cerita Annisa
92
092. Cerita Annisa (2)
93
093. Akan Kuingat Selalu
94
094. Sebuah Proses
95
095. Berbaikan
96
096. Perpisahan Lagi
97
097. Wujud Kekecewaan
98
098. Duel Abdullah
99
099. Setelah Duel
100
100. Isi Hati
101
101. Wawancara
102
102. Sepotong Pesan
103
103. Sampai Jumpa Lagi
104
104. Di Bawah Sebatang Pohon
105
105. Sudah Pria Dewasa
106
106. Perjuangan Itu Dimulai
107
107. Menjelang Dewasa
108
108. Sedih Sebelum Senang
109
109. Harus Bangun
110
110. Keberangkatan
111
111. Malam Sidang Pantukhir
112
112. Hasil Doa dan Air Mata
113
113. Pelukan Untuk Ayah
114
114. Ayah Baik-baik Saja
115
115. Kunjungan Kawan
116
PENGUMUMAN GIVEAWAY
117
116. Ngalor-Ngidul Rencana
118
117. Kilas Masa Depan
119
118. Perpisahan dan Pertemuan
120
119. Sambal Perwira
121
120. Annisa
122
121. Hidup Harus Tetap Berjalan
123
122. Pelukan Rindu
124
123. Untung Masih Wangi
125
124. Salah Bicara
126
125. Kencan Keluarga
127
126. Percikan Masa Lalu
128
127. Di Ayunan Besi
129
128. Ardhya Garini
130
129. Harus Melangkah
131
130. Perlahan Ke Masa Depan
132
131. Pria Belum Laku
133
132. Jomblo Paling Berkualitas
134
133. Kejutan dari Sermatutar
135
134. Adhi Makayasa untuk Ayah
136
135. Selamat Dari Ayah
137
136. Go Public
138
137. Kenalin
139
PENGUMUMAN PEMENANG GIVEAWAY
140
138. Kenangan Muda
141
139. Terkejut dan Mengejutkan
142
140. Perkenalan Tak Disengaja
143
141. Seseorang Yang Muncul di Ingatan
144
142. Badai Kecil
145
143. Afirmasi Positif
146
144. Bukan Karena Jarak
147
145. Semacam Patah Hati
148
146. Bagaimana Hubungan Kita
149
147. Bala Bantuan
150
148. Finding Annisa
151
149. Generasi Berbeda
152
150. Percakapan Dua Generasi
153
151. Pembatalan Janji
154
152. Setelah Sekian Lama
155
153. Entah Itu Perpisahan
156
154. Malam Yang Meyakinkan
157
155. Bukan Kisah Sederhana
158
156. Dari Cerpen 'ANAK IBU' (1)
159
157. Dari Cerpen 'ANAK IBU' (2)
160
158. Percakapan Sebelum Hidangan
161
159. Omongan Ringan Yang Berisi
162
160. Dukungan Seluruh Keluarga
163
161. Hari Bahagia Itu
164
162. Buket Bunga Dari Pria Berseragam
165
163. Sebelum Paragraf Berikutnya
166
164. Waktu Tiga Minggu
167
165. Untaian Restu
168
166. Hari Bahagia Itu
169
167. Kisah Di Dalam Kisah
170
168. Kesan-kesan Mereka
171
169. Cerita Satu Persatu
172
170. Di Mata Para Sahabat
173
171. Peringatan Dari Tini
174
172. Pertemuan Itu
175
173. Sebagaimana Seharusnya
176
174. Pelukan Tiga Generasi
177
Pemenang Komentar Terbaik

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!