Saat Arumi memasuki aula tempat diadakan reuni, suasana hiruk pikuk langsung ditangkap gendang telinganya. Ia masuk perlahan menuju teman-teman sekelasnya berkumpul.
Reuni hari ini diadakan untuk teman seangkatan, bukan hanya sekelas. Sehingga suasana cukup ramai dan riuh.
Arumi tersenyum dengan siapapun ia bertemu. Hampir semua mengenal Arumi. Gadis cantik yang kaya tapi ramah.
Tasya yang melihat kedatangan Arumi langsung mengejar sahabatnya itu dan mengajak bergabung dengan yang lain.
Semua teman Arumi menanyakan tentang Gibran. Biasanya Gibran selalu ada di samping Arumi kemanapun ia pergi.
Arumi hanya memberikan alasan jika suaminya sibuk bekerja. Hati Arumi sakit setiap ada yang bertanya tentang suaminya.
Acara Reuni Sekolah Menengah Pertama Tunas Karya telah dimulai dengan sambutan panitia penyelenggara. Pembawa acara meminta Arumi memberikan kata sambutan mewakili kelasnya.
Dengan langkah pasti Arumi naik ke panggung dan memberikan sedikit kata sambutan. Di sudut ruangan tampak sepasang mata memperhatikannya dengan seksama.
Arumi turun dari panggung dan menuju meja makanan. Ia mengambil segelas air jeruk dan sepiring kecil buah.
Wanita itu memilih menyendiri di sudut ruangan. walaupun suasana ramai, hatinya terasa hampa. Dua tahun selalu bersama sang suami kemanapun pergi, bukan mudah untuk melupakan kebiasaan itu.
Arumi baru menyadari, kenapa Gibran selalu memintanya menggunakan alat kontrasepsi. Ternyata suaminya belum siap memiliki anak dari rahimnya. Dulu Arumi percaya saja, saat Gibran mengatakan ingin puas berdua dan bermesraan dulu sebelum memutuskan memiliki anak darinya.
Pria yang dari tadi memperhatikan Arumi, mendatangi wanita itu. Arumi yang belum menyadari kehadiran seseorang di samping tempat ia duduk masih asyik dengan lamunannya.
"Arumi ...." ucap pria itu dengan menyentuh bahu Arumi, membuat gadis itu kaget dan langsung menoleh.
Arumi tersenyum dan memperhatikan wajah pria yang ada dihadapannya.
"Pasti kamu lupa? Aku memang tak pantas diingat."
"Jangan berburuk sangka dulu, dosa."
"Siapa? kalau kamu ingat."
"Arshaka Virendra."
"Woow, tersanjung banget gadis secantik kamu masih ingat dengan pria seperti aku ini."
"Aku bukan gadis lagi."
"Tapi kamu masih pantas dikatakan gadis, masih sangat cantik."
"Terima kasih atas pujiannya, tapi terasa seperti gombalan."
"Aku bukan gombal, itu kenyataan. Kamu dari awal bertemu hingga hari ini masih sama, tak ada yang berubah. Termasuk hatiku, masih juga sama."
"Apa maksudnya, aku nggak ngerti."
"Maksudnya, aku tetap menganggap kamu wanita paling cantik yang pernah aku temui. Beruntung banget suami kamu. Pasti ia sangat mencintaimu."
Kamu salah Shaka, pria itu tak pernah mencintaiku dan menganggap aku ada. Aku masih hidup atau matipun mungkin ia tak peduli. Aku saja yang bodoh, masih terus memikirkan dirinya. Sedangkan pria itu, entah sedang apa dia saat ini, mungkin sedang bahagia karena bisa lepas dari wanita manja dan boros seperti aku.
"Hai ... aku masih di sini." Shaka melambaikan tangannya di depan wajah Arumi. Wanita itu tersadar dari lamunannya.
"Maaf ...."
"Kamu pasti ingat suami, ya? Dari yang aku dengar kamu biasanya hadir dengan suamimu. Tapi kenapa kali ini datang sendirian."
"Lagi pengin sendiri, biar dikira jomblo," ucap Arumi akan tertawa.
"Hati-hati ... jangan sering pergi sendiri. Nanti kamu dan suami terlalu nyaman dengan kesendirian. Lagi pula nanti banyak yang salah paham."
Arumi memandangi wajah Shaka dengan seksama tanpa kedip. Ia akhirnya tersenyum. Shaka juga ikut tersenyum.
"Salah paham Gimana?"
"Nanti di kira orang kamu telah pisah dengan suami. Bisa-bisa banyak yang berharap, termasuk aku nantinya."
"Berharap? Berharap apa?"
"Udahlah, aku ambilkan makanan dulu. Kamu mau apa? Aku ambilkan."
"Aku bisa ambil sendiri."
Arumi berdiri diikuti Shaka dibelakangnya. Tasya dan teman sekelas lainnya yang sedang mengobrol jadi memperhatikan mereka. Shaka yang terkenal ketampanannya dan Arumi dengan kecantikannya sedang berjalan beriringan, membuat mata mereka seolah tak ingin berkedip dari memandangi mereka.
Tasya langsung menghampiri Arumi dan Shaka. Menyapa pria itu dengan kegenitan ciir khas Tasya. Ia memang gadis yang ceria, sama seperti saat masih sekolah dulunya.
Tasya tak hentinya mengajak Shaka mengobrol dan bertanya tentang keseharian pria itu.
Sementara itu di rumah kediaman Arumi, tampak Gibran yang sedang termenung sendiri di meja makan.
Semua hidangan masih utuh, belum disentuh Gibran. Biasanya Gibran selalu makan ditemani Arumi istrinya. Gibran merasa ada yang kurang.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Enny Sukaeni
seruju dech jika Shaka berjodoh dgn Arumi, cinta Shaka buat Arumi tulus drpd Gibran bkn suami setia,cinta palsu
2025-03-21
0
Hafifah Hafifah
kenapa dulu g milih shaka yg tulus mencintaimu
2024-08-13
2
Hafifah Hafifah
ada untungnya juga kan ikut KB jadi g ada anak yg akan tersakiti lw nanti kalian pisah
2024-08-13
1