Lima bulan telah berlalu. Akhirnya Arin memutuskan untuk berhenti kerja. Ia ingin fokus mengurus dan melihat perkembangan Allea.
Perkembangan putrinya itu terhitung cepat. Bayi lima bulan itu sudah bisa tengkurap dan tingkahnya sangat menggemaskan.
Itulah alasan Arin berhenti kerja. Ia tak bisa jauh-jauh dari boneka hidupnya. Kornea bulenya amat indah di pandang.
Pipi bulat bagaikan bakpau itu rasanya enak di gigit. Kekehannya saat di goda selalu terlintas dalam pikiran.
Dengan modal minim dan di sponsori Bian. Arin membuka kafe yang selama ini di impikan.
Lumayan untuk pemasukan dan membeli kebutuhan Allea. Ia tak sendiri dalam menjalankan kafe itu.
Mira dan Rio sebagai mitra kerja sekaligus pengelola. Kata mereka mengisi waktu luang sebelum mendapat kerjaan yang cocok.
Arin mendaftarkan kafe itu dengan nama Al's Cafe. Sejak pertama buka. Al's Cafe tak pernah sepi pelanggan.
Tempat yang strategis. Pengaturan ruangan berbeda dari kafe lain, membuat pengunjung betah dan nyaman.
"Nyonyia tumben jam segini belum menampakkan diri". Celetuk Rio saat menoleh jam dinding yang terpasang dekat pintu masuk.
"Mungkin bos kecil rewel. Kemarin kan abis imunisasi". Sahut Mira sembari menata gelas.
"Siapa mereka? mencurigakan". Desis Rio mengernyitkan dahi melihat orang yang berpakaian mencurigakan berdiri di teras kafe sedari tadi.
"Ada apa?". Mira menyejajari Rio.
"Lihat orang itu. Aku perhatiin kayak mengintai kafe kita". Tunjuk Rio dengan dagunya.
Mira menyipitkan matanya sembari mengangguk. Lalu atensi mereka teralihkan suara pintu masuk.
"Selamat datang di Al's..."
"Huwaaaah. Kenapa badan Allea panas banget? semalem rewel terus. Gak tidur". Cerocos Arin sembari sesegukan.
Mira dan Rio hanya mematung melihat drama ibu dadakan itu. Lalu geleng-geleng kepala. Bukankah Allea selalu bereaksi seperti itu setelah imunisasi.
Namun, Arin selalu panik dan menangis jika Allea panas atau sejenisnya.
"Kalian kok diem saja sih?". Kesal Arin cemberut.
"Lalu kita harus bagaimana?". Kompak Rio dan Mira. Niat Arin menjawab pun diurungkan saat terdengar pintu masuk akan kedatangan pelanggan.
"Orang yang mondar-mandir tadi". Batin Rio menyisir penampilan orang yang berpakaian kaos berjaket hitam celana Jean. Dan dua orang mengenakan setelah Jas.
"Sial. Mimpi apa semalam? kok ada pangeran menjemputku". Batin Mira melotot melihat lelaki tampan di depan mata.
"Maaf mengganggu waktunya. Perkenalkan saya Dika. Dan apakah benar Anda bernama Alesha Arin?". Ucapnya sembari menunjukkan identitas. Arin medelik saat tahu siapa orang tersebut.
"Iya saya Arin. Tapi saya tidak pernah buat kriminal pak. Bapak ngapain ke sini?". cerocos Arin sembari menepuk-nepuk paha Allea dalam gendongannya.
"Memang benar anda tidak membuat kriminal. Tapi ada beberapa yang harus kami tanyakan pada an.."
"Hah. Anda kelamaan pak. langsung saja ke intinya". Potong lelaki berjas biru dongker maju menyejajari pak Dika.
Mira langsung mendelik melihat wajah yang tak asing itu.
"Ha? aku gak salah liatkan?. itukan Aslan Alister. Si Sugar Daddy nya para artis". Desis Mira sembari mengucek matanya.
Sedangkan Rudi sang sekertaris tampan nan menawan itu mengernyitkan dahi melihat penampilan wanita di depannya.
Dalam benaknya, wanita itu tak asing.
Ia mengggeleng mengingat sesuatu. Lalu mengangguk saat teringat.
Mira inisiatif mengambil alih tubuh Allea. Membawa ke lantai atas.
"Langsung saja ke intinya. Lima bulan yang lalu ada bayi di terasmu, benar?". Nada dingin Aslan membuat yang mendengar bergidik ngeri. Hingga ruangan itu pun terasa bagaikan di kutub utara.
"Be... Tunggu. Bagaimana kau tahu?" Arin mengernyit.
"Ehm. Maaf nona. Kalau boleh tau di mana anak itu sekarang?". Pak Dika mengalihkan pembicaraan.
Deg
Hati Arin bergejolak aneh. Rasa khawatir menyapanya. Ia berdehem menetralkan suara. Supaya tak terdengar gemetar.
"Rio. Tolong kafenya ditutup sementara". Titah Arin. Ia Menyisir raut wajah orang yang duduk di sebrangnya. Mencari tahu akan maksud kedatangan mereka dari mimik wajah. Tanpa menyahut. Rio membalik tulisan yang di pasang dekat pintu masuk menjadi close.
"Persedian kentangnya habis. Sepertinya aku harus ke pasar". Retorik Rio meninggalkan ruangan itu. Ia seakan tahu pembicara mereka serius.
Setelah Rio pergi. Pak Dika menjelaskan maksud dan tujuan datang menemui Arin. Ia juga mengenalkan dua lelaki tampan yang berada di sampingnya.
"Tunggu. Apa kita pernah bertemu?". Aslan mengutarakan rasa penasarannya. Pasalnya ia merasa tak asing dengan wanita dihadapannya itu.
"Tuan As kenal?". Celetuk Rudi.
"Maaf. Tapi saya tak pernah bertemu an." perkataan Arin terjeda saat ia mendengar tangisan Allea.
Tanpa sadar ia langsung berlari ke lantai dua.
Panik. Hingga ia tak merasakan lututnya kepentok meja. Tiga orang yang melihat hanya melonggo.
"Kenapa Mir? Kenapa dia nangis". Arin bertanya tersendat-sendat sembari mengambil tubuh kecil Allea dalam gendongannya.
"Aku juga gak tau. Tiba-tiba saja dia nangis. Badannya memang rada panas".
"Sstt. Cintanya Bubu.Jangan nangis. Mana yang sakit. Hmm?". Ucap Arin pada Allea.
Ajaibnya Allea langsung berhenti nangis dan sayup-sayup ia mulai tertidur.
"Dasar bayik. Tau aja kalo di gendong emaknya. Oh tamunya udah pulang?"
"Ha? Astaga. Lupa Mir". Arin meninggalkan Mira menuju lantai bawah membawa Allea. Ia mengatur nafas dan hatinya.
Ternyata tamu tak diundangnya masih menunggu Arin. Mereka berbincang. Entah apa yang dibicarakan sepertinya sangat penting.
"Apakah yang kalian maksud anak ini?". Tiga orang pun menatap bayi dalam gendongan Arin.
"Saya sudah mengadopsinya. Apakah orang tuanya mencari bayi ini?". Lanjut Arin sembari menahan tangis.
Ada rasa tak rela jika harus berpisah dengan Allea. Namun Arin tak egois.
Ia paham tumbuh berkembang tanpa didikan orang tua. Aslan berdiri. Penasaran dengan bentuk wajah buah hatinya.
"Apa anda Ayahnya?". Tanya Arin pelan. Dalam hati ia sangat marah.
Saat ingat pertama kali melihat tubuh merah Allea di teras. Kala itu ia menyumpahi orang tua Allea.
"Iya. Aku Papinya". Lirih Aslan. Bahagia. Akhirnya bisa bertemu sang buah hati.
"Namanya Allea Alister. Anda bisa menggantinya". Desis Arin sembari menyerahkan Allea ke Aslan.
Allea menggeliat. Seakan tahu posisinya. Lalu terbangun saat tubuh kecilnya mendarat di tangan Aslan.
Tak butuh waktu lama. Allea langsung menangis. Seakan ia protes. Tahu bahwa yang menggendong bukan Arin.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Arinda
Harusnya jangan asal di kasih. 😀
2022-10-02
0
♦️🎇Maz Fuel🎇♦️
mantaap kak... hadir aku..
2022-07-29
1