Setelah Wushuang dan Zhengyi pergi meninggalkan area itu, Miaoling berdiri dengan cepat. Gadis itu menepuk-nepuk pakaiannya dan keluar dari semak-semak. Kemudian, dia berbalik dan sedikit membungkuk ke arah Wang Wuyu dan Wang Chengliu.
“Mohon kedua Yang Mulia memaafkan aku. Karena diriku, kedua Yang Mulia melihat hal-hal yang tidak pantas untuk dilihat dan mendengar hal yang tidak pantas untuk didengar.” Kemudian, Miaoling melihat Wuyu dan Chengliu berdiri menatapnya. “Selain itu, aku harap kedua Yang Mulia akan merahasiakan apa yang baru saja terjadi. Anggaplah kejadian tadi sebagai angin lalu.”
Wang Wuyu mengerutkan keningnya, tidak mengerti apa yang sebenarnya ada dalam pikiran gadis ini. Tadi, gadis itulah yang mengajaknya untuk bersembunyi di semak-semak, sebuah tindakan yang sudah sangat tidak senonoh untuk seorang pangeran. Sekarang, dia masih berani meminta Wuyu untuk menyembunyikan suatu hal? Keberaniannya perlu mendapatkan pujian.
Di sisi lain, Wang Chengliu menatap Miaoling dalam-dalam, juga penasaran apa yang gadis itu rencanakan. Melihat adik tirinya berkencan sembunyi-sembunyi dengan Pangeran Mahkota dan menjelek-jelekkan dirinya, tapi Huang Miaoling ingin menyembunyikan hal ini? Aneh …. Wang Chengliu yakin gadis itu memiliki agenda lain.
“Apa yang akan kau lakukan kalau kami tidak menyetujui permintaanmu?” tanya Wang Wuyu dengan dingin.
Huang Miaoling mengangkat pandangannya, pandangannya tidak gentar. “Kalau begitu … aku … tidak bisa memaksa.” Miaoling menjatuhkan pandangannya. “Aku hanyalah seorang anak dari Jenderal Besar. Kedudukanku tidak berarti apa-apa di mata kedua Yang Mulia. Apakah aku bisa memaksa kedua Yang Mulia untuk melakukan apa yang aku inginkan? Tentu saja, tidak.”
Mendengar ucapan Miaoling, Wuyu menjadi serba salah. Sekarang, dia merasa kalau dirinya sedang menindas gadis muda itu. “Miaoling Meimei, bukan maksudku—”
Sebelum Wuyu menyelesaikan ucapannya, Miaoling melanjutkan, “Pangeran, bagaimanapun kelakuannya … Huang Wushuang adalah adikku. Semua kelakuan buruk yang dia lakukan akan berefek kepada reputasi keluargaku. Kalau Pangeran menganggapku sebagai saudara, aku harap Pangeran bersedia merahasiakan hal ini.” Kemudian, Miaoling menatap ke arah aula utama. “Gong telah berbunyi untuk beberapa saat, ada baiknya kita segera kembali.”
Selagi Miaoling berjalan pergi, Wang Wuyu masih terpaku dengan ucapan Miaoling. ‘Saudara … ya?’
Di sisi lain, Wang Chengliu masih belum mendapatkan jawaban yang dia inginkan. Pria itu menarik lengan Miaoling, menghentikan kepergian gadis itu. Ketika Miaoling menoleh dan melirik kepada tangan Chengliu yang mencengkeram lengannya, Chengliu segera menarik tangannya.
Pangeran Keenam itu berdeham sebelum akhirnya berkata, “Tunggu sebentar, ada beberapa hal yang ingin kukatakan.”
Dalam hatinya, Miaoling mendesah lelah, ‘Apa lagi yang dia mau?’ Bibir Miaoling merekah, membentuk senyuman tipis. “Pangeran menginginkan kompensasi?” Untuk menghadapi Wang Chengliu, Miaoling tahu dengan jelas kalau bertele-tele tidak ada gunanya. Pria ini adalah ular berbisa. Sebelum Chengliu menyerangnya, lebih baik Miaoling menyerang duluan.
Chengliu tidak menyangka kalau gadis itu begitu terus terang. Akan tetapi, bukan itu yang sebenarnya ingin Chengliu tanyakan. ‘Apakah kau baik-baik saja? Adikmu mengatakan hal buruk tentangmu …. Tidakkah kau mengerti?’ Itulah kata-kata yang ingin Chengliu ucapkan. Karena ucapan Miaoling seakan menuduhnya, Chengliu pun mengurungkan niatnya. “Lupakanlah.” Setelah mengucapkan hal itu, Chengliu berjalan pergi selagi menghentakkan kakinya karena kesal.
Wuyu yang memperhatikan hal itu sebenarnya kurang-lebih bisa menebak apa yang Chengliu ingin lakukan. Pangeran itu pun berkata, “Miaoling Meimei, aku rasa … kau salah mengerti maksud Chengliu.”
‘Salah mengerti? Apa lagi yang mungkin dia ingin katakan selain menegurku telah bersikap tidak sopan?’ pikir Miaoling.
Awalnya, Wuyu berniat untuk menjelaskan. Akan tetapi, entah kenapa, dia mengurungkan niatnya. Sedari kecil, Wang Chengliu adalah salah satu adik yang paling Wang Wuyu waspadai. Menurut ibunya, Wang Chengliu merupakan salah satu pangeran yang paling sulit dimengerti. Yang Defei terbiasa bertarung mental dengan para wanita di Istana Belakang. Akan tetapi, bahkan dengan keahliannya, sangat sulit bagi Yang Defei untuk mengerti apa yang ada di pikiran anak tirinya itu.
Karena dirinya terbiasa memperhatikan perilaku adik keenamnya, Wang Wuyu kurang-lebih mengerti cara Chengliu bertindak. Bisa Wuyu pastikan kalau pria itu mengkhawatirkan perasaan Huang Miaoling tadi. Apakah dia menyukai gadis itu? Entahlah. Yang pasti, dengan Miaoling yang memiliki sikap yang juga sulit ditebak, tidak mudah bagi keduanya untuk memiliki hubungan yang rukun.
“Sudahlah. Ayo, kita harus segera kembali.”
Merasa kalau masalah Wang Chengliu sama sekali tidak layak menempati benaknya, Miaoling tidak lagi bertanya lebih jauh. Keduanya pun pergi berjalan kembali ke arah aula utama, meninggalkan pavilion terpencil itu.
Tanpa diketahui semua orang, sebuah sosok sedang bersandar santai di salah satu batang pohon yang kokoh di area pavilion itu. Sosok itu memiliki rambut hitam panjang yang diikat ke belakang dan bulu mata lentik bak seorang wanita. Dengan dibalut pakaian berwarna biru terang yang terbuat dari sutra, dapat ditebak kalau sosok itu adalah tuan muda dari keluarga bangsawan.
Sepasang mata biru terang yang serasi dengan pakaian berwarna biru yang dia kenakan meneriakkan identitas pria tersebut. Ya, sosok itu adalah Wang Junsi, sang Pangeran Keempat.
Wang Junsi melirik kepergian orang-orang yang tadi berada di tempat itu. Kemudian, dia menutup matanya.
“Huang Miaoling … Huang Wushuang. Hmm, menarik,” bisiknya selagi sebuah senyuman merekah di bibirnya. ‘Hanya anak dari seorang Jenderal? Tidak bisa melakukan apa-apa? Hmph, dia jelas sedang memaksa kedua adik bodohku itu tanpa mereka sadari,’ cemooh Junsi dalam hati.
Semua orang menyebut Wang Junsi sebagai pangeran yang mempermalukan keluarga kerajaan. Dibandingkan Wang Zhengyi, Wang Junsi lebih terkenal sebagai hidung belang yang benar-benar memiliki wajah tebal. Setiap hari, pangeran yang satu itu hanya bisa mengunjungi rumah bordil atau rumah hiburan untuk bersenang-senang. Huang Shufei yang adalah ibu angkat Wang Junsi sudah menyerah mencoba untuk menasihati anaknya itu, bahkan sang Kaisar sudah tidak lagi ingin ambil pusing mengenai hal-hal yang Junsi lakukan. Kalau bukan karena ibu kandung Wang Junsi mendudukki tempat yang penting di hati kaisar, Wang Junsi pasti sudah diusir dari istana kerajaan.
Ibu kandung Wang Junsi adalah seorang putri dari kerajaan Tubo, Yang Changxi. Berbeda dengan wanita-wanita di kerajaan Shi, Yang Changxi tidak memiliki pembawaan lembut maupun pengetahuan mengenai etika seorang wanita kerajaan Shi. Sebaliknya, Yang Changxi memiliki sifat yang polos dan begitu ceria karena terbiasa dengan kehidupan di kerajaannya yang terbebas dari segala jeratan etika dan peraturan yang tidak diperlukan. Hal inilah yang membuat Changxi menjadi seorang wanita yang begitu menarik di mata kaisar.
Hidup di Istana Belakang tidak ada bedanya dengan hidup di medan perang. Setiap hari, musuh akan mengintai dan memperhatikan gerak-gerikmu. Kalau kau adalah sebuah ancaman, maka di saat ada kesempatan, mereka akan berusaha menerkammu.
Mendapatkan kasih sayang dari kaisar tidak selalu berarti sebuah berkat. Terkadang, hal itu merupakan malapetaka.
Yang Changxi mendapatkan hati kaisar. Di hadapan gadis itu, semua orang mengucapkan selamat. Di belakangnya, mereka masing-masing memiliki rencana sendiri. Kalau ada yang ingin memanfaatkan kasih sayang sang Kaisar kepadanya, maka ada pula yang ingin menghancurkannya karena hal itu.
Langit tidak berpihak, begitupun takdir. Yang Changxi, dengan segala rahmat yang telah diterimanya, meninggal dalam persalinan. Beruntung, sebelum dia menghela napas terakhirnya, Changxi berhasil melahirkan anaknya, Wang Junsi.
Huang Yanan yang sekarang telah diangkat menjadi Huang Shufei, merupakan teman terbaik Yang Changxi selama di kerajaan. Merasa kalau dirinya memiliki budi kepada Yang Changxi—dan juga karena dia tidak diberkati kandungan yang subur—Huang Yanan pun bersumpah untuk menjaga Wang Junsi dan akhirnya mengangkat pangeran itu menjadi anaknya atas persetujuan kaisar.
Masa kecil Wang Junsi tidak bisa dianggap bahagia. Di saat pangeran lain masih bisa bermain di taman luar, Junsi hanya bisa berada di dalam ruangan dan belajar mati-matian sesuai perintah Huang Yanan. Kalau di sore hari Junsi tidak bisa menjawab pertanyaan ibunya, maka dia tidak akan mendapatkan makan malam.
Pada saat itu, sang Kaisar masih terlalu sakit hati atas kematian Yang Changxi. Setiap kali dia melihat Junsi, Kaisar akan teringat dengan Changxi. Oleh karena itu, dia menyerahkan semua hak asuh kepada Huang Yanan dan sama sekali tidak memiliki niat untuk ikut campur dalam hidup anaknya itu.
Hanya ketika hari perayaan kedewasaan [2] Huang Junsi tiba, sang Kaisar baru bersedia bertemu dengan pangeran itu. Akan tetapi, tidak sesuai dugaannya, Wang Junsi telah tumbuh menjadi seorang pembangkang yang tidak bisa diandalkan.
Tidak ada yang tahu … kalau semua itu adalah siasat sang Pangeran Keempat untuk menghindari persiteruan kerajaan. Takhta di matanya tidak berarti apa-apa. Yang dia inginkan adalah keadilan atas kematian ibunya yang tidak jelas.
Hampir semua orang hanya mengetahui kalau ibunya meninggal setelah melahirkan dirinya. Akan tetapi, Huang Yanan tahu kalau kematian Yang Changxi bukan karena persalinan yang sulit, melainkan karena racun.
Racun yang diberikan kepada Yang Changxi adalah racun yang bersifat lambat. Racun ini digunakan untuk menghindari kematian yang mendadak untuk menghindari kematian yang aneh dan hanya akan membuat tubuh orang yang memakannya menjadi semakin lemah seiring waktu berjalan.
Orang yang meracuni Yang Changxi telah merencanakan semuanya. Kematian Yang Changxi harus terlihat seakan dia mati dalam persalinan. Kalau beruntung, bayi dalam kandungannya juga akan mati tersendat karena Yang Changxi tidak berhasil melahirkan.
Tahu kalau nyawanya tidak bisa dipertahankan, Changxi berjuang mati-matian untuk melahirkan anaknya. Sebelum kehilangan kesadarannya, Yang Changxi juga sempat berpesan kepada Huang Yanan yang mendampingi persalinannya saat itu kalau ada yang meracuni dirinya. Sayang, sebelum Changxi berhasil menyebutkan pelakunya, wanita itu … meninggal.
Huang Yanan adalah seorang wanita yang cerdik. Dia adalah anak Jenderal Besar terdahulu, Huang Liqiang, dan adik Jenderal Besar sekarang, Huang Qinghao. Walau tumbuh di keluarga militer, tapi Yanan telah dilatih mengenai strategi perang. Oleh karena itu, dia mengerti berbagai cara untuk berperang … dan menjauhi perang itu sendiri.
Sebagai anak dari wanita yang kaisar cintai, cepat atau lambat, Wang Junsi akan diberikan perhatian lebih oleh sang Kaisar. Hal ini … sudah ditebak oleh Huang Yanan. Untuk menghindari hal tersebut, Huang Yanan telah berpesan kepada Wang Junsi untuk membuat sang Ayah tidak menyukai dirinya. Semakin tidak suka semakin baik.
Itu adalah satu-satunya cara bagi Wang Junsi untuk hidup.
Ketika semua mata telah beralih dari tubuhnya kepada orang lain, maka Wang Junsi bisa menggunakan kesempatan itu untuk mencari kebenaran atas kematian ibunya. Bakti harus dilakukan, dendam harus dibalaskan ….
Dimulai dari saat Huang Miaoling menarik tangan kedua adiknya untuk bersembunyi di balik semak-semak, Wang Junsi sudah merasa kalau gadis itu menarik. Dirinya yang berada di atas pohon bisa melihat dengan jelas gerak-gerik setiap orang yang berada di area pavilion. Sedari awal sampai akhir, pandangan Wang Junsi menempel pada Huang Miaoling. Setiap geseran mata, kerutan dahi, otot yang menegang, Wang Junsi perhatikan dengan hati-hati. Sampai pada akhirnya semua orang meninggalkan area pavilion, Junsi mendapatkan satu kesimpulan yang menarik.
Huang Miaoling membenci Huang Wushuang dan Wang Chengliu.
Wang Junsi bisa mengenali dengan jelas pancaran mata yang diberikan Huang Miaoling kepada kedua orang itu. Bila diperhatikan dengan jeli, siapapun bisa menyadari mengenai kebencian yang meluap-luap dari pancaran mata Huang Miaoling ketika menatap Huang Wushuang dan Wang Chengliu. Kebencian dan dendam yang tidak bisa diselesaikan sampai salah satu dari mereka hancur.
‘Kita berdua adalah tipe orang yang sama,’ pikir Junsi.
Lucu bagaimana sikap dan pandangan yang diberikan oleh kedua adiknya kepada Huang Miaoling terlihat seperti sebuah ketertarikan. Mengenai Wuyu, Junsi yakin kalau pria itu hanya tertarik kepada kepiawaian Miaoling dalam menyusun puisi. ‘Dasar kutu buku,’ ejek Junsi. Akan tetapi, kalau Chengliu …. Sebuah senyuman terlukis di wajah Junsi. ‘Sepertinya, gadis itu bisa menciptakan pertunjukan menarik untukku.’ Junsi menghela napas.
___
[1] Hari perayaan kedewasaan: hari ulang tahun keempat belas seorang anak lelaki atau hari ulang tahun ketiga belas seorang anak perempuan yang menunjukkan kalau anak itu telah beranjak dewasa.
___
A/N: New update! Jangan lupa vote, like, dan comment, ya! Oh, kalau kalian berkenan, join group chat dengan Author juga kalau mau bahas bagian yang bingung hehe.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 312 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
bahagia selalu
2022-09-18
0
Kimie Meonk
selalu begitu.... ujung ujungx menyesal... 😤😤🙄🙄
2022-05-29
0
Rasmini
sepertinya junsi jodohnya miaoling. tar yg bantu ungkap krmatian emaknya ya si miaoling. waahhh pinisirin akuh. lanjuuuttt
2022-04-14
1