Wang Zhengyi terlihat sedang mengejar Huang Wushuang yang berlari kecil memasuki paviliun. Keduanya terlihat saling menggoda dan menyentuh dengan begitu intim. Ketika Wushuang berhasil ditangkap oleh Zhengyi, lengan pria itu dengan santai melingkari pinggang gadis di hadapannya. Pria itu menarik Wushuang begitu dekat sampai pinggang mereka bertemu dan jarak di antara wajah mereka hanya tersisa beberapa senti.
Huang Wushuang bukan seorang gadis bodoh, dia tahu kalau harga dirinya sangat penting. Sekalinya seorang pria berhasil mendapatkan semua hal yang dapat dia minta dari seorang wanita, pria itu akan meninggalkan wanita tersebut. Sesuai pepatah, sehabis manis sepah dibuang. Oleh karena itu, Wushuang menjauhkan wajahnya dengan ahli, menghindari bibir Zhengyi yang menghampiri bibirnya.
“Yang Mulia, kita belum menikah. Tidak pantas melakukan hal seperti itu,” ujar Wushuang dengan suara yang begitu merdu.
Miaoling memutar bola matanya. ‘Dan dia pikir semua hal yang sebelumnya dia lakukan adalah hal yang pantas?’
Wajah merona Wushuang membuat hati Zhengyi menggebu-gebu tidak sabar. Wanita secantik Huang Wushuang tentu saja tidak akan begitu saja memberikan dirinya kepada Zhengyi seperti wanita-wanita bangsawan rendahan lainnya. Wushuang adalah gadis terhormat dan memiliki harga diri. Berasal dari keluarga Huang yang terhormat, tidak mungkin gadis itu bersikap seperti gadis murahan lainnya.
“Ah, maafkan aku, Shuanger [1]. Kecantikanmu benar-benar telah membutakanku dan membuatku telah berbuat tidak sopan padamu.” Zhengyi menegapkan tubuhnya, menahan dirinya sekuat tenaga. Lagi pula, cepat atau lambat, wanita itu akan berada di kediaman belakangnya.
Mendengar hal itu, Miaoling mendengus. ‘Membutakan … tidak salah.’
Wushuang menatap pangeran yang berada di hadapannya. Begitu bodoh … otaknya tidak berada di atas kepalanya, melainkan di bagian bawah tubuhnya. Kalau Wushuang menikahi pangeran itu, kedudukan calon permaisuri sudah berada dalam genggamannya.
Walaupun alat untuk mendapatkan posisi itu berada begitu dekat dengannya, di depan matanya, tapi Wushuang tahu ada begitu banyak tantangan yang harus dia lalui. Permaisuri dan kaisar tidak akan dengan mudah menyetujui permintaan pangeran untuk menikah dengannya. Dirinya adalah anak dari seorang selir, dia tidak bisa mengalahkan Miaoling dalam hal status. Kalau permaisuri ingin menjodohkan pangeran dengan putri keluarga Huang, permaisuri pasti akan lebih memilih Huang Miaoling yang merupakan putri dari istri sah dibandingkan dengan dirinya.
Apa artinya kecantikan di mata sang Permaisuri? Dirinya hanya akan dicap sebagai siluman rubah yang menggoda Pangeran Mahkota saja.
Mengetahui hal ini, Wushuang berkata, “Yang Mulia, aku tahu akan statusku. Aku hanyalah anak dari seorang selir, tidak seperti kakakku yang berasal dari rahim seorang istri sah. Bagaimanapun aku mencintaimu, Permaisuri dan Kaisar tidak akan mengizinkan kita berdua untuk bersama.” Wajah Wushuang terlihat sedih dan kecewa. “Ini salahku … salahku tidak memiliki takdir yang baik.”
Mendengar ucapan Wushuang, Wang Wuyu dan Wang Chengliu melirik ke arah Miaoling. Tidak mereka sangka, wajah gadis itu terlihat begitu tenang, seperti kolam yang membeku. Apakah gadis itu tidak merasa kalau adiknya itu sedang mengatakan bahwa dirinya adalah duri dalam daging?
Tentu saja Miaoling tahu!
Walaupun wajah Miaoling terlihat tenang, tapi hatinya terasa panas. Di balik lengan bajunya, tangan Miaoling terasa gatal ingin mencabik-cabik wajah cantik milik Wushuang. Akan tetapi, dia tidak bisa membiarkan kedua pangeran di sisinya mengetahui apa yang dia pikirkan, bukan? Kalau mereka tahu apa yang Miaoling rencanakan, semuanya akan hancur berantakan.
Wang Zhengyi termenung, sadar kalau ucapan Wushuang ada benarnya. “Haruskah aku menikahinya juga agar aku bisa menikahimu?” ujarnya membuat semua orang di sana terbelalak.
Pangeran Mahkota memang terkenal sebagai pangeran hidung belang, tapi … tidak ada yang menyangka kalau dia sebodoh ini!
Alih-alih berpikir kalau Wang Zhengyi adalah seseorang yang bodoh, Miaoling berpikir sebaliknya. ‘Dia sangat pintar,’ ujar Miaoling sembari tersenyum dalam hati.
Permaisuri sangat memanjakan Pangeran Mahkota. Demi anaknya, dia rela mengorbankan apa saja. Niat Permaisuri menjodohkan Miaoling kepada Pangeran Mahkota memiliki beberapa alasan, salah satunya adalah agar di masa depan ketika Pangeran Mahkota menggantikan Kaisar Weixin, keluarga Huang akan mendukungnya dan menjaga kestabilan pemerintahannya. Kalau Pangeran Mahkota menyukai Huang Wushuang dan Huang Wushuang bersedia dijadikan selir kerajaan, Permaisuri Mingmei pasti akan menyetujuinya asalkan Huang Miaoling tetap mendudukki kedudukan istri sah di dalam kediaman Pangeran Mahkota.
Mengenai apakah Huang Miaoling dan Pangeran Mahkota saling mencintai adalah urusan belakangan. Pepatah lama selalu mengatakan, perasaan akan tumbuh setelah menikah. Ucapan itu membuat Miaoling terasa ingin meludahi siapapun yang menciptakan pepatah itu. Dia menikah dengan Wang Chengliu untuk bertahun-tahun lamanya … perasaan apa yang tumbuh? Perasaan benci?
Miaoling melirik ke arah Wang Chengliu yang ada di sebelah. Hati Miaoling terasa panas dan tangan gatal yang tadinya ingin mencabik-cabik Huang Wushuang beralih ingin menjambak rambut pangeran di sebelahnya. Miaoling menutup matanya, menenangkan dirinya. Kemudian, dia kembali memperhatikan aksi kedua sejoli di depan matanya.
‘Huang Wushuang menginginkan posisi istri sah dan bukan selir,’ pikir Miaoling dalam hati. ‘Di sisi lain, aku sendiri juga tidak akan setuju dimadu bahkan sebelum pernikahanku. Kalau aku tidak mau, Pangeran Mahkota jangan pernah bermimpi untuk mendapatkan persetujuan Ayah.’
Sesuai dugaan Miaoling, Huang Wushuang adalah orang pertama yang berkata, “Tidak!”
Penolakan Wushuang membuat Zhengyi kaget dan mengerutkan dahinya penuh kecurigaan. Zhengyi adalah Pangeran Mahkota, dia bukan seseorang yang sepenuhnya bodoh. Penolakan Wushuang memunculkan sebuah kecurigaan dalam hati Zhengyi.
‘Apakah wanita ini ingin menjadi istri sah?’
Sadar kalau penolakannya mengagetkan pria itu, Wushuang segera memunculkan ekspresinya yang begitu memelas. “Yang Mulia, kau tidak bisa melibatkan kakakku dalam hal ini. Walaupun aku benar-benar jatuh hati padamu, tapi aku tidak bisa mengorbankan perasaan kakakku dalam hal ini.”
“Apakah maksudmu kakakmu akan menolak lamaranku?” Zhengyi mengartikan ucapan Wushuang sebagai sebuah penghinaan. Bukan, bukan penghinaan dari Wushuang, tapi dari Miaoling. ‘Memangnya, gadis itu pikir dia itu siapa? Hanya seorang anak jenderal, tapi berani bersikap seakan-akan dirinya seorang putri?! Tidak, bahkan seorang putri saja belum tentu bisa menolak lamaranku dengan mudah.’
“Kakakku selalu berkata, dia hanya akan menikah dengan seseorang yang mencintai dirinya seorang,” balas Wushuang, secara tidak langsung mengiyakan pertanyaan Wang Zhengyi.
“Apa? Wanita yang begitu iri hati …,” dengus Wang Zhengyi. Di dalam hatinya, Zhengyi membandingkan Miaoling dengan permaisuri. ‘Bahkan ibuku saja tidak bisa berbuat apa-apa ketika ayahku mengambil selir-selir lain. Wanita macam apa Huang Miaoling ini?’ Tiba-tiba, Zhengyi teringat kalau Chengliu menyukai gadis itu. ‘Hmph, Chengliu … kalau kau benar-benar menikahi gadis itu, tamat sudah riwayatmu.’
Pria mana yang hanya memiliki satu wanita? Kalaupun ada, Zhengyi yakin itu karena pria itu tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk menafkahi lebih dari satu istri. Apakah wanita itu ingin menikah dengan petani?
‘Ya, bagus, terus jelek-jelekkan diriku di depan Wang Zhengyi. Semakin jelek reputasiku di matanya, semakin baik.’ Miaoling menatap dua sejoli itu dengan tatapan antusias.
Zhengyi menggenggam kedua tangan Wushuang dan menempelkan tangan mungilnya itu di dadanya. “Wushuang, kau tenang saja. Aku akan membicarakan hal ini kepada Ibuku. Dia pasti akan mengerti. Menantu yang iri hati … ibuku tidak mungkin menginginkannya ketika mendengar hal ini.”
Tiba-tiba, suara nyaring gong yang dipukul menarik perhatian Wushuang dan Zhengyi.
“Sudah waktunya untuk Pagelaran Penutupan,” ujar Wushuang. “Kita harus kembali.”
Selagi mereka berjalan keluar dari area paviliun, Pangeran Mahkota berkata, “Aku dengar kau mahir bermain sitar. Kau harus menunjukkan kemampuanmu. Kalau ibuku tahu betapa anggun dan berwibawa dirimu yang sebenarnya, dia pasti tidak akan menolak menjadikanmu menantunya.”
“Yang Mulia memujiku terlalu berlebihan, kemampuanku biasa saja. Akan tetapi, kalau aku bisa menyenangkan Permaisuri, aku akan dengan hati melakukannya.”
____
A/N: Setelah dipikirkan matang-matang, update 2x deh. Toh, Author skip update kemarin haha. Semoga kalian memaafkan!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 312 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
sehat selalu
2022-09-18
1
Dewi Ansyari
Wushuang benar2 ya sangat2 licik menyebalkan 😡😡😡
2022-05-27
0
lao xing
jossss mantap
2022-03-09
0