Miaoling bisa merasakan kereta kuda yang dinaikinya telah berhenti. Jari-jari lentiknya terulur dan membuka kecil tirai jendela kereta. Tanpa disengaja, matanya bertemu dengan mata seseorang yang berada di kereta sebelah.
Mata pria itu berwarna biru terang dengan bulu mata yang lentik, lehernya yang jenjang membuat Miaoling sedikit iri. Pria itu bisa dibilang lebih cantik dari wanita, tapi masih lebih tampan dibandingkan pria lainnya yang pernah dia temui.
Kalau dibandingkan dengan Wang Chengliu …. Mereka berbanding sebelas dua belas. Akan tetapi, fitur wajah Chengliu yang lebih jantan lebih disukai Miaoling.
‘Miaoling! Jangan mengulangi kesalahanmu!’ batin Miaoling mencoba menyadarkan dirinya sendiri. ‘Pria itu … adalah malapetaka untukmu. Di kehidupan ini, dia adalah musuhmu!’
Ketika mata mereka bertemu, pria itu tersenyum dengan begitu menggoda kepada Miaoling. Miaoling menundukkan kepalanya sedikit sebelum menutup tirai jendelanya, malas berinteraksi lebih lama dengan pria itu. Entah kenapa, pria itu memberikan aura penggoda yang membuat sekujur tubuh Miaoling bergidik memberikan peringatan.
“Apakah kita sudah sampai?” tanya Miaoling kepada kusir yang berada di luar kereta.
“Sepertinya, Anda harus turun di sini, Nona. Kulihat begitu banyak kereta berhenti di pinggir jalan ini. Kurasa, kita diharuskan berhenti di sini juga,” balas kusir tersebut sembari memindahkan kereta ke pinggir jalan.
Setelah itu, Miaoling, Meiliang, bersama dengan Hanrong dan Junyi turun dari kereta dibantu beberapa pelayan yang juga ikut mengantar. Begitu semuanya turun, Yade yang melihat Wushuang turun dari kereta ketiga sendirian menghela napas. Yade tahu kalau Miaoling sedang menghukum adiknya itu.
‘Ini urusan wanita. Selama tidak keterlaluan, aku tidak akan ikut campur. Akan tetapi … Ayah akan segera kembali …. Semoga saja tidak ada masalah lain yang timbul.’ Kemudian, Yade beralih kepada Junyi dan Hanrong yang turun dari kereta kedua bersama Meiliang dan Miaoling.
Beberapa pasang mata yang melihat Huang Wushuang turun sendirian dari kereta kudanya mulai berbisik. Sesuai dengan tujuan Miaoling, mereka mulai mengambil kesimpulan sendiri.
“Bukankah itu Huang Wushuang? Kenapa dia berada di kereta terpisah sendirian?”
“Sepertinya, hubungannya dengan nona pertama keluarga Huang kurang baik. Atau mungkin dengan Shang Junzhu?”
“Nona pertama keluarga Huang adalah seseorang yang ramah dan berterus-terang, sedangkan Shang Junzhu adalah keluarga kerajaan yang terhormat. Kalau Nona Pertama dan Junzhu bersikap seperti itu kepada Nona Kedua, mungkin saja itu karena Nona Kedua melakukan sesuatu yang diluar akhlak.”
“Yah, dibesarkan seorang selir yang berasal dari rumah bordil …. Tidak heran.”
Bisikan-bisikan itu membuat tangan Wushuang gemetar. Dia malu dan marah. Semua ini terjadi karena Huang Miaoling! Wushuang bersumpah, cepat atau lambat, dia akan membalas kakak tirinya itu!
Di sisi lain, Yade yang sedang memperhatikan kedua adik kecilnya tersadar kalau mata kedua bocah itu bengkak. Yade langsung cepat-cepat menghampiri mereka. “H-Hanrong, Junyi, ada apa dengan mata kalian? Kalian menangis?!” Yade melirik Miaoling sesaat, sedikit mencurigai gadis itu setelah perdebatannya dengan Wushuang. Akan tetapi, Miaoling hanya menunjukkan senyum tak bersalah.
Dengan mata bengkak, Junyi dan Hanrong tersenyum lebar. “Tidak apa-apa, Kakak! Kami mendapatkan pelajaran penting dari Kakak Ketiga!” ujar Hanrong diiringi dengan anggukan kepala Junyi yang bersemangat.
Yade menatap kedua adiknya dengan bingung. Tidak biasanya Hanrong bersikap begitu patuh, Junyi pun tidak pernah bersikap begitu ceria.
‘Miaoling … apa yang terjadi padamu?’ tanya Yade dalam hati dengan penasaran. Sepertinya, dia harus berbicara empat mata dengan adik ketiganya itu. “Ya, sudah. Ayo, kita pergi ke dekat gerbang. Aku lihat beberapa pejabat telah menunggu di sana bersama beberapa pangeran.”
‘Beberapa pangeran?’ Miaoling mengerutkan keningnya. ‘Apakah … aku akan bertemu dengannya?’ pikir Miaoling. Sadar kalau dirinya masih mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin, Miaoling menggelengkan kepalanya kencang. ‘Tidak! Huang Miaoling, pria itu adalah racun. Perlahan tapi pasti, dia akan membuatmu kembali terbunuh. Sekali sudah cukup!’
Di kehidupan yang lalu, dia begitu buta telah mencintai pria seperti itu. Seorang pria yang bahkan tidak pernah menunjukkan emosi senang maupun bahagia ketika berada di sisinya. Apa yang sebenarnya Miaoling lihat dari pria itu di masa lalu?
Rombongan keluarga Huang pun berjalan mendekati Gerbang Utara. Sesuai pernyataan kusir kuda, di pinggir jalan terdapat deretan kereta kuda lain yang diparkirkan dengan rapi.
Mata Miaoling menyapu masing-masing kereta kuda tersebut. Dia terbelalak ketika mendapati satu kereta kuda yang begitu familiar. Miaoling menarik napas dalam-dalam. Tidak salah lagi, itu adalah kereta kuda milik pangeran keenam, Wang Chengliu.
“Miaoling, kau tidak apa-apa?” Meiliang yang berada di sebelah Miaoling melihat perubahan air muka gadis itu.
Sebuah senyuman terlukis di wajah Miaoling. “Aku tidak apa-apa, Kakak Ipar.” Kemudian, dia mengalihkan topik, “Bisa kulihat hari ini ada seseorang yang tidak sabar menemui suaminya.”
Ucapan Miaoling membuat wajah Meiliang langsung merona, membuat Miaoling menjadi semakin gemas. “Jangan menertawakanku seperti itu. Suatu hari, aku yakin kau juga akan merasakannya.”
Miaoling mendengus di dalam hatinya. “Aku … juga berharap demikian,” balas Miaoling singkat.
Meiliang bisa menangkap sebuah kesedihan dari mata Miaoling. Akan tetapi, sebelum dia sempat menanyakan apapun, sebuah suara langsung menghentikannya.
“Menteri Huang,” panggil seorang pria dengan wajah yang begitu tampan.
Mata Miaoling terlihat begitu dingin ketika pandangannya terarah kepada pria ini.
Alis yang tebal dan garis mata yang tajam menunjukkan kalau pria ini memiliki tekad yang kuat dan ambisi tersembunyi. Hidungnya yang tinggi dan tulang rahang yang begitu menonjol membuat pria itu terlihat begitu jantan dan menggoda. Walau dibalut berlapis-lapis kain sutra mewah, semua orang bisa melihat kalau tubuh pria itu terlatih dan penuh kebugaran.
‘Wang Chengliu ….’ Miaoling mendesis dalam hatinya.
“Salam kepada pangeran keenam,” balas Yade yang diikuti oleh seluruh rombongan keluarga Huang yang berada di belakangnya. “Terima kasih karena telah memberikan kehormatan kepada Ayah dengan kunjunganmu,” ujar Yade sembari tersenyum lebar.
Setelah selesai bercakap-cakap dengan Huang Yade, Wang Chengliu merasakan sebuah tatapan penuh benci yang diarahkan kepadanya. Sebagai seorang ahli bela diri, Chengliu langsung bisa menemukan sumber tatapan tersebut.
Ketika dia menoleh, Chengliu mendapati seorang wanita dengan mata bulat berwarna hitam malam sedang menatapnya tajam. Chengliu merasa kalau dia tidak pernah bertemu dengan wanita itu. Lalu, kenapa wanita itu memberikan tatapan mematikan kepadanya? Apakah dia pernah berbuat salah kepada wanita itu?
Tidak mungkin.
Chengliu menganggukkan kepalanya kepada wanita itu, sengaja memberitahu wanita itu kalau dia bisa melihatnya. Akan tetapi, alih-alih terlihat takut maupun gugup karena terpergok sedang menatap dirinya, wanita itu malah tersenyum dengan begitu manis.
Untuk sesaat, Chengliu sedikit kaget. Walau sebuah senyumanlah yang terlukis di wajah itu, tapi Chengliu merasa kalau senyuman itu memiliki arti lain. Bukan untuk bersikap sopan … tapi … senyuman itu terlihat begitu mengejek dan merendahkan.
Tiba-tiba, seorang wanita lain yang berada tidak jauh dari wanita itu memanggilnya, “Miaoling, kemarilah!”
‘Miaoling?’ pikir Chengliu. Melihat kalau gadis itu datang bersama keluarga Huang, Chengliu bisa menyimpulkan identitas gadis tersebut. ‘Huang Miaoling, anak perempuan pertama di keluarga Huang.’
Di saat Chengliu menyadari tatapan tajam yang diberikan olehnya, Miaoling sempat kaget, bingung bagaimana harus membalas anggukan kepala pria itu. Untuk menutupi kekagetannya, Miaoling tersenyum. Akan tetapi, karena dia belum sempat pulih dari keterkejutannya, senyuman Miaoling terlihat sedikit aneh, sedikit sinis.
Beruntung, Meiliang yang sedang berada di sisi kerumunan lain dan berbicara dengan seseorang segera memanggilnya, “Miaoling, kemarilah!”
Meiliang menarik lengan Miaoling dan menghadapkan Miaoling kepada seorang pria yang ternyata adalah pria yang Miaoling lihat dari tirai jendelanya tadi.
“Aku yakin kalian berdua tidak pernah bertemu. Oleh karena itu, perkenalkan, ini adalah kakak sepupuku, Wang Junsi, Pangeran Keempat.”
_______
A/N: Heyho! Author udah baca tentang tanggapan kalian mengenai pertanyaan Author kemarin. Ternyata, kalian juga sepikiran sama Author. GAK MAU MEMAAFKAN. ada yang bilang 'MENOLAK UNTUK MEMAAFKAN' hahaha. Sulit sih. Perasaan masih ada, tapi bukan cinta, tapi kecewa, sedih, dan marah. Untuk Miaoling, sedikit lebih berat lagi ya dari bayangan kita. Soalnya, udah sampe nikah loh gengs ... disupport sampe naik takhta, eh malah dikecewain begitu. Haduh .... Miris, miris.
Anyway, di bawah ada image terbaru untuk Wang Chengliu. Author pilih gambar yang lebih humanized dia hahaha, kalo kemaren kan kek comic banget tuh. Nih ada yang lebih ... manusiawilah ya. Gimana menurut kalian? Ganteng gak?
Oh, dan ada karakter baru, Wang Junsi. Gambar dia mungkin akan nongol besok hehehe. Matanya biru loh guys o.o kenapa bisa gitu ya? Tunggu di chapter berikutnya yaaa hahaha
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 312 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus berkarya
2022-09-18
0
Ulfa Dermayu
imajinasi mu sungguh waow
keren banget
2022-07-02
0
lao xing
gasss poooll jangan kasih kendorll
2022-03-08
1