Wajah seorang gadis yang berumur sekitar enam belasan terpampang di cermin yang berada di atas meja. Bola mata bulat yang berwarna hitam terlihat sama seperti rambut lebat yang panjangnya mencapai pinggang. Kulitnya yang terlihat sedikit terbakar matahari menunjukkan kalau gadis ini lebih sering berada di luar rumah dibandingkan di dalam kamar.
Walau usianya terlihat muda, pancaran matanya terlihat begitu dewasa, seakan dia telah melalui begitu banyak masalah dalam hidupnya. Sebuah tekad penuh arti terlihat membara dari ekspresi tegasnya.
"Huang Miaoling, kau sungguh kembali?" tanya gadis itu kepada dirinya sendiri.
Miaoling menutup matanya, mencoba memutar ingatan sebelum kematiannya. Kening gadis itu berkerut, sulit untuk mengingat ingatan manis. Hanya ada kepahitan dalam benaknya.
Huang Miaoling, anak ketiga dan putri pertama jenderal besar kerajaan Shi, Huang Qinghao. Ibunya bernama Wei Ningxin, putri pertama dari menteri keuangan, Wei Xinhao.
Selain ibunya, ayah Miaoling memiliki seorang selir yang bernama Jingxiang. Dari kedua istrinya, Huang Qinghao memiliki enam anak, empat laki-laki dan dua perempuan.
Setelah kepulangan sang Ayah dari medan perang di tahun ke-158 Dinasti Shi, Miaoling dijodohkan oleh sang Permaisuri dengan pangeran mahkota kerajaan Shi, Wang Zhengyi. Akan tetapi, pada saat itu, Miaoling telah memiliki perasaan dengan pangeran keenam, Wang Chengliu.
Tipikal seorang putri manja, Miaoling meminta ayahnya untuk membatalkan perjodohan tersebut tanpa memikirkan akibatnya. Perjodohan itu memang dibatalkan, tapi dengan sebuah ganjaran. Hancurnya reputasi sang Menteri Pertahanan, Huang Qinghao. Tentu saja, Miaoling tidak pernah mengetahui semua hal yang diderita ayahnya sebelum semuanya terlambat.
Dua tahun sejak perubahan perjodohan itu, Huang Miaoling menikah dengan Wang Chengliu. Sebuah pernikahan yang begitu diidam-idamkan oleh seorang gadis polos dan naif. Tidak pernah dia duga, kalau pernikahan itu … adalah pintu menuju neraka.
"Wang Chengliu ...," geram Huang Miaoling seraya mengepalkan tangannya.
Wang Chengliu adalah seorang pangeran yang penuh dengan ambisi. Beruntung, dia juga memiliki keahlian untuk mengimbangi ambisinya tersebut. Tidak hanya itu, dia memiliki seorang istri yang dengan sepenuh hati mendukungnya.
Seorang istri yang merupakan putri kesayangan sang Jenderal Besar, adik dari sang Menteri Pertahanan, dan cucu dari sang Menteri Keuangan.
Bukankah wanita itu sebuah permata?
Langkah demi langkah, Miaoling mendukung dan memperhatikan Wang Chengliu menjadi orang paling berkuasa di kerajaan Shi. Pada akhirnya, Wang Chengliu menjadi seorang kaisar, pria yang menduduki takhta naga, posisi yang diinginkan semua orang.
"Kebodohan, sungguh sebuah kebodohan!" maki Miaoling kepada dirinya sendiri.
Miaoling teringat saat-saat di mana begitu banyak partai oposisi yang mencoba menjatuhkan Chengliu dan menggulingkan pemerintahannya. Di saat itu, Miaolinglah yang maju ke barisan paling depan, memimpin pasukan dan menjatuhkan para musuh demi suaminya. Sebagai seorang putri dari jenderal besar, tidak mengherankan kalau gadis itu memiliki keahlian bela diri yang mencengangkan, begitu berbeda dengan wanita lain yang hanya tahu cara menyulam dan menjahit.
Setelah berhasil memperkuat kedudukan Chengliu sebagai seorang kaisar, keadaan di kerajaan pun stabil. Miaoling yang pada saat itu memiliki status sebagai seorang permaisuri, mendapatkan sebuah kabar kalau sebagai seorang kaisar, Chengliu harus mengambil selir. Sebagai permaisuri dan penguasa Istana Belakang [1], Miaoling harus bertanggung jawab akan hal ini.
Selain hadiah dari berbagai kerajaan lain, salah satu orang yang dikirimkan untuk menjadi selir sang Kaisar tak lain adalah adiknya sendiri, Huang Wushuang. Wushuang mengaku kalau itu adalah keinginannya sendiri, keinginan untuk menemani sang Kakak, takut kalau sang Kakak akan kesepian di istana yang begitu luas.
Sebagai seseorang yang naif, Miaoling pun mendukung segala sesuatu yang Wushuang lakukan, bahkan kalau hal itu menyangkut berbagi kasih sayang sang Suami dengan adiknya sendiri. Siapa yang mengira, adik yang sangat dia sayangi itu … akan menyerangnya dari belakang.
Tahun ke-165, kerajaan mendapatkan kabar gembira, salah satu selir sang Kaisar telah mengandung. Selir itu adalah Huang Wushuang.
Tidak lama setelah kabar gembira itu terdengar, sebuah kabar menyedihkan menyelimuti istana.
Huang Wushuang kehilangan janinnya.
Ya, wanita itu keguguran dan semua mata pun tertuju pada … Huang Miaoling, sang Permaisuri Agung.
Berbagai macam isu pun mengitari istana dan sampai di telinga kaisar. Permaisuri iri pada adiknya. Permaisuri meracuni adiknya. Permaisuri … telah membunuh keturunan kerajaan.
Ketika isu ini merebak, sang Kaisar dipaksa menyelidiki masalah ini. Tak disangka, semua bukti tertuju pada Huang Miaoling.
Tiga hari tiga malam lamanya Miaoling menerima siksaan dalam ruang interogasi bawah tanah. Penyiksaannya itu diikuti dengan penyiksaan lain, berita kematian Qiuyue, pelayan setia Miaoling.
Tidak tega melihat majikannya tersiksa sedemikian rupa, Qiuyue rela mengakui sebuah kesalahan yang tak pernah dia lakukan. Qiuyue rela menggunakan nyawanya sebagai ganti kebebasan Miaoling.
“N—Nona, aku tahu kau tidak salah …. Aku tahu kau tidak melakukan hal tersebut. Berhati-hatilah, Nona …. Dalangnya … dalangnya adalah Nona Kelima.”
Sebagai cara untuk meminta maaf kepada Wushuang karena tidak berhasil menjaganya dengan baik, Wang Chengliu menaikkan derajatnya menjadi seorang Guifei [2]. Mengetahui kalau dalang keguguran Wushuang sebenarnya adalah gadis itu sendiri, Miaoling mencoba untuk melaporkan hal itu kepada Chengliu. Akan tetapi, alih-alih mempercayainya, Chengliu malah memakinya sebagai seorang wanita bodoh dan naif yang mempercayai ucapan seorang pelayan dibandingkan adiknya sendiri.
Ucapan Chengliu membuat Miaoling tersadar dan dengan bodohnya … meminta maaf kepada Wushuang karena telah mencurigainya. Walau telah meminta maaf kepada Wushuang, hubungan Chengliu dan Miaoling menjadi sedikit renggang setelah kejadian itu.
Di tahun ke-167, dua tahun setelah kematian Qiuyue, Miaoling akhirnya mendapatkan sebuah kabar gembira, dirinya tengah mengandung. Akan tetapi, sepertinya, para dewa benar-benar membencinya. Belum sempat kandungannya mencapai usia tiga bulan, Miaoling … keguguran.
Chengliu marah besar dan memimpin penyelidikan kasus ini. Sangat lucu, tapi semua bukti hasil penyelidikan tersebut tertuju kepada Miaoling sendiri.
Dari hasil penyelidikan tersebut, Chengliu menemukan kalau Miaoling mencoba untuk menggunakan kegugurannya untuk menjebak Wushuang. Beruntung, Chengliu menemukan kejanggalan dan tidak salah menuduh Huang Wushuang.
“Kau adalah wanita yang begitu licik dan kejam! Teganya kau menjebak adikmu sendiri!” geram Chengliu pada saat itu.
Miaoling meminta keadilan, memohon di kaki suaminya agar dia menyelidiki hal ini kembali. Alih-alih menyetujui hal tersebut, Chengliu tanpa belas kasihan menendangnya di hadapan semua orang di ruang persidangan. Tatapan jijik yang diberikan oleh Chengliu menghancurkan hati Miaoling berkeping-keping.
“Kau tidak pantas menyandang status sebagai seorang permaisuri. Huang Miaoling, mulai dari hari ini … kau akan tinggal di Istana Dingin dan statusmu tidak lebih buruk dibandingkan seorang pelayan rendahan!
Membunuh keturunan kerajaan … membunuh anakmu sendiri! Kalau bukan karena Wushuang memohon pengampunan, aku akan mengambil nyawamu sebagai ganti nyawa anakku!”
Satu tahun lamanya Miaoling tinggal di Istana Dingin. Sendirian, tanpa pelayanan. Setiap hari, para pelayan istana hanya mengirimkan satu kotak berisikan dua roti keras tak berasa yang entah sudah berapa lama usianya.
Di malam hari, angin dingin yang menyeruak masuk membuat seluruh tubuh Miaoling menggigil. Pakaiannya terlalu tipis, tapi dia tidak memiliki selimut untuk melindungi dirinya. Di hari hujan, lubang di atap Istana Dingin memberikan jalan bagi air untuk masuk dan membasahi tempat tidur, membuat Miaoling terpaksa tidur di pojokan kotor bersama tikus-tikus yang sesekali mengitari tempat tersebut.
Tahun ke-168, Miaoling mendapatkan sebuah kunjungan dari seseorang yang tidak terduga. Huang Wushuang datang dengan jubah yang memiliki sulaman Feniks agung, menunjukkan kalau wanita itu telah diangkat menjadi seorang permaisuri.
“Kakak! Bagaimana keadaanmu?” tanya Wushuang penuh dengan kepura-puraan.
Berpikir kalau adiknya berniat menyelamatkannya keluar dari Istana Dingin setelah menjadi seorang permaisuri, hati Miaoling diselimuti oleh kehangatan, penuh dengan harapan dan kegembiraan.
Bodoh, begitu bodoh ….
[1] Istana Belakang: Istana tempat para selir dan permaisuri tinggal
[2] Guifei: Posisi selir tertinggi. Posisi istri kaisar yang tertinggi setelah permaisuri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 312 Episodes
Comments
hc gf
dlu pernah baca ini novel, skrng baca lagiiiii. seru bngt novel ini tuh... huh
2023-05-05
4
ceritanya tahun ke tahun tapi penjelasan yang bener GK ada asal tulis dapat duit itu aja author
2022-11-16
0
pengen lanjut baca tapi udah di ulang ulang GK ngerti maksudnya gimana. ,tulisannya itu GK ada penjelasan siapa ini siapa itu
2022-11-16
0