***
***
Chapter 5 Tertawa
Menonton serial komedi tertawa ihi ihi ihi uhu uhu uhu tak banyak episode dan berjudul thank you love you, pecah parah... Ria ria...LOL (Laugh Out Loud) begitu. Tak ada hentinya bisa membuat perut terasa kencang kaku sampai mau kebelet pipis, jangan ditahan! dari pada ngompol untungnya lagi, masih bisa mengurangi gurauan yang tak tertahankan yeah...mumpung belum terlanjur lama. Masalahnya orang cerdas memang mudah menangkap guyononan yang mungkin orang bilang itu biasa saja.
Tampilan penokohan pemain filmnya memang salah satu dari hal utama yang dijadikan pertimbangan, juga yang mampu mengangkat ceritanya menjadi lebih menarik untuk ditonton menyejukkan hati. "Betulkan!" Mesti selain dari trailer atau sinopsis, biasanya juga ngelihat cakep ga nya baik dari yang cowok, apa yang ceweknya ya...? Higs higs higs. Siska hanya menerka bagaimana cara seorang Ria merekomendasikan sebuah tontonan movie tersebut.
Artis-artisnya cantik dan tampan sebelas dua belas sama pemeran yang biasanya ada di serial drama korea tapi tetep masih punya karakternya sendiri. Coba deh cermati! Memang kalau dari kulitnya si cewek, putih bersihnya merata kayak bening gitu tapi ndak glowing seperti pake ada minyak-minyak segala... meronalah dan alami. Apalagi cara ngomong bahasanya mendesah. Ada desis desisnya seperti ular berbisa cuman tidak matok (gigit).
Sudah diakui apa gimana ya...? Kenapa setiap Ria mengeluarkan statement Siska malah ngakak. Sebenarnya yang tidak beres siapa dan yang tidak fokus siapa? Antara dengerin percakapan atau serius menyimak tayangan. Siska sendiri sejak semalam kemaren dari mobil tidak banyak berkata, eh... tapi sekarang malah begini.
Tentu seru semakin kesana semakin hot menunggu detik-detik puncak cerita. "Udahan yuk" kata Siska mencegah humor parodi yang dibuat-buat oleh Ria. "Hem... Dimatikan ta.. "
"Kamu kog gitu hayo melamun ya..." lambaian tangan keatas dan kebawah Siska yang masih senyum-senyum memancing pemahaman Ria. Sayangnya Ria sama sekali tidak menggubris membiarkan tangan ini melewati pandangannya karena memang sebentar.
"Mempesona, mirip gak tuh sama aku hehe" jari telunjuk menempel pada wajah cantik di layar laptop yang videonya sedang di pause. Rambut lebatnya di ikat sederhana menjuntai panjang dan tanpa poni didepan wajah, ditampilkan secara full untuk menebarkan aura cantiknya, ditambah leher yang jenjang cukup memperindah, lips bibir artis juga terlihat sehat dan tidak menor.
Apalagi monokromatik yang dikenakannya sederhana tapi tetap bisa memiliki banyak gaya apa itu karena dari ekspresi wajahnya ya...? Atasan dalam warna gray terang kemudian dilapisi mantel hitam panjang yang dipadukan dengan skiny jeans berwarna hitam, ini membuat penampilannya cantik selain modern tapi tetap santai.
Tokoh utama adalah sosok yang berpendidikan, so pasti cerdas dan memuaskan untuk sekedar diajak diskusi. Bukan karena itu kata-kata dari sutradara tapi pasti cara menyampaikannya dapat, maksudnya bolehlah. Sutradara kan yang merealisasikan kreatifitas yang dimiliki artis dari skenario yang ada. Sedangkan skenario sekedar acuan untuk mengontrol aspek seninya. "Mengertikan!" Ria berbicara blah blah blah blah blah blah wah kacau sambil menarik alis keatas menatap Siska tahan tawa.
Pemeran yang ada di film itu sekarang sudah di kenal luas oleh masyarakat. "Menitih karirnya memang tidak langsung pertama kali membintangi peran utama sebagai Jib kalau ga salah tapi di film apa ya... Aku sepertinya tidak punya disini ATM atm gitu apa soh namanya pernah denger gak", usul Ria untuk menonton banyak film.
"Maksudku sebelum main film itu sang artis sendiri seorang model" Siska memang pendengar yang baik dia nampak manggut-manggut soalnya. "Seumpama kamu yang ditawari jadi model dan ditantang acting gimana Sis? "
"Adalah suatu kehormatan untukku bisa menjadi lebih dikenal, namun untuk berkecimpung di dunia pemberitaan atau sebut saja pers biasanya perlu lantaran, setahuku seperti itu" jawab Siska menganalisa.
Sama halnya viral dong, tapi dari segi apanya ituloh... yang akan menjadi nilai pandangan orang. Yaelah repot repot aja mikirin orang mending jadi diri sendiri tentukan dan usahakan apa yang dimau bisa imbang kok yang namanya belajar itu gak jarang melakukan kesalahan. "Hah... Belajar jadi artiskah maksudmu Ria" Siska terkaget bengong namun Ria malah mengalihkan obrolan.
Sedangkan peran teman-temannya yang di film itu seperti tak mau berfikir. Orang mungkin mengira mereka benar-benar bodoh. Mereka tidak akan menyadarinya malah justru membiarkan apapun terjadi. "Kamu punya ga sih temen yang seperti itu Sis, lucu banget rela di buat mainan, jangan-jangan banyak lagi... dasar lo mringis mulu".
Tidak mungkin Siska bosan menginap di rumah Ria kalau bisa bikin lelucon yang bertopik observasi. Karena sebenarnya pengamatan sendiri itu susah loh... Harus jeli dengan hitungan yang tak lama seolah dituntut agar bisa mengajukan gagasan yang objektif tapi gak receh. Faktor yang memungkinkan untuk saat ini, okelah Ria mungkin keseringan hura-hura dalam hal semacam nonton sehingga cara berfikirnya terasah.
Jarang ditonton, apa iya koleksi yang Ria miliki itu hanya sekedar ada. "Jangan-jangan kamu sendiri yang pernah coba-coba ikut casting? " tanya Siska penasaran menghubung-hubungkan sesuatu dari sudut pandang ketertarikan. "Kog kamu balik nanya ke aku sih Sis, ada-ada aja". Ria waktu itu dengan posisi tengkurap memeluk bantal dan kepalanya miring bersandar pada tangan sebelah kiri.
"Siapa tahu iya...ya kan... Sejak kapan Ria? " Goda Siska pada Ria.
"Jadi begini looh... " Ria berpindah dan duduk bersila mengibaskan rambutnya untuk menarik perhatian lalu mendekati Siska mengangkat pojokan kerudung Siska dan mengelus kedua pundaknya, melihat dihadapannya yang berpenampilan rapi "Nah, kamu cocok jadi modelnya". Sambil mencontohkan ekspresi gaya condong kanan condong kiri. Tangan di pinggang pinggul di goyang bertepuk tangan hahaha.
Ada kemungkinan Ria akan membocorkan rahasia menarik setelah menyelesaikan gerakan yang di ulangi sekali lagi yaitu kedua tangan di pinggang pinggul digoyang bertepuk tangan sambil duduk bertingkah seperti itulah Ria.
Yang ahirnya Siska malah ikut-ikutan berisik, Ria malah seneng sekali seperti tidak mengingat apa-apa. Kecuali saat ibunya tiba-tiba memanggil Ria lantas beranjak dari tempatnya "Hei bentarya... tadi yang di pause bisa kamu lanjutin lagi". Walau sebenarnya Ria cuman mengeluarkan kepalanya saja dari pintu mengoreksi apa yang terjadi "Eh... Aku tinggal dulu ya Sis, sekalian mau ke kamar kecil".
Pandai menyuguhi tamu, tidak terlalu datar alias hening bahkan sampai mengencangkan perut membekukan hati. Tahu ga sih kalau kebanyakan ketawa itu bisa mengakibatkan kolaps atau pingsan tiba-tiba, ya bahaya dong. Itu mungkin, tanda-tanda sebelumnya agak terlihat sesek dan semacam ada penimbunan udara yang memicu mengempisnya paru-paru, kebayangkan!
Bahkan lebih parahnya lagi bisa membuat orang sampai meninggal alias mati baik si korban maupun lawan bercanda, setuju atau tidak setuju semuanya bisa terjadi. Lihat-lihat dulu prosesnya, kalau sampai asma yaitu semacam saluran udara meradang mempersulit bernafas dan kejang-kejang tapi kalau sampai di biarkan saja gimana hayoo... keterlaluanlah.
Seolah pribadi manusia itu sering ingat dengan persis padahalkan kebalikannya lebih sering lalai, itu artinya kesalahan yang bisa terjadi tanpa disengaja. Tapi kebanyakan dan pas udah ingat malah diterus terusin lalu jawabnya kebetulan sekalian aja gitu... dasar manusia sekarang memang tak waras apa lebih ke ambisius gitu ya... Keinginan kuat untuk mencapai harapan tanpa banyak pertimbangan, sekedar ingat... apa itu yang diinginkan? Seharusnya kalau wanita yang baik itu memiliki kecenderungan bersifat pemalu tapi yang begini nih jadi sensitif . Baiknya sih lebih peka aja gitu...
Keduanya perlu di lakukan dengan kadar yang berbalik, yang biasanya ambisius berani malu-maluin yang biasanya pemalu jadi tercegah berambisi. "Hai... " Ria masuk kedalam mengambil gunting dan kembali keluar, sepertinya Ria mulai sibuk. Anak muda yang terlatih sibuk sejak dini itu terlihat dewasa dan akan menjadi lebih tanggap sebelum ada yang memerintah sekalipun. Kecuali jika itu memang kebutuhannya sendiri mesti sukanya lebih cepat lebih bagus, mantul dah.
Seperti apa itu? Ria mudah memojokkan orang dia pasti cukup mengenal dirinya dengan baik. Suka mengupas banyak hal dari tayangan yang sedang ia tonton, mudah menikmati sesuatu lebih menonjolkan nilai EQ (Emotional Quotient) yaitu mampu merespon dan bernegoisasi dengan orang lain. Its Wow... Ria punya background spontan yang jempol tinggal kira-kira dia mau jadi apa nanti.
Bercanda sudah selesai, teman sewajarnya dan sepantasnya orang melihat. Pikir-pikir basic yang tidak nyambung juga menurunkan pede meter untuk terus-terusan cekikikan. Yang sedari tadi unjuk gigi tentu butuh minum segelas air yang lumayan, "Habiskan Siska! kalau perlu tambah lagi" berkata sendiri dua sampai tiga gelas dan dia lagi-lagi mengangguk iya, menyenangkan bukan menginap di rumah Ria.
Tanpa basa basi Ria akan menjawab semua pertanyaan tamu. Ibu Bapak kakek nenek mbak adik om tante, misal ada yang mampir lo. Siska itu baru tahu kalau sebenarnya Ria se rame ini orangnya. Siska hanya menebak dan tidak lama lagi Ria akan datang memasuki ruangan dengan ekspresi yang berbeda dari sebelumnya.
Pembukaan perlu dilakukan memulai obrolan yang sempat terpisah tadi, dari pintu lantas Ria duduk dan menyangga kedua tangannya menghadap laptop "Hai.. Gimana?" sedangkan Siska sedang berdiri didepan cermin menata rambut jilbabnya. Sekalian saja Ria membereskan leptopnya dan memasukkan kedalam tas beserta asesorisnya seperti carger, mouse, hardisk, dan flashdisck setelah meletakkannya di pinggir lalu Ria memegangi pergelangan tangan Siska menggeretnya.
Langsung saja sampai Siska sedikit terpanting gegara salah muter "Kebawah yuk..." barulah mereka berdua keluar kamar menuju ke ruang tamu. "Ria barang-barangku" tanya Siska "Iya... ya... santai nanti aja".
Tidak sekedar air putih yang akan menghapus keringnya tawa tapi tidak berlebihan juga untuk dicemil. Sebagai tuan rumah menundukan rasa suka dan tidak suka adalah anjuran. Sebelum mengangkat kaki pun Ria masih memperlakukan dengan senang hati.
Perlu adanya penyeimbang biar lebih leluasa dan nyaman tidak terkurung di kamar sendirian. Kalau disini cakupan mata untuk memandang lebih banyak termasuk bisa mengistirahatkan mata walaupun sekedar duduk santai. Rumahnya memang tidak besar tapi isi-isinya tidak terlalu berantakan masih pada peletakan yang benar.
Mencampakan tamu membuat Ria sungkan dikunjungi lagi, apalagi untuk pertama kalinya ada teman yang sampai mau menginap. Setelah mempersilahkan duduk di kursi Ria berjalan mengetuk pintu kamar ibunya mengecek kemudian berpindah menuju jendela yang terbuka mencari sesuatu "Yaah...sis sepertinya ibuku baru saja keluar".
Aslinya tadi sempat menanyai beberapa hal "Kamu santai saja ya disini atau kembali saja, terserah". Ria masih ada yang sedang diurusi, sebab tadi menyiapkan air di teko siraman tanaman, itu artinya dia mau membasahi halaman. Awalnya Siska tenang dan sibuk ditempat sendirian tapi lama-lama kog mencari Ria juga. Menengok jendela tak hanya itu mendekati si Ria menilai cara Ria merawat bunga-bunganya nampak segar dan bersih dari daun-daun kering berserakan. Ria betul, ini menyegarkan diri kembali dari rasa penat.
Memang kepenatan bisa mempercepat kepayahan dan itu akan membuat orang mudah lemas, yang mulanya hati berwarna hitam putih kalau sudah di bumbui pemandangan yang seperti ini maka hasil penglihatan hati juga bisa berubah jadi warna pelangi. Me Ji Ku Hi Bi Ni U yaitu Merah Jingga Kuning Hijau Biru Nila Ungu. "Sis...disini cuma ada hijau daun dan merah fanta bunga sembilan pagi"
"Nah tuh...tekonya warna kuning" ujar Siska mengulurkan telapak tangannya menengadah ingin menikmati percikan air. "Mandi saja sana loh seger, hehehe" balas Ria. Mandi untuk menghilangkan debu yang menempel biar tidak seperti upik abu yang kumuh terus harum lagi seperti bunga. Kebetulan Ria lebih suka memakai sabun mandi aroma bunga seperti lavender.
"Begitu oh... oke ke atas duluan, eh kamar mandi e dimana ke arah sana apa sana" dua telunjuk Siska mengarah pada arah yang berlawanan. Tapi Ria mau mengancam Siska menyiram di tempat, bercanda... jadi arahnya itu lihat belakangku! ada pintu kamu lurus saja. "Kog kamu baru nanya sekarang ya... Oiya barusan semalam menstruasi ya..."
Dari halaman Siska masuk ke dalam lewat pintu yang ditunjukan Ria dan kekamar terlebih dahulu untuk mengambil handuk dan pembalut. Ria setengah sadar mengingatnya, bahwa sebenarnya di atas juga ada kamar kecil di dekat tempat tidur sholatan mangkanya Siska sudah terlihat cantik sejak dari tadi pagi walaupun sekedar cuci muka.
"Sana saja Sis di kamar mandi sebelah tempat sholat biar aku nyalakan kerannya". Ria membuntuti Siska bahkan melewati mendahului untuk mempermudah menyiapkannya maklum Siska masih kurang tahu tentang rumah ini, dia tidak akan berani macam-macam.
Menghidupkan suasana dari rasa canggung Siska yang amat mendalam. Yang hanya akan tersipu keheranan melihat tingkah Ria tak karuan tanpa haluan kanan kiri semua bisa saja ditebas bebas. Kebanyakan orang bilang Ria memang sangat terbuka tanpa harus ada yang ditutup tutupi.
Powernya demi apa ya? Apa untuk mencapai taraf perasaan plong tapi masih berakal, Siskapun menggeleng-geleng kepala.
Marilah cairkan, alangkah tak baik lunaknya hati yang kemudian mengeras namun dibiarkan saja, lagi pula tak pantas berlama - lama merepotkan...menyibukan tuan rumah hanya karena seorang saja, sehari kan wajar sedangkan kalau kelanjutannya hayoo... alangkah baiknya jika berpamitan saja. Sungguh cantik sekali lucu pula menggemaskan jika seorang wanita memiliki rasa malu yang tinggi. Akan dirinya atau orang sekitarnya, antara dirinya atau pada tuhannya yang Maha Esa. Toh masih ada agenda yang memang perlu di tuntaskan. Beres-beres selain sama si Ria juga sama orang tua yang ada dirumah apalagi jika bisa mendapat keberkahan nasehat pengalaman seenggaknya do'a supaya senang untuk berjumpa kembali kalaupun ahirnya tak bawa apa apa bukan masalah karena jarang jugakan dan jangan tinggalkan rasa penyesalan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments