One Night Love Devil
...Hai Readers yang sempat mampir di lapak Author😁 Terima kasih banyak ya karena kalian sudah sudi buat mampir ke sini🙏 Sebelum kalian mulai membaca, terlebih dahulu aku ingin menjelaskan sesuatu, demi kenyamanan pembaca sekalian. Cerita ini ditulis berdasarkan sudut pandang orang pertama atau POV (Point of view) dari pemeran utama cerita, bukan dari sudut pandang author seperti cerita kebanyakan. Jadi jangan lagi ada protes kenapa pemeran utamanya selalu berbicara dalam hati ya😉...
...Mungkin cukup segitu aja yang perlu aku sampaikan, happy reading~...
...Semoga bisa menghibur kalian semua ya🙂...
...__________________________________________...
POV Rania
Namaku Rania Blanco, biasa dipanggil Rania. Saat ini aku berusia 19 tahun. Diusiaku yang masih sangat muda, aku harus bekerja keras membanting tulang untuk menghidupi ibu dan adik perempuanku yang masih berusia 12 tahun.
Ayahku meninggal beberapa bulan lalu dan meninggalkan banyak sekali hutang untuk kami. Kami sudah menjual semua aset yang keluarga kami miliki, seperti rumah, mobil, beberapa kavling tanah, serta semua perhiasan ibuku. Akan tetapi, itu semua belum juga cukup untuk menutupi semua hutangnya.
Diusiaku yang seharusnya masih mengenyam pendidikan di bangku kuliah, terpaksa harus berhenti di tengah jalan dan harus bekerja keras mencari uang.
Sebagai anak sulung, aku harus mengambil alih tanggung jawab mendiang ayah, mencari nafkah untuk menghidupi keluarga kami.
Demi melunasi semua sisa-sisa hutang peninggalan ayah, membiayai pengobatan ibu, membayar kontrakan, serta membiayai kebutuhan sehari-hari keluargaku, dan diriku sendiri, aku sebagai anak tertua terpaksa harus merantau ke ibukota.
Disinilah, kisah kelam kehidupanku akan dimulai. Demi mendapatkan uang, aku terpaksa melakukan berbagai macam pekerjaan. Meskipun terasa sangat melelahkan, tapi aku tidak apa-apa. Selama aku bisa menjadi orang yang berguna, apalagi untuk keluargaku sendiri, aku tidak keberatan sama sekali.
Di siang hari, aku bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran mewah, dan saat malam hari aku berjaga di sebuah mini market sebagai kasir.
Aku masih punya satu pekerjaan paruh waktu lagi, dan pekerjaan yang satu ini hanya aku geluti saat malam minggu.
Salah seorang teman kerjaku di restoran tidak sengaja mendengar suara nyanyianku saat aku sedang berganti baju di dalam ruang ganti saat jam pulang kerja.
"Rania! Kau kah itu?" tanya Lona, teman kerjaku sesama pelayan.
Aku menjawab, "Iya, ini aku."
Saat aku keluar usai mengganti baju, ternyata Lona memang sudah menungguku di depan pintu.
"Ck ck ck. Aku tidak menyangka, selain cantik, ternyata kamu juga memiliki suara yang sangat indah dan merdu," katanya, sambil berdecak kagum.
Menyanyi memang salah satu hobbiku. Sejak dari TK hingga aku bersekolah di tingkat SMA, aku memang selalu mendapatkan juara satu saat mengikuti lomba mewakili sekolahku. Jadi, kemampuanku tidak usah diragukan lagi.
Beberapa bulan lalu sempat ada produser yang menawariku untuk rekaman, namun terpaksa aku tolak karena saat itu ayahku sedang sakit keras dan tidak lama kemudian beliau meninggalkan kami semua untuk selama-lamanya.
Aku berjalan menuju cermin besar yang tersedia di dalam ruang ganti, ingin merapikan kembali penampilanku sebelum pulang ke kost-kost-an.
Kebetulan, malam ini adalah malam minggu, jadi aku bisa kembali untuk beristirahat dengan tenang. Aku mendapat jatah libur saat malam minggu di mini market, dan hari rabu di restoran.
"Rania, setelah ini kau mau kemana?" tanya Lona, sambil merapikan rambutnya dan berdiri di sampingku.
"Pulang ke kost-an. Ada apa?" jawabku, balik bertanya.
"Begini, aku mau menawarkan pekerjaan bagus untukmu, sepertinya kau berbakat dan memenuhi kriteria."
"Kriteria apa?" tanyaku, bingung sekaligus penasaran.
"Ya, kau memenuhi kriteria untuk menjadi penyanyi di cafe kakak sepupuku. Saat ini dia sedang mencari seorang penyanyi yang memiliki suara merdu sekaligus berwajah cantik sepertimu," jelasnya.
"Ah, yang benar? Berapa bayarannya?"
Realistis saja, saat ini yang aku butuhkan hanya uang, atau lebih tepatnya mengumpulkan banyak uang untuk membayar sisa hutang serta masih banyak lagi kebutuhan lainnya yang masih harus aku penuhi.
Jika honornya cocok, aku akan langsung mengambil pekerjaan itu, jika tidak, lebih baik aku menghabiskan saja malam mingguku untuk tidur sampai pagi. Toh, besok pagi aku juga masih harus berangkat bekerja.
"Mm ... kalau tidak salah 500 ribuan, tapi kamu juga bisa mendapatkan lebih jika kamu mendapatkan tip dari pengunjung yang ada disana."
"500 Ribu? Tidak salah?" tanyaku, ingin memastikan.
"Iya, itu kalau aku tidak salah informasi. Kenapa, apa masih kurang?"
"Tidak, bukan begitu. Itu sih sangat lumayan menurutku."
"Bagaimana, apa kau tertarik? Kalau kau tertarik, kita bisa langsung ke sana sekarang."
"Tunggu dulu, memangnya aku harus menyanyi sampai kapan? Apakah sampai tengah malam?" tanyaku, ingin memastikan kembali sebelum mengambil keputusan untuk menerima pekerjaan itu.
Jangan sampai aku diharuskan menyanyi hingga tengah malam, bisa-bisa suaraku serak dan aku juga pasti akan berangkat kesiangan ke restoran besok. Aku pasti akan dimarahi oleh manajer restoran karena telah datang terlambat.
"Sudah, ikut saja sekarang. Kau bisa mengetahuinya lebih jelas setelah kita sampai disana. Jika nantinya kau merasa tidak cocok, kau juga bisa menolaknya, tidak apa-apa."
Mendengar penjelasan Lona, aku pun memutuskan untuk ikut dengannya, ke tempat kakak sepupunya yang dia maksud.
Singkat cerita, aku sangat tertarik dengan pekerjaan itu. Lona membantuku untuk berganti pakaian dan berdandan. Setelah tiba waktunya, aku pun keluar dan naik ke atas panggung.
Waktu kerjaku di cafe sepupu Lona maksimal 3 jam. Kata bosku, kak Aditya si pemilik cafe, aku hanya perlu menyanyi paling lama sampai pukul 10 malam, dengan gaji 250 ribu per jam. Dimana lagi aku bisa mendapatkan pekerjaan sebagus ini?
Sudah dua buah lagu romantis yang aku nyanyikan, sesuai request-an pengunjung. Memang benar kata Lona, aku bisa mendapatkan tip dari pengunjung. Dan ini murni menyanyi tanpa diiming-imingi dengan tindakan me**m.
Mereka hanya berterima kasih karena pasangan mereka merasa sangat tersentuh dengan lagu romantis yang aku nyanyikan khusus untuk pasangan yang sangat mereka cintai.
1 Jam kemudian, aku beristirahat sejenak sekedar untuk membasahi tenggorokanku yang sudah kering, karena sedari tadi aku sudah menyanyikan beberapa banyak lagu.
Tiba-tiba aku dikejutkan oleh seseorang yang tiba-tiba saja mencolek bahuku dari belakang. Aku menoleh. Siapa orang ini? Batinku saat melihat seorang laki-laki berperawakan tinggi tegap, mengenakan setelan jas hitam, lengkap dengan kacamata hitam.
Orang aneh. Malam-malam begini kok masih pakai kaca mata hitam. Gumamku dalam hati.
"Mau request lagu ya, Pak?" tanyaku, dengan sopan.
"Maaf, Nona. Tuan Kaaran menginginkan Anda malam ini," katanya, dengan nada datar dan setengah berbisik di dekat telingaku.
"Hah? Maksudnya?" Aku bingung, apa maksud dari ucapan pria aneh ini? Bukannya berpura-pura tidak tahu, tapi aku memang benar-benar tidak mengerti sama sekali apa maksudnya.
Jangan heran, aku ini masih murni gadis polos, belum pernah berpacaran apalagi disentuh oleh lelaki mana pun.
Dan ... apa tadi yang dia katakan? Sejenis seafood atau apa? Karang, kerang, atau keran? Memangnya keran air? Membuat orang bingung saja.
Mungkin karena melihatku kebingungan, pria kaku berjas hitam itu pun lalu menunjuk seorang pria tampan yang sedang duduk di sudut cafe, sambil menikmati minumannya.
Aku tidak terlalu memperhatikan dengan jelas seperti apa wajahnya, tapi aku bisa melihat jika pria itu melemparkan senyuman miring padaku saat kami berdua saling melihat satu sama lain.
"Siapa dia?" tanyaku penasaran. Aku memang benar-benar tidak tahu siapa pria itu.
"Apa, Nona benar-benar tidak mengenal Tuan Kaaran atau ... berpura-pura tidak mengenalnya?"
Aku mengerutkan dahi mendongak menatapnya. "Apa yang Anda katakan? Saya ini orang baru di kota ini, mana saya tahu siapa dia."
"Oh, pantas saja Nona tidak tahu." Dia mengangguk-nganggukkan kepalanya mengerti.
"Maaf, saya harus kembali bekerja, apa tuan yang Anda maksud tadi ingin me-request sebuah lagu?"
Pria itu terdiam sejenak. Setelah itu dia kembali membungkukkan sedikit badannya lalu berbisik di dekat telingaku. "Tuan Kaaran menginginkan Nona untuk menghangatkan ranjangnya malam ini."
B e r s a m b u ng ...
...__________________________________________...
...Halo para pembaca sekalian...
...yang sempat mampir....
...Jangan lupa tinggalkan jejak like,...
...komen, favorit, hadiah, serta vote-nya ya...
...setelah kalian selesai membaca bab ini...
...biar aku makin semangat nulis.😊...
...Kalau sudah, aku ucapkan terima kasih banyak.😁...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Shenaylin..😌😌
🤭🤭
2024-08-07
0
Sweet Girl
Kenapa Ndak pakai kaos kaki sama selimut aja... biar hangat.🤭
2023-09-27
1
Sweet Girl
Keran
2023-09-27
0