Bab 3

Hiruk-pikuk di club seakan merusak gendang telinga Aqeel. Aqeel menikmati setiap gelas yang dituangkan untuknya, berusaha mengabaikan lingkungan sekitar, yang berisik, penuh asap dan merusak mata. Yudhistira yang mengikuti tuannya nampak tidak nyaman, Aqeel meliriknya tajam lalu menyodorkan sebotol brandi untuk lelaki itu.

"Minum," titah Aqeel dengan mata memerah.

Yudhistira berusaha menolak, "saya tidak minum alcohol, Tuan—"

"Kubilang ambil dan minum ini sampai habis!" Aqeel tidak suka dibantah. Yudhistra yang dibentak menelan ludah. Memang tidak ada yang bisa menolak perintah dari lelaki bertato di hadapannya.

Yudhistira mengambil botol minuman dari tangan Aqeel dan menenggak semua isinya. Cairan-cairan beraroma menyengat tersebut membasahi dagu, leher dan kemeja atasnya. Kepala Yudhistira mulai pusing, badan lelaki itu terhuyung, bisa jadi jatuh andai tidak berpegangan ke meja bar di dekatnya.

Melihatnya, Aqeel menyeringai. Yudhistira memang tidak biasa minum alcohol, tidak heran reaksi tubuhnya langsung membuatnya pusing dan tidak sadarkan diri.

"Dasar merepotkan," Aqeel tertawa melihat Yudhis yang tertidur di atas kursi bar. Lelaki itu lanjut mengisi gelas kecilnya dengan bermacam jenis minuman yang memabukkan. Kepala Aqeel mulai pusing, perutnya melilit, karena minum tanpa makan terlebih dahulu. Tangan besar Aqeel mencekram bahu bartender yang langsung ketakutan, lelaki itu menceracau. "Bawa Maura kemari." Bartender yang disuruh kebingungan. Siapa Maura? Dan siapa lelaki ini?

"Maaf, Tuan—"

"Kubilang bawa istriku kemari."

"Saya tidak tahu siapa Tuan dan siapa istri Tuan—"

Aqeel menggebrak meja, "kubilang bawa istriku kemari!" Lelaki itu mengambil sebotol minuman keras dan kembali menenggaknya. "Aku ingin menciumnya! Ingin menidurinya lagi!" Kalimat Aqeel semakin tidak jelas, lelaki itu terus berteriak marah, memancing perhatian orang-orang yang menari di lantai dansa. "Kubilang, bawa istriku kemari! Aku tidak bisa menunggu sampai sebulan ke depan!"

Aqeel yang mabuk melepaskan jam tangan mahalnya, diletakkannya ke meja bar. Dilucutinya anting berlian di telinganya, lalu menghempaskan dompet tebalnya. Yang berisi dollar, rupiah, riyal, dan kartu-kartu keemasan. "Bilang kepada wanita itu—Maura—satu ciuman, aku akan membayarnya 10 kali lipat. Dua ciuman, aku akan membayarnya 20 kali lipat. Malam yang panjang, aku akan memberikan semua uang yang kupunya."

Ceracauan Aqeel semakin membuat sang bartender bingung. Maura yang lelaki itu maksud istri atau wanita bayaran?

"Tunggu apa lagi!" Aqeel memekik kesal. "Apa dia enggan menerimanya, karena berpikir nafkah dan uang yang kuberikan semuanya haram?" Aqeel meninju-ninju meja.

"Dasar wanita, dia terlalu berburuk-sangka padaku! Aku tidak pernah menafkahinya dengan uang haram, semua uang yang kuberikan padanya, benda-benda yang kuhadiahkan untuknya, makanan-makanan yang menjadi darah dan daging di tubuhnya, semuanya uang bersih yang kuusahakan mati-matian tanpa mencampurnya dengan pekerjaan kotorku!"

"Dasar wanita!" Aqeel berteriak keras. "Pantasan dia enggan memakai semua perhiasan yang kuberi, risih tinggal di rumah mewah yang kuhadiahkan, jarang menggunakan uang pemberianku, tidak mau memberi sedekah menggunakan uangku, masih mencari uang untuk dirinya sendiri! Dasar wanita! Dia pikir, aku suami apa, hah?!"

"Bawa dia kemari!" Aqeel masih membuat kekacauan, "aku ingin meniduri wanita itu! Membunuh bayiku yang dia kandung!" Aqeel menarik kerah seragam yang bartender pakaian, lelaki itu meraung heboh.

"Tuan, dimohon jangan membuat keributan—" Bartender menelan ludah. Sadar percuma menceramahi lelaki mabuk. Tak ada penjaga yang berani mendekati Aqeel, karena pengawal-pengawal lelaki itu berjaga di sekitar. Mengamati apa yang Tuan mereka lakukan, tanpa menganggunya.

"Kamu dengar apa tadi yang dia bilang?" Seorang wanita seksi terkekeh genit. "Dia ingin meniduri seseorang, daripada menceramahinya lebih baik carikan dia wanita. Apa yang dia letakkan di atas meja ini saja sudah lebih dari cukup untuk membayar sepuluh wanita untuk melayaninya." Bartender tersebut menatapnya gelisah. Sekalipun tidak tahu siapa Aqeel Hafshan, bartender lelaki itu sangat tahu kelakuan lelaki itu selama di bar ini. Banyak kepala yang pecah karena memancing emosinya, pria maupun wanita.

Terpopuler

Comments

Ananda Safira Malik

Ananda Safira Malik

next

2022-03-27

1

Linda Yani

Linda Yani

lanjut thor,

2022-03-27

1

Yuliana Rizka

Yuliana Rizka

semangat Thor lanjut

2022-03-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!