Mafia Kejam Menjadi Daddy
"Siapa yang menyuruhmu hamil, hah?!" Amukan marah tersebut membuat seorang wanita meringkuk ketakutan di sudut dinding.
Wanita itu menangis, mencicit, memohon ampun. Lelaki bertato yang menarik tubuhnya untuk bangkit terlihat begitu marah, "kutanya, siapa yang mengizinkanmu hamil? Sekalipun bayi yang kamu kandung adalah darah-dagingku!" Tangannya nyaris menggampar, andai perasaan cinta tidak memudarkan amarahnya.
"Maafkan aku, suamiku ...." Maura memohon ampun. Lelaki kasar di depannya benar-benar tidak manusiawi. "Aku tidak sengaja. Ini bukan salahku. Sebulan yang lalu kamu mendadak pulang dan menyentuhku begitu saja saat aku tidak sadar, aku lupa meminum pil KB-ku. Kamu juga tidak memakai pengaman."
"Jadi, kamu ingin menyalahkanku, begitu?!" Aqeel berteriak marah.
"Bukan begitu maksudku." Wanita itu mencoba berkilah.
Aqeel membuang napas kasar. Karena kasihan, lelaki itu berhenti berteriak. Aqeel menjatuhkan diri ke atas sofa, Maura yang mengharapkan kasih-sayangnya mendekat dan memeluk kaki kekar suaminya. Maura menggesekkan kepala ke tungkai kaki Aqeel untuk membuatnya luluh.
Aqeel berdecih kesal, diangkatnya tubuh Maura yang begitu ringan lalu dibawanya ke dalam pangkuan. Aqeel meremuk perut ramping Maura, seperti ingin membunuh darah-dagingnya yang ada di dalam sana. Aqeel mengabaikan rintihan Maura yang kesakitan, remukan Aqeel semakin menjadi-jadi.
Aqeel memukuli perut istrinya dengan tenaga yang sedikit dikurangi, entah kenapa meskipun mencintai ibunya, Aqeel benci darah-dagingnya. "Kenapa harus ada bayi ini di antara kita? Kenapa tidak kita berdua saja? Siapa yang menyuruhmu datang, bangsat kecil? Siapa yang menyuruhmu menjadikan perut istriku sebagai rumahmu?"
Maura menangis, berusaha mengambil iba suaminya. Suara wanita itu memohon, "kumohon, hentikan suamiku. Hentikan, jangan sakiti anak kita." Maura menciumi kening suaminya yang basah oleh peluh. Aqeel masih meremuk perut istrinya, andai bayi itu sudah keluar, Aqeel sangat ingin meremuk tubuh mungil tersebut secara langsung.
"Kumohon hentikan, suamiku. Dia tidak salah, aku ibunya yang lengah, membiarkannya ada." Maura masih membujuk Aqeel untuk berhenti memukul perutnya. Aqeel seperti robot yang memupuk dendam kepada calon bayi yang tidak berdosa.
Maura ingin menahan tangan Aqeel tapi tangan kekar tersebut tidak bisa disingkirkan. Maura hanya bisa membujuknya dengan kecupan. Maura menciumi rambut, wajah, bibir dan leher suaminya, agar lelaki itu luluh dan tidak menyakiti anaknya lagi.
"Bunuh saja dia," Aqeel berkata dingin.
Maura menggeleng, "t-tidak, jangan."
"Kubilang bunuh saja dia," Aqeel mengangkat kepalanya. "Gugurkan!"
"Dia tidak bersalah, suamiku ... kumohon jangan." Maura terisak, kembali diciuminya wajah suaminya, berharap lelaki itu berubah pikiran.
"Aku tahu jika kelak bangsat kecil itu lahir, Maura! Dia akan membenciku sebagai ayahnya, membencimu karena menikahiku. Dan setelah dia beranjak dia dewasa, melihatku yang jarang pulang, melakukan pekerjaan kotor, sering mengasarimu, dia akan menghasutmu untuk meninggalkanku, menggugat ceraiku, dengan dalih semua yang kamu lakukan itu demi dia, anakmu yang benci aku sebagai ayahnya!" Napas Aqeel terengah, lelaki itu terlihat begitu benci kepada anak yang belum tentu melakukan hal demikian.
"Dia tidak akan melakukannya, suamiku. Aku janji, anak kita tidak akan membencimu. Dan tidak akan menghasutku untuk meninggalkanmu. Kamu adalah Ayah dan Suami yang baik, kita juga saling mencintai, anak kita tidak mungkin setega itu berusaha memisahkan kita 'kan?"
Maura melakukan bermacam cara untuk membujuk suaminya. Dibukanya kancing atas kemeja yang Aqeel kenakan. Disingkapnya, untuk memperlihatkan bahu dan dada bidang suaminya. Maura menciumi bahu dan dada bidang suaminya, menggesekkan kepala dan pipi. Biasanya dengan sentuhan penuh damba tersebut, Aqeel akan luluh.
Aqeel terlena oleh sentuhan istrinya, tapi tak mau dipengaruhi Aqeel menjauhkan kepala wanita itu dari tubuhnya. "Kamu bilang aku suami yang baik? Pandai sekali kamu berbohong, Maura!"
Suara Aqeel kembali meninggi, "jika ingin menipuku masuk akal sedikit, hah! Suami sepertiku dari sudut mana baik? Pekerjaanku membunuh orang, mengedarkan narkoba, membangun usaha perdagangan manusia, menjadikan wanita-wanita sebagai pelacur! Dari cara aku menafkahimu saja aku sudah terlihat buruk!"
Maura terdiam. Tapi sedikit tenang, tangan yang awalnya memukuli perutnya kini berganti meremuk kepalanya dengan kuat. "Aku sering mengasarimu, memakimu, memukulimu, jarang pulang, tidak mengabari, hanya sebulan sekali menemuimu untuk menuntaskan hasrat! Kamu bilang itu suami yang baik? Kebohonganmu membuatku kesal, dasar ******." Aqeel ingin sekali melempar tubuh ringan dari pangkuannya, tapi lelaki itu malah memeluknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Kuni Muntafiah
Seru
2022-04-20
0
Laelatul Mukaromah
dari FB langcung meluncur🤭 novel berbau mafia pasti gerceplah Thor🥰
2022-04-06
0
Sity
aku disini😍😍😍
2022-03-30
0