"Dimas kamu ngapain kesini pagi-pagi bangat." Tanya Irma dengan pandangan bingung.
Sekarang ini Irma dan Dimas berada di sebuah taman yang sedikit ramai dengan anak muda (biasa pacaran).
Dimas melihat kearah Irma dan menatap Irma dengan teliti, "ayo kita pulang." Ucap Dimas yang menarik tangan Irma dengan lembut pergi dari taman.
Irma yang mendengar ucapan dimas pun menjadi kesal Dimas ini apa-apaan sih bukannya menjawab pertanyaan nya malah mengajaknya pulang.
Dan juga mereka berdua baru sampai di taman belum ada 10 menit Irma duduk udah di ajak pulang aja oleh dimas.
"Dimas aku lagi nanya loh bukannya di jawab malah ngajak pergi." Ucap Irma dengan kesal.
Dimas yang mendengar ucapan kesal dari Irma pun menhentikan langkah nya, "ntar aku jawab di mobil aja."
"Kenapa nggak disini coba sambil duduk nikmati udara pagi." Tanya Irma yang masih mengikuti langkah demi langkah nya dimas.
"Disini banyak lalat dan nyamuk yang memandang mu dengan lapar." Ucap Dimas yang menajamkan tatapannya Kepada pria yang ada di taman ini yang sedang melihat kearah Irma dengan tatapan tergoda dan menggoda.
Dimas dari tadi menahan amarahnya karena banyak pria yang memandang Irma dengan beraninya, apakah mereka tidak cukup dengan pasangan mereka sendiri.
Dimas memperhatikan wajah Irma yang tidak terpoles dengan mek'up tapi sangat terlihat sangat cantik pantas saja mata pria yang berada di taman ini tak pernah melepaskan pandangannya kearah Irma.
Dimas berfikir Irma saja keluar tanpa olesan mek'up saja banyak yang memandang nya dengan tatapan menggoda begitu apa lagi saat Irma keluar dengan polesan mek'up ahhk Dimas tidak bisa melanjutkan pikirannya itu.
Dimas menarik tangan Irma dengan lembut dan mengajaknya kemobil mereka yang terpakir tak jauh dari taman.
Ntah apa yang terjadi dengan Dimas, dia merasakan marah, dan tidak suka saat banyak pria yang memandang Irma dengan terang-terangan.
Sedangkan Irma memikirkan ucapan Dimas banyak lalat dan nyamuk perasaan dia tidak merasakan keberadaan nyamuk dan lalat di taman ini.
Tapi saat melihat wajah Dimas yang tertekan dan menahan sesuatu pun Irma dengan pasrah mengikuti Dimas untuk ke mobil mereka.
"Oke sekarang kita udah di mobil jawab pertanyaan aku." Ucap Irma yang sudah duduk di mobil mereka.
"Tujuan kedatangan kedua orang tua ku untuk melamar mu, aku sudah berkata jujur kepada mama dan papaku jika kamu saat ini sedang mengandung anakku." Ucap Dimas dengan pandangan fokus kearah Irma.
"T-terus apakah mama dan papamu marah." Tanya Irma dengan pandangan yang pucat dan takut.
Dimas menyentil kening Irma.
"Aduhh Aisah sakit tau." Ucap Irma.
"Kalau mama sama papa aku marah mana mungking mama dan papa aku pergi kediaman mu pagi-pagi dan akan melamar mu" Ucap Dimas.
Irma yang mendengar itupun cengengesan benar juga yang di katakan oleh Dimas, mengapa dirinya tidak sampai memikir kan itu mengapa makin kesini dirinya ini menjadi goblok.
"T-tapi Di-dimas aku takut kalau mama dan papa a-aku marah." Ucap Irma dengan wajah pucatnya.
"Kamu tenang aja, aku akan berada di samping kamu dan anak kita di setiap waktu." Ucap Dimas yang mengelus perut Irma yang sedikit membuncit.
Irma yang mendengar itu pun menganggukkan kepala dan menyingkirkan tangan Dimas, "anak kita nggak suka di elus." Ucap Irma.
Dimas yang mendengar itu pu mendengus dengan malas mengapa Irma sangat menyebalkan Dimas tau itu hanya akal-akalan Irma yang tak mau di sentuh bagian perutnya itu.
"Dimas aku bisa ngomong sesuatu nggak sama kamu." Tanya Irma yang memandang Dimas dengan tatapan serius.
"Hm."
Irma yang mendengar deheman itu pun melihat kearah dimas dengan kesal, "ihk kalau aku nanya itu kamu jawabnya dengan benar dong."
"Nak kamu jangan ikut sifat bapak kamu yah, ikut sifat mama aja." Ucap Irma sambil mengelus perutnya.
Dimas Mendengar ucapan irma pun melototkan matanya hei apa-apaan ini anak nya itu harus mewarisi sifat nya walau hanya sedikit saja kalau soal wajah, dimas lebih yakin jika anaknya itu akan mengikuti wajahnya yang tampan ini.
"Iya maaf, kamu mau nanya apa." Ucap Dimas dengan panjang tapi masih dengan nada datar.
Irma yang mendengar itupun mendelik tak suka saat Dimas mengucapkan kata yang bernada dingin begitu.
"Kamu milih mana anak perempuan atau anak lelaki." Tanya irma
"Aku nggak bisa milih mau anak perempuan atau lelaki itu tetap anak kita dan anugrah dari maha kuasa jadi kita harus bersyukur dan menyayangi titipan Tuhan ini." Ucap Dimas sambil mengelus perut Irma.
Irma menganggukkan kepala dia bersyukur kalau Dimas tidak akan mempermasalahkan jenis kelamin anak apa yang akan dia lahirkan.
"Ehh tapi kenapa perut kamu udah buncit sekali tak seperti kandungan yang berusia 4 minggu." Tanya dimas dengan bingung.
"Ntah aku pun tak tau, paling anak kita udah besar sebelum waktunya." Balas Irma dengan asal.
Dimas terkekeh dan menyentil jidatnya Irma, Dimas bingung apakah ini betul Irma seorang pengacara terkenal itu, tapi kenapa setiap yang di ucapkan Irma itu selalu saja biking geleng-geleng kepala.
Aishah..
"Kamu kenapa sih suka bangat nyentil jidat aku, kalau jidat aku bolong gimana kamu mau punya istri jidatnya bolong." Ucap Irma dengan kesal sambil mengusap-usap jidatnya yang memerah.
"Habisnya jawaban kamu sangat impresif sekali sampai aku ingin menyentil jidat dan jantung kalau perlu ginjal kamu sekalian." Ucap Dimas yang fokus kearah depan.
Irma yang mendengar itu pun hanya mendelik tak suka apa-apaan Dimas ini sangat tidak cocok dengan rumor yang dirinya dengar.
Rumor mengatakan kalau dimas adalah seorang pria kaku, dingin, tatapannya tajam, aura yang suram, dan tidak suka banyak berbicara lah ini malah nyebelin pakai bangat.
Pokoknya dia harus mengelus terus perutnya dan mengatakan jangan ikut sifat bapak nya ini, menhadapi sifat Dimas saja sangat menyebalkan apalagi kalau anaknya akan mengikuti sifat bapak nya.
Akan di pastikan hidup Irma tidak akan pernah damai untuk selama-lamanya, tapi di pikirkan benar juga mengapa perutnya sedikit besar tak seperti usia kandungan berusia 4 Minggu.
Perutnya seperti sudah berusia 1 bulan 3 Minggu saja, ingatkan irma untuk memeriksa usia kandungannya.
"Kamu harus temanin aku buat priksa kandungan aku ke dokter besok." Ucap Irma seperti perintah.
"Nggak bisa kayaknya aku punya meeting diluar dan habis meeting aku harus ngerjain kertas-kertas yang udah numpuk di kantor aku." Jawab dimas dengan nada yang sedikit lembut.
"Hiks jadi kamu hiks lebih mentingin hiks meeting dan kertas hiks dari pada hiks aku." Ucap Irma yang sedang menangis.
Ntah kenapa Irma tiba-tiba saja menangis, atau hormon ibu hamil nya kali yah begitu lah pikir Irma.
...***jika ada kesalahan kata tolong di kritik yah kak🙏 dan ohya like dan vote yah, like dan vote itu itu penting bagi kami yang penulis mula tapi nggak maksa kok🙂...
...#selamat berpuasa bagi yang menjalan kan ibadah puasa 🙂***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Nda'ny Azkha
semangat author bagus crta ny
2022-04-07
0
Rifan Mus
lanjut
2022-04-07
0