***
Raisa tersenyum manis. Yah siapa yang tidak tersenyum mendengar kan celotehan aneh, bocah imut ini.
"Oh yah Kak Thifa. Ini kak Ais, Kakak sepupu nya Shiren" lanjut Shiren memperkenalkan Raisa.
Thifa sedikit tertegun. Ia diam, kemungkinan yang sama sekali tidak ada di pikiran nya. Raisa adalah sepupu Arfen.
"Hai Thif. Apa Kabar? " Sapa Raisa, berusaha duduk bersandar.
"Baik lah. Kan calon suami nya gue" Sambar Arfen merangkul gadis kesayangan nya itu.
Raisa memutar bola matanya jengah. Jika Arfen bukan Sepupu Raisa, sudah jelas umpatan akan Raisa lontarkan untuk cowok tengil super pede ini.
"Baik kok Sa, Maaf yah. Gue baru bisa jengukin lo sekarang. Gimana keadaan lo? " Sahut Thifa, lembut. Ada rasa lega nan bahagia yang tak bisa ia suarakan. Hatinya bersorak ria mengetahui fakta bahwa Raisa adalah sepupu mereka.
"Paling Dua hari lagi sih masuk sekolah. Oh yah, Lo sendiri kok bisa sih jadian sama Tuh kaleng Rombeng? " canda Raisa, Maklum kedua sepupu ini memang dekat.
"Eh jadian? Maksud nya? "
"Kalian pacaran kan. Oh yah, maafin Gue juga yah. Lo pasti udah mikir yang enggak - enggak soal kita. Tenang, Gue sama Arfen sepupuan doang kok. "
"Gimana calon binik gue? udah gak usah komen, dia the best kan" Sambar cowok tengil itu, merangkul manis bahu Thifa.
"Arfen. Anak orang, Jangan gitu akh. Kita kan Gak tau dia mau sama kamu atau enggak" Protes Sheryl dari sofa sana. Sekilas wajah nya tersipu, dia ingat bagaimana Nathan semasa SMA nya. Akh, tidak jauh berbeda dengan Arfen.
"Anak orang sih iyah. Tapi, kan mantu mamah juga. Yang bakal ngelahirin cucu mamah entar"
"Ya Allah Arfen, nih anak" celetuk Aisyah, ia dengan perlahan menyuapi anak kesayangan nya itu.
"Dasar Kakak jelek! Udah kak Thifa, tuh pak supir yang muka nya biasa aja biarin aja. Emang ada gendeng nya dia itu" celetuk Shiren, menarik tangan Thifa lembut untuk duduk di sebelah Sheryl.
"Kakak Supir? Shiren apa? Pembantu Rumah Tangga? "
"Shiren yah majikan nya lah" sahut bocah mungil itu santai. Arfen sudah terlalu geram, ia mengangkat tubuh mungil adik nya. Sembari menggelitik perut kecil Shiren, Tampak Shiren menggeliat kegelian, tertawa lepas bersama Arfen.
"Assalamualaikum Tante, Ak--" sapa Thifa lembut, mencium punggung tangan Sheryl.
"Wa'alaikumussalam. Manggil nya mamah aja, enggak usah tante. Kan calon istrinya Arfen"sahut Sheryl membelai lembut rambut Thifa. Sheryl ingat, bagaimana Arumi memperlakukan nya dulu. Arumi sangat hangat dan lembut. Ia mendukung keras hak hubungan Natham Dan sheryl. Kali ini, Sheryl juga ingin melakukan hal yang sama pada hubungan Thifa dan Arfen.
"Ma-mah? " Thifa terbata. Rasa bahagia yang tak bisa di tutupi nya lagi. Ia tersenyum begitu lebar. Bagaimana ia tak bahagia? Saat Mamah Arfen sendiri sudah menganggap nya sebagai menantu nya.
"iyah manggil nya mamah aja. Entar Thifa sering - sering main ke Rumah yah"
"Iyah mah"
Karna kejadian Sore itu, membuat Thifa lebih akrab dengan Mamah Nathan, Shiren, bahkan Raisa.
"Enggak usah di langgeti Thif, kalo Si Arfen ngomong. Emang gitu. Suka ada gesrek nya" peringat Raisa lembut.
"Enggak gesrek, cuma agak miring aja" Tambah Thifa.
Ternyata Raisa enggak sedingin yang gue pikirkan.
Batin Thifa, Ia merasa Dekat dengan Raisa sendiri.
"Gak papa miring. Yang penting ganteng, kalo gue ganteng kan lo sayang sama gue" Sahut Arfen santai, menggenggam pergelangan tangan Thifa.
***
"Enggak Singgah dulu Fen? Mau langsung balik? " tanya Thifa memastikan. Saat Arfen ingin langsung pulang.
Yah, Saat ini mereka tengah berada di parkiran halaman rumah Thifa.
"Kenapa? Lo masih rindu? Sama gue juga. Makanya Nikah yuk, biar Gak rindu - rinduan. Kan tiap saat bersama" Sahut Arfen santai, menatap Nakal ke mata Indah Thifa.
"Nyesel gue nanya gini ke elo" ketus Gadis mungil itu, sedikit memanyunkan mulut nya.
"Halah, elo kan juga suka ke Gue. Udah Tamat SMA kita go to KUA. Gue dah gak bisa yah, tidur sendirian lagi. Gak enak, Gak ada elo. Gue kesepian"
Thifa memutar bola matanya jengah, ingin Gadis itu keluar dari mobil. Namun tangan nya di tahan oleh Arfen.
Cupp
Arfen mencium pucuk kepala Thifa, Agak lama Arfen medaratkan ciuman hangat nya di sana.
"Hari ini. Bonus ciuman, Soal nya Gue entar rindu. Kalo rindu, susah. pikiran nya ke inget lo terus. "
Thifa segera keluar dari mobil itu. Kedua pipinya merona panas, Jantung nya berdegub begitu kencang. Ia bahkan tak pernah merasakan perasan itu saat ada di dekat Zefan dulu.
"Euy Cewek Pendek tapi gue sayang. Gue pulang dulu yah. Bye bye. Besok gue jemput. Oh yah, kirim salam sama mamah mertua " Teriak Arfen dari kaca mobil nya. Arfen juga menjalan kan mobil nya, meninggalkan kediaman Thifa. Dengan Thifa yang masih mematung, mencoba menstabilkan deguban hatinya.
"Kamu cinta kan sama Arfen, nak? " tanya Layla, membuyarkan Lamunan manis Thifa.
Seketika pipi Thifa merona kembali, saat mamah nya menyebut nama Arfen.
"Apaa sih mah ... " Thifa berjalan masuk, meninggalkan mamahnya yang tersenyum geli. Layla tentu tau, bahwa saat ini, putri tunggal nya sedang menggebu dalam alunan cinta.
***
Next??
Lanjuttt?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
🦋stary🌼🌸🌼
langgeti apaan ya thor... sepertinya diatas td juga ada kata itu..
2021-10-06
0
Hesti Pramuni
manisss banget.. ceritanya..
2021-09-06
0
Lutha Novhia
cpha coba yg gk merona
wlau pun gombalan receh tp ttep bkin dag dig dug
2021-06-05
0