***
"Thifa, Sebenarnya... Gue udah lama cinta sama lo. Gue udah sangat lama memendam rasa ini ke elo. Rasa cinta, yang bahkan seorang pun gak akan ngerti. Thifa... Lo mau kan jadi pacar gue? " Seru Cowok itu, yang sudah bertekuk lutut di hadapan Gadis mungil yang kini wajah nya terpaku.
"Thifa... Gue sayang banget sama lo. Please terima gue.. Apapun yang lo minta bakal gue kabulin. Please Thiff... Gue sayang ke elo" lirih nya lagi, kini dengan tatapan yang menarik bagai magnet berkekuatan super. Cowok itu merogoh Kantung jaket nya, membuka kotak cincin Putih kilau itu.
Cowok itu dengan Kharisma nya, Tatapan matanya yang seolah bisa menarik siapapun. Mata yang Tajam, Alis yang lebat, bibir yang tebal. Wajah nya mendongak berusaha menatap mata gadis itu. Berharap ada kata 'iyah ' yang keluar dari bibir tipis gadis itu.
Angin kencang pantai menerpa kasar wajah nya, Deru gelombang menjadi saksi pernyataan cinta Pria itu.
Gadis mungil itu, yah Lathifa Kenneira namanya. Thifa diam mematung. Ada berjuta bahkan tak terhitung rasa bahagian nya saat ini. Diam tak bergeming, seolah ini mimpi baginya. Cowok yang di sukai nya sejak SMP saat ini tengah bertekuk lutut di hadapan nya, mengutarakan perasaan nya di tepi pantai sore. Ah, bukan kah itu Romantis?
"Gue ma--" ucapan Thifa terpotong.
"Gimana Thif? Udah romantis belum? Kira - kira Raisa bakal nerima Gue gak kalo gue nembak dia pake cara gini? " tanya Cowok itu, menutup kotak cincin yang di tangan nya. Perlahan bangkit berdiri tegak, berhadapan dengan Thifa. Thifa yang hampir mati karna sakit hati.
Thifa masih diam mematung, ia tak kuasa untuk berbicara. Rasanya sangat sesak, Tenggorokan nya tak mampu mengeluarkan suara lagi.
Bagaimana rasanya saat Kau telah terbang jauh tinggi, tiba - tiba jatuh terhempas?
Yah, itulah yang Thifa Rasakan saat ini. Ia sudah terlalu cepat terbang melayang dengan perkataan cowok ini. Membuat nya jatuh dengan rasa sakit yang tak tertahan.
"Gue mau Nembak Raisa, tapi masih gagu. Gue tes dulu deh ke elo. Lo gak marah kan? Enggak lah kan, kita kan sahabatan dari smp. Lo tau lah Raisa itu orang nya gimana kan. Dingin, cuek,irit kata, elegan, cerdas. Beneran perempuan luar biasa. Gue yakin, gue bakal jadi cowok paling beruntung kalo bisa milikin Raisa" seru nya lagi, melangkah kan kaki kanan nya. Bersampingan dengan Thifa, menatap Air laut yang bergelombang.
Jadi gitu? Jadi Zefan mau nembak Raisa? Jadi cincin itu buat Raisa? Bukan buat gue? Owh.. Harus nya lo sadar diri Thifa. Lo itu siapa di bandingkan dengan Raisa!!
Batin Gadis mungil itu, beradu argumen dengan hati nya yang kacau.
"Gak papa kok Zef. Santai aja, lagian kan kita emang udah temenan dari SMP. yah kali masalah gini gue masih perhitungan" sahut Thifa, mencoba mengatur nada suara nya sebiasa mungkin.
"Bagus deh, oh yah Thif. Menurut lo, kata - kata gue lebay gak? " tanya nya.
"akhh.. Enggak juga kok Zef. Oh yah, udah sore nih. Gue balik dulu yah. Good luck. Semoga cepet jadian" Pamit Thifa, ia menepuk pundak Cowok itu pelan, meninggalkan nya seorang diro di tengah pantai itu.
"Tapi biar gue anterin aja" saran cowok itu.
"Enggak usah Zef, Gue balik naik angkot kok"
***
Byurrrr
Swurrrr
Guyuran air dingin dari Shower itu, menerpa tubuh Thifa. Matanya terpejam, ia kembali lagi mengingat kata - kata cowok itu. Kata - kata yang bagai Petir menggelegar di sore hari yang Menyegarkan.
Air mata nya sudah mengalir mengikuti aliran Air Shower yang jatuh dari atas sana.
***
"Lima Tahun Zefan... Lima Tahun Gue udah suke ke elo. Tapi elo? Elo malah suka sama Raisa. Yah, Gue harus nya sadar diri. Mundur iyah kan? Yah iyalah mundur, haha! " Lirih gadis mungil itu, menatap hampa Foto nya dan Zefan yang ada di ponsel nya.
"Raisa dingin dan cuek? Cerdas dan jenius, anak Dari XI IPA SATU yang paling di bangga kan. Lalu gue, Thifa bisa apa? " lirih nya lagi, lebih hampa dari sebelum nya.
***
Fyuhhh... Hampir aja gue telat, untung ngendarain motor nya kenceng. Gara - gara nangis semaleman deh nih
Batin Thifa, Gadis mungil itu hari ini hampir saja terlmabat. Akh, jika dia terlambat sudah jelas akan menjadi Viral di sekolah. Yah Gadis Hukum itu melanggar peraturan?
"Zefan? Jalan sama Raisa" Gumam nya lagi, beru saja memarkirkan motor nya. Menatap Zefan dan Raisa yang jalan berdampingan.
Brummm!!
Brummm!!
Tiba - tiba ada motor KLX yang berhenti di depan Thifa, entah apa maksud dan keinginan nya.
"Oiii cewek cantik tapi pendek. Lo salah parkiran, parkiran itu khsus buat orang yang ganteng kayak gue" celetuk pria itu santai, membuka helm nya. Turun dari motornya dengan gaya, berjalan berhadapan dengan gadis mungil yang lagi patah hati itu.
Cowok jangkung, dengan tinggi 180 cm itu. Kulit putih mulus, Rambut yang acak karna helm nya. Hidung mancung mata tajam, alis tebal bibir Tipis. Badan kekar dengan dada bidang nya.
"Udah deh Fen, Gue lagi gak mood debat sama lo" protes Thifa yang emang udah gak mood buat ngomong apalagi debat.
"Gue gak mau debat, gue cuma mau parkir. Lo salah parkir, nih itu tempat parkiran gue, lo yang cantik di sana" Kekeh cowok jangkung itu lagi.
"Serah lo Fen, gue ma--"
"Arfen Arkasa!!! Sini kamu! Kamu kan yang kemarin mainin mikroskop di Laboratorium!! " Teriak Guru setengah Usia itu, berjalan cepat kearah Lathifa dan Ar-Fen?
Arfen dan Thifa tentu mengenal Guru setengah usia itu, yah dialah Pak Ghani, guru MTK yang merangkap menjadi Wakil Kepala Sekolah. Jangan tanya Ke killeran nya. di masa Nathan juga seperti itu, hanya Nathan Yang berani bertatap muka.
"Allah hu Akbar! Guru ini kalo ngomong nyelekit bener. Udah tau Tua, masih aja larian gitu. Kalo jatuh, Hadehh.. Kerjaan gue kan bawa dia" Keluh Arfen geleng - geleng kepala melihat tingkah guru nya.
"Fen, lagak lo kayak lo aja yang guru" Sinis Thifa, yah Thifa memang selalu sinis dengan Arfen. Kapan Thifa dan Arfen damai? Akh, mungkin saat Tom and Jerry, udah Salaman.
"Arfenik Arkasa! Ikut bapak! Kamu ini beneran senang sekali buat orang lain susah!" Titah Pak Ghani, menatap garang Arfen.
"Okeh, okeh, bentar pak. Oik Thif! Parkirin motor gue dong " Seru Arfen melemparkan kunci motor nya, ke arah Thifa.
Thifa memandangi motor KLX yang tinggi itu, saat Arfen dan pak Ghani sudah tidak di tempat.
Gila yah? Padahal dia yang baru sebut gue pendek. Ini malah suruh gue markirin motor setinggi ini?! Gilak!! Gendeng!! Edan!!
Batin Thifa, yang entah sudah berapa kali memaki Arfen. Dari hanya membatin, di belakang Arfen, bahkam di depan muka Arfen terang - terangan.
***
Ara! Ara! ^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Dewi Etikawati
wowww Pak Ghani msh exist azha. 👍
2022-01-09
1
Ila Bunda Aina
lah pak Ghani blom pensiun ternyata....😁
2021-10-14
1
labib Zack Lee Ramadhani
Gila yah, dia yang nyebut gue pendek ,ini malah nyuruh gua markirin motor tinggi gini
batin tifa,
harusnya setelah perkataan tifha tu jangan di pisahin " batin tifa
2021-09-12
2