17 | PEMBALASAN

Masih di hari itu, saat jam olahraga masih berlangsung.

"Vian selalu saja melindungi anak itu. Padahal aku sudah berhasil membuatnya malu karena jatuh," gerutu Mira. Ia mencabut-cabut rumput di lapangan.

"Sudahlah, Mira. Mengapa kau sebegitu bencinya pada Reva? Aku pikir dia tidak pernah mengusikmu," kata Lizha.

"Iya. Bukankah Vian sudah memperingatkan untuk tidak mengganggu Reva lagi? Apa kau mau mencari masalah dengannya sekarang?" tambah Ani.

Mira semakin kesal karena merasa teman-temannya membela Reva.

"Sudahlah. Lupakan yang baru saja terjadi," ujar Shindy.

Tak berapa lama Vian dan Reva kembali dari UKS.

"Kau jalan terlalu cepat, Vian," keluh Reva. Ia berjalan sambil menahan rasa sakit. Meskipun sudah diobati, tapi luka itu masih terasa perih.

"Kau yang jalannya lambat. Ada yang ingin kutunjukkan padamu. Ayo lebih cepat!" ajak Vian bersemangat.

"Pelan sedikit. Aku tidak bisa berjalan cepat sepertimu. Langkah kakimu juga besar-besar," kata Reva.

"Lama-kelamaan aku gendong juga kau ini. Apa perlu kugendong?" goda Vian.

Reva menepis lengan Vian, memasang wajah kesal. "Kalau kau lakukan itu, aku akan meneriakimu berbuat mesum!"

"Makanya jangan banyak mengoceh! Kau ini kecil-kecil suka sekali mengoceh." Untuk ke sekian kalinya, Vian membuatnya kesal.

Mereka kembali ke lapangan. Bukan untuk melanjutkan olahraga, Vian justru menghadap pak Dodi. Ia meminta Reva untuk berteduh di dekat pohon, tak jauh dari lapangan. Entah apa yang Vian bicarakan, ia hanya dapat memandanginya dari jauh.

Tak lama kemudian, Vian melambai-lambai ke arahnya, memberi kode untuk segera datang. Tanpa pikir panjang, Reva langsung mendatanginya. Meskipun luka-lukanya masih terasa perih, ia tetap memaksakan.

"Ini dia buktinya, Pak. Sepertinya Reva tidak bisa melanjutkan olahraga hari ini karena terluka," kata Vian.

Reva memasang wajah bingung. "Bukti apa?" tanyanya dalam hati.

"Ya ampun. Bagaimana kau bisa terjatuh seperti ini?" tanya pak Dodi. Ia memperhatikan luka-luka Reva yang telah tertutup perban.

"Saya kurang hati-hati, Pak. Kaki saya tersandung, lalu saya terjatuh begitu saja," jawab Reva.

Vian mendengus. "Memangnya ini karena kau sendiri?" tanya Vian pada Reva. Ia beralih ke pak Dodi. "Saya melihat Mira sengaja membuat Reva terjatuh, Pak."

Pak Dodi langsung memanggil Mira, meminta penjelasannya.

"Ada apa, Pak?" tanya Mira begitu tiba di lapangan. Ia memasang wajah bingung.

"Ada sesuatu yang harus kau jelaskan," jawab pak Dodi. Ucapan pak Dodi membuat teman-teman yang lain berkumpul, untuk menyaksikan apa yang terjadi.

Mira tanpa sepatah kata pun mendekati pak Dodi.

Sementara itu, Vian tersenyum penuh kemenangan menatap Mira. "Mira, tanpa basa-basi lagi, langsung saja ke intinya. Mengapa kau sengaja membuat Reva terjatuh?" tanya Vian.

Mata Mira membulat, seketika ia terdiam.

"Ayo jawab!"

Mira tersentak. "Jangan menuduh! A-Aku tidak melakukannya. Reva terjatuh dengan sendirinya," jawab Mira sambil tertunduk. Ia memutar-mutar jarinya.

"Bohongnya tidak profesional," kata Vian. Ia menatap teman-temannya yang lain. "Bisakah kalian jawab, apa Reva terjatuh dengan sendirinya?" tanya Vian pada mereka.

Sebagian besar dari mereka terdiam, tidak tahu ingin menjawab apa. Namun tiba-tiba Indri mengangkat tangannya.

"Aku melihatnya sendiri. Reva tidak terjatuh dengan sendirinya," jawab Indri. Ia menghela napas sejenak, lalu memandangi Mira. "Mira yang membuatnya terjatuh."

Mira berusaha menampik. "Tidak, kau salah lihat!"

"Benar, Indri. Tadi aku tidak ikut berlari karena merasa sakit di dada. Aku hanya duduk di pinggiran lapangan. Aku melihat Mira mengaitkan kakinya pada Reva," tambah Jake.

Vian kembali menatap Mira yang tak dapat berkata-kata itu. "Masih belum mau mengaku?"

Mira tidak menyerah. Ia kembali merangkai kata-kata pembelaannya. "Kalian semua pasti salah lihat. Aku tidak-"

"Tunggu, Mira. Aku melihatmu sengaja berlari di dekat Reva. Tiba-tiba saja Reva terjatuh. Bukankah kau sengaja mau membuat Reva malu? Kau tidak menyukai Reva, makanya kau sengaja membuatnya jatuh." Ucapan Lizha tepat mengenai sasaran.

Mira terkejut mendengar pengakuan yang keluar dari mulut temannya sendiri, Lizha.

"A-Aku tidak sengaja melakukannya." Mira tertunduk. Sementara para siswa menyorakinya. Peluit pak Dodi berbunyi untuk mendiamkan.

"Sudah. Cukup. Mira, apa kau benar-benar tidak sengaja?" tanya pak Dodi yang dibalas dengan anggukan kepala Mira. "Sekarang minta maaflah pada Reva. Bagaimana oun juga ini adalah salahmu, entah itu disengaja atau tidak."

Mira mengepalkan tangannya, masih menunduk. "Reva, aku minta maaf atas apa yang terjadi. Aku tidak sengaja," kata Mira pada Reva.

Reva tersenyum. "Tidak apa-apa. Lagi pula ini hanya sebuah kecelakaan kecil," jawab Reva.

Vian mendengus kesal mendengar jawaban Reva yang dinilainya terlalu lembut.

"Baiklah. Setelah ini jangan sampai kejadian serupa terulang lagi. Kalian bisa melanjutkan olahraga," kata pak Dodi. Kemudian ia meninggalkan lapangan. Para siswa ikut bubar.

Sementara itu, Mira langsung bergegas meninggalkan Reva dan Vian. Ia merasa dipermalukan oleh dua orang itu. Tangannya masih mengepal, jelas sekali masih ada kebencian.

"Vian, kau mau ke mana?" tanya Reva yang melihat Vian juga bergegas pergi. Tidak ada jawaban yang ia dapatkan. Ia mengikuti Vian. "Vian, kau marah?"

Vian membalikkan badannya. "Mengapa kau harus bersikap lembit ke siapapun termasuk musuh?" tanyanya dengan kesal.

"Eh, apa maksudmu caraku memaafkan Mira?"

"Kalau bukan itu, apa lagi? Kau ini sudah kuberi kesempatan untuk membuat anak itu malu di depan teman-teman yang lain."

"Dia sudah merasa malu. Aku yakin," jawab Reva santai.

Vian kembali menatapnya dengan sorot mata tajam. "Segitu mana sebanding denganmu. Bukannya tadi kau dibuatnya lebih malu karena jatuh ke lapangan semen? Kau bahkan sampai terluka. Itu tidak sebanding, Reva!" bentaknya. Dari wajah Vian jelas sekali ia sedang emosi. Ia duduk tak jauh dari lapangan. "Padahal aku sudah coba untuk membantu, tapi kau melewatkannya begitu saja. Dasar," gerutunya.

"Bukannya aku yang seharusnya marah seperti ini? Mengapa kau sangat emosi?" tanya Reva lagi.

"Karena aku tidak suka kau diperlakukannya seperti itu," jawab Vian datar.

Reva ikut duduk di sebelahnya. "Ah, begitu. Sudahlah. Tak ada gunanya membalas Mira. Dan juga terimakasih sudah membantuku dua kali," ucap Reva pelan. Ia memasang senyum di wajah, membuat Vian terdiam.

"Reva, kau selalu saja meredakan emosiku dengan senyum itu. Senjatamu memang hebat," kata Vian. Ia berhenti sejenak. "Ke depannya hati-hati dengan Mira. Kurasa ia masih belum jera dipermalukan seperti itu."

"Aku juga merasa begitu. Aku tidak tahu mengapa Mira sangat membenciku. Padahal aku selalu bersikap baik padanya."

Vian menatap Reva. "Di dunia ini, manusia seperti Mira itu ada banyak. Ada kalanya kau harus menempatkan kebaikanmu pada semestinya. Manusia seperti Mira itu pasti iri padamu karena dia tidak memiliki apa yang kau miliki. Ia ingin mendapatkannya, tapi tak bisa," jelas Vian.

"Apa sesuatu berharga yang kumiliki tapi tak dimiliki Mira?" tanya Reva.

"Mungkin senyuman seperti tadi," jawab Vian lagi.

Reva terbatuk mendengar jawabannya. "Ah, memangnya apa yang berharga dari senyumku?"

"Tentu saja sangat berharga. Aku saja ingin mendapatkannya. Selain itu kau juga pintar. Mungkin itu juga membuatnya iri."

"Bukannya kau lebih pintar? Harusnya dia juga iri padamu," kata Reva sambil tertawa.

"Ah, mana bisa begitu," sahut Vian. "Oh ternyata kau mengakui kepintaranku," goda Vian lagi. Ia tersenyum lebar.

"Baiklah, baiklah. Kali ini aku menyerah. Aku akui kepintaranmu," sambung Reva.

"Baguslah kalau begitu."

Terpopuler

Comments

Rasinar Yohana

Rasinar Yohana

sampai sini dulu yah kaka tetap smngat nanti lanjut lagi 😘

2020-08-28

0

Triana R

Triana R

lanjutkan terus berkarya y kak...

2020-07-26

1

Zanuba Mashud (ririn)

Zanuba Mashud (ririn)

semangat terus ya

2020-07-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!