9 | GELANG

Reva memasuki rumah. Namun saat itu rumah dalam kondisi yang cukup sunyi, tak ada suara. Seluruh ruangan gelap. Ia melihat catatan kecil di meja ruang tamu yang bertuliskan sebuah pesan dari ibunya.

 

Ibu sedang ada urusan di luar dengan ayahmu. Mungkin akan pulang nanti malam. Jangan lupa makan, Ibu sudah menyiapkannya.

 

Reva menghela napas. Ia ditinggal sendiri di rumah. Lagi-lagi ia harus kesepian. Namun situasi ini dimanfaatkannya untuk mencari informasi di dalam rumah. Jika bukan sekarang, kapan lagi? Pikirnya.

Ia sangat yakin ibunya menyembunyikan sesuatu darinya. Oleh karena itu, ia ingin sekali membongkarnya. Pertama-tama ia menyelinap ke kamar orang tuanya.

"Aku terlihat seperti seorang pencuri. Padahal ini rumah sendiri," gumamnya. Ia memeriksa setiap tempat di kamar orangtuanya. Ia juga membongkar isi laci meja dengan harapan mendapatkan sedikit petunjuk. Namun ia tidak menemukan apapun. Hingga ke kolong tempat tidur diperiksanya, namun tak ada hasil yang didapatkan. Ia mendengus kesal.

"Aku ini sedang apa?" tanyanya kesal. Matanya tertuju pada lemari baju berukuran besar milik ibunya. "Baiklah, ini yang terakhir."

Ia berjalan, membuka lemari itu. Hanya ada tumpukan baju yang ditemukannya. Tentu saja. Karena keingintahuan yang tinggi, ia membongkar habis isi lemari ibunya. Kosong, lagi-lagi kosong. Hingga akhirnya ia putus asa.

RING!!! RING!!!

Ponselnya berdering, ada panggilan masuk. Ia mengangkat telepon itu.

"Halo?" kata Reva melalui ponsel.

"Yo, Reva. Ini Vian," balasnya. Reva terkejut ia tiba-tiba menelepon.

"Oh, kau. Ada apa, Vian?" tanya Reva sambil merapikan kembali isi lemari ibunya.

"Sepertinya aku meninggalkan sebuah barang di rumahmu," jawabnya. Mata Reva tertuju pada sebuah kotak kecil berwarna hitam yang ia dapatkan dari lemari. Hingga ia tak mendengarkan suara Vian di telepon.

"Reva?"

"Ah, iya. Apa tadi yang kau bilang? Aku tidak begitu mendengarnya," sahut Reva. Dengan cepat ia merapikan kembali lemari ibunya. Ia membawa kotak kecil itu menuju ruang tamu.

"Kubilang sepertinya aku meninggalkan benda di rumahmu, headset berwarna putih. Apa ada di sana?" tanya Vian lagi. Reva tak menanggapinya lagi. Ia lebih tertarik untuk melihat isi dari kotak kecil itu.

"Reva?"

"Aduh, tunggu dulu. Aku menemukan sesuatu," ucapnya dengan nada yang sedikit tinggi. Ia meletakkan ponselnya di meja. Rasa keingintahuan yang tinggi tidak bisa menghentikan tangannya untuk langsung membuka isi dari kotak kecil itu.

"Apa yang kau temukan?" suara dari telepon itu masih terdengar oleh Reva.

"Gelang kecil," sahut Reva tanpa mengalihkan pandangan dari benda temuannya.

Reva berhasil membuka kotak itu. Isinya sungguh mengejutkan. Ia mendapati gelang emas berukuran kecil. Gelang itu sangat berkilauan. Ia tak dapat mengeluarkan sepatah kata pun. Ia menyentuh gelang itu. Permukaannya sedikit kasar, seperti tergesek.

"Gelang kecil ini milik siapa? Mengapa ibu menaruhnya di kotak ini, lalu menyembunyikannya di dalam lemari?" Reva bertanya-tanya di dalam hati.

Ia mengambil gelang itu. Terdapat sebuah tulisan pada gelang itu.

 

"REVA"

 

"Tunggu, sepertinya aku pernah melihat gelang ini. Tapi di mana?" tanyanya. Ia mulai mengingat sesuatu. Sebuah ingatan yang tak begitu jelas.

 

"Selamat ulang tahun, dua putriku! Ibu memberikan gelang ini pada kalian sebagai hadiah ulang tahun. Jaga baik-baik." Suara itu tiba-tiba terlintas di kepala Reva. Entah dari mana asalnya. Kepalanya mulai terasa sakit.

 

"Reva? Reva? Apa terjadi sesuatu? Jawab aku!" pinta Vian. Ia merasa khawatir karena Reva tidak menjawab teleponnya. Namun melalui telepon itu, ia bisa mendengar jeritan Reva.

"Suara siapa itu? Mengapa tiba-tiba muncul?" tanyanya. Semakin lama rasa sakit itu semakin bertambah. Ia memegangi kepalanya.

 

"Terima kasih, Ibu. Reva dan aku akan menjaga gelang ini dengan baik"

 

Sakit kepalanya semakin tak tertahankan. Ia seperti melihat sebuah kejadian, namun sangat samar. Ia bahkan dapat mendengar percakapan beberapa orang. Tapi ia tidak tahu siapa itu.

Kepalanya tiba-tiba menjadi pusing. Pandangannya mulai kabur. Perlahan-lahan kesadarannya mulai menurun. Hanya kegelapan yang dapat ia lihat.

***

"Selamat ulang tahun, dua putriku! Ibu punya sebuah hadiah untuk kalian," ujar seorang wanita yang masih tampak muda. Dua putrinya terlihat begitu antusias.

"Apa itu, Bu?" tanya salah seorang putrinya yang masih kecil.

"Tada! Silakan kalian buka sendiri!" kata wanita itu sembari memberikan sebuah hadiah.

"Hadiahku di mana?" tanya putrinya yang lain. Wanita itu mengusap lembut kepala putrinya.

"Hadiahnya Ibu satukan. Ayo buka bersama-sama dengan kembaranmu," ajaknya. Kemudian dua putri kecilnya membuka kado yang ia berikan.

"Wah, gelang!" teriak mereka secara bersamaan. Mereka tampak senang sekali.

"Ini hadiah dari Ibu. Jaga dengan baik, ya!" pintanya.

"Wah, gelangnya ada namanya" kata seorang putrinya. Ia mengambil satu gelang dan bermaksud untuk memasangkan gelang itu pada kembarannya.

"Reva, biar aku pasangkan. Berikan tanganmu!" katanya. Kembarannya yang bernama Reva itu menurut.

"Wah, cocok denganmu" ungkapnya.

"Gelang ini akan selalu mempersatukan kalian," kata wanita yang merupakan ibu dari si kembar.

***

"Reva! Reva!" teriak seorang lelaki. Ia memegangi wajah Reva. Tampak dari raut wajahnya, ia sangat khawatir. Perlahan Reva membuka matanya.

"Reva, syukurlah kau sudah sadar," ucapnya. Reva belum sadar sepenuhnya. Ia mengernyitkan alisnya, masih memegangi kepalanya.

"Vian?" Ia mengusap dan mengedipkan matanya berkali-kali untuk memastikan ia tidak bermimpi.

"Iya, ini aku. Kau tidak bermimpi."

"Apa yang terjadi?" Reva kembali bertanya. Ia mencoba untuk duduk.

"Reva, tadi kau tidak sadarkan diri," jawab Vian dengan suara pelan.

"Bagaimana mungkin?"

"Iya, Reva. Tadi aku mendengar suaramu sedang kesakitan. Kau juga tidak membalas teleponku. Jadi aku langsung ke sini untuk memastikan. Ternyata kau benar-benar pingsan. Syukurlah kau sudah bangun," terang Vian.

Reva kembali mengingat kejadian yang ia lihat di dalam mimpi singkat itu. Ia memeriksa tangannya, ternyata ia masih memegang gelang itu.

"Ada apa dengan gelang itu?" tanya Vian. Reva memperlihatkan gelang itu pada Vian.

"Ada yang aneh pada gelang ini. Tadi saat aku memperhatikannya, tiba-tiba aku mendengar suara misterius. Saat aku memperhatikannya lagi, kepalaku menjadi sangat sakit. Seperti ada kejadian samar-samar yang kulihat," jelas Reva.

"Sepertinya dugaanku benar. Reva pernah mengalami amnesia. Mungkinkah gelang ini ada hubungannya dengan ingatannya yang hilang itu?" gumam Vian.

"Ceritakan padaku!" pinta Vian. Reva mengangguk.

"Aku di hadapkan pada sebuah kejadian. Meskipun samar-samar, namun masih bisa kulihat. Pada saat itu, aku melihat ada dua orang anak perempuan dan seorang wanita. Wanita itu memberikan gelang sebagai hadiah ulang tahun mereka. Apa kau tahu? Gelang yang kulihat itu persis dengan gelang ini," kata Reva sambil mengarahkan gelang yang dipegangnya pada Vian.

"Di gelang ini bertuliskan namamu."

"Iya. Dalam kejadian itu juga, salah satu anak perempuan itu bernama 'Reva'. Kembarannya yang memanggilnya begitu. Aku hanya ingat sampai di sana," ungkap Reva sambil memegangi kepalanya.

"Ah, iya! Di akhir percakapan, wanita itu berkata bahwa gelang pemberiannya akan selalu menyatukan dua putri kembarnya itu," sambungnya.

"Kurasa memang benar. Gelang ini bisa jadi alat yang sangat membantu bagi Reva. Gelang ini pasti bisa membantu Reva untuk mengetahui saudara kandungnya," gumam Vian.

"Vian, mengapa kau bengong?" Reva balik bertanya, memperlihatkan muka heran.

"Tidak ada apa-apa. Reva, kau harus selalu menyimpan gelang ini. Gelang ini milikmu," kata Vian.

"Tapi, ibuku menyimpannya di tempat yang tersembunyi. Aku secara tidak sengaja menemukannya. Bagaimana jika ibu menyadari gelang ini tidak ada di lemarinya?" tanya Reva. Ia bisa menebak bagaimana raut wajah ibunya nanti.

"Aku punya akal."

Terpopuler

Comments

Sept September

Sept September

bintang lima buat karya Kakak 😀😀 😀

2020-09-06

0

Rena Karisma

Rena Karisma

aku sampai bab 9 dulu,nnti mampir lagi

2020-08-09

1

Euyyy_zaaa

Euyyy_zaaa

dtunggu, smngt up terus🙃

2020-07-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!