"Vi-Vian?" tanya Reva. Ia dikejutkan oleh sosok lelaki yang berdiri di hadapannya. Wajahnya memerah mendapati orang yang dikaguminya tengah berdiri di hadapannya. Lelaki itu tersenyum.
"Selamat pagi, Reva," ucapnya dengan suara lembutnya. Senyuman lelaki itu membuat Reva ikut tersenyum.
"Oh, selamat pagi, Vian," balas Reva. Ia memperhatikan Vian.
"Mengapa kau datang terlambat?" tanyanya. Vian bersandar di tembok, tepat di sebelah Reva.
"Tadi ada anak kecil yang sedang menangis di pinggir jalan. Aku tidak tega melihatnya. Jadi aku menghampirinya. Katanya dia tidak bisa menyeberang jalan sendiri. Dia ingin pergi ke sekolah, tapi terhambat karena tidak bisa menyeberang. Ibunya sedang sakit tidak bisa menemani dan teman-temannya sudah pergi terlebih dahulu. Dia terlihat begitu ketakutan. Tangannya bergetar. Karena masih ada waktu, aku memutuskan untuk mengantarnya ke sekolahnya," jelas Vian. Sosok Vian semakin dikagumi oleh Reva. Sebenarnya bukan hanya Reva, tetapi hampir semua orang mengagumi Vian. Dia adalah lelaki yang tampan, bertubuh tinggi, dan pintar. Sejak pertama kali masuk sekolah, ia sudah dikenal seisi sekolah. Sosoknya selalu menjadi incaran para gadis. Tak jarang Vian mendapat surat cinta dan pernyataan cinta secara langsung.
Reva juga sangat menyukai Vian. Tapi bukan karena fisiknya. Ia memiliki penilaian tersendiri terhadap Vian yang membuat ia menyukai lelaki itu. Di matanya, Vian sangatlah baik, penyayang, dan lembut. Ia sering berbagi cerita dengan Vian. Selain itu, Vian juga sering membantunya.
Reva menatap wajah Vian. Tak sengaja mata mereka bertemu. Dengan segera Reva memalingkan wajahnya yang telah memerah. Ia jadi semakin malu. Terlebih lagi karena berdiri berdekatan dengan Vian. Detak jantungnya terdengar sangat jelas olehnya.
"Apa yang sedang kalian lakukan di sini?" suara itu mengejutkan mereka. Suara itu berasal dari seorang gadis berambut lurus.
"Oh, Mira. Kami tidak melakukan apapun," jawab Vian. Mira memandangi Reva dengan tatapan yang sinis.
"Mengapa kalian berdiri di sini? Masuklah. Sebentar lagi bel berbunyi," sahut Mira. Ia segera masuk ke kelas.
"Benar. Reva, ayo masuk," ajak Vian. Reva hanya mengangguk untuk mengiyakan.
"Tadi Mira menatap dengan sinis ke arahku. Apa dia tidak suka melihatku berdekatan dengan Vian?" Reva bertanya-tanya dalam hati. Ia duduk di sebuah bangku yang terletak di sebelah Vian. Sebenarnya Reva dan Vian adalah dua orang pandai di dalam kelas. Terkadang mereka menduduki urutan teratas secara bergantian. Namun hal itulah yang membuat Reva semakin tertarik dengan Vian. Menurutnya, Vian selalu bisa menjadi panutannya untuk terus berkembang.
"Reva, mengapa kau suka melamun?" tanya Vian. Rupanya ia memperhatikan Reva sejak tadi.
"Ah, tidak. Aku hanya sedang memikirkan sesuatu," jawabnya lirih.
"Apa kau sedang sakit?" tanya Vian lagi. Reva menggelengkan kepala sambil tersenyum.
"Tidak, aku baik-baik saja seperti yang kau lihat," jawabnya sambil tersenyum. Reva menyandarkan kepalanya di meja. Tiba-tiba ia merasakan kepalanya disentuh.
"Kepalamu sedikit panas," ujar Vian lagi. Wajah Reva semakin memerah karena sentuhan itu. Dengan segera ia menarik kepalanya.
"A-Aku baik-baik saja, Yan," katanya lagi.
"Kalau kau terus memperlakukanku seperti itu, aku akan sakit karena debaran jantungku semakin kencang, Vian," ujar batinnya. Ia tidak dapat mengendalikan raut wajahnya.
"Wajahmu merah, Va," kata Vian lagi.
"Tentu saja merah. Kau yang membuatnya menjadi merah. Dasar Vian," katanya dalam hati. Ia hanya tersenyum untuk menanggapi ucapan Vian.
***
Bel tanda pulang berbunyi. Perlahan-lahan kelas menjadi kosong kembali.
"Reva, hari ini kau mau langsung pulang?" tanya Bella seraya menghampiri Reva.
"Iya. Memangnya ada apa?" Reva balik bertanya.
"Ah, jangan langsung pulang, Rev. Apa kau tidak ingin pergi mencari makanan dulu?" Reva mengernyitkan alis.
"Makanan di rumah jauh lebih enak," jawabnya.
"Maksudku sesuatu yang manis, seperti kue atau es krim. Apa kau tidak ingin membeli dulu?" tanya Bella.
"Emm... Kau ingin minta ditemani untuk membeli?" Bella mengangguk. Matanya berbinar-binar agar Reva menuruti permintaannya.
"Baiklah, baiklah. Aku akan menemanimu," jawab Reva. Mendengar jawabannya, Bella spontan memeluk Reva.
"Reva baik sekali. Aku sayang Reva," ujarnya setengah berteriak.
"Bella, kau membuatku tidak bisa bernapas," kata Reva berusaha melepaskan pelukan Bella. Namun Bella memeluknya semakin erat.
"Baiklah, baiklah. Oh iya, Vian, mengapa kau belum pulang?" kali ini Bella bertanya pada Vian yang sejak tadi memperhatikan mereka.
"Oh, aku menunggu yang lain pulang terlebih dahulu," jawab Vian. Mendengar jawabannya, Reva dan Bella saling pandang.
"Menunggu yang lain?" tanya mereka secara bersamaan.
"Iya. Sekolah sudah mulai sepi dan kalian masih ada di sini. Pulanglah terlebih dahulu," jawab Vian lagi.
"Jadi maksudnya kau menunggu kami pulang lebih dulu?" Reva kembali bertanya. Vian mengangguk.
"Baiklah, kami pergi dulu, Vian. Sampai jumpa," ujar Bella. Ia segera membawa Reva pergi.
"Sampai jumpa," ucap Reva.
"Jangan lupa untuk mengantar Reva ke rumah. Jika tidak, bisa saja dia pingsan," teriak Vian. Suaranya terdengar sangat jelas.
"Iya," jawab Bella.
***
"Vian tadi bilang apa? Kau bisa saja pingsan jika tidak kuantar pulang ke rumah?" tanya Bella di tengah perjalanan. Reva tertawa kecil.
"Entahlah. Dia berpikir aku sedang sakit. Makanya dia berkata begitu," jelas Reva.
"Dia perhatian juga padamu. Rev, apa mungkin Vian punya perasaan khusus padamu?" kata Bella. Reva menghela napas.
"Itu sudah biasa," jawabnya.
"Maksudmu dia sudah biasa perhatian padamu? Wah"
"Bukan. Bukan begitu. Maksudku sudah biasa dia bersikap perhatian pada siapapun. Lagi pula tidak mungkin Vian punya perasaan khusus padaku. Aku ini tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan orang lain," jelas Reva. Bella kemudian mencubit pipinya.
"Kau ini selalu saja merendah begitu. Sudahlah, kita langsung pergi membeli ke toko dan aku akan mengantarmu pulang"
"Baiklah"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Neng Yuni (Ig @nona_ale04)
Aish, Vian
2020-09-25
0
Sept September
pagi Kaka... aku datang yaaaaa...
bawa jempol jempol buat karya kece Kakak 💕
semangat yaaaaa...
nanti aku bakal balik lagi...
da da da....
Sept🙄
2020-08-19
0
Triana R
halo kak author... aku mampir nih.. bawa like + rate. tetap semangat ya...
salam hangat dari "antara dua hati"
2020-07-21
1