Reva dan Bella tiba di sekolah. Embun dingin masih menyelimuti sekolah itu. Suasananya sangat sepi. Mereka langsung menuju kelas untuk melaksanakan tugas piket.
"Wah, kita datang terlalu pagi, Rev," ujar Bella. Reva melihat sekeliling. Tidak ada siapapun selain mereka di dalam kelas itu. Kelas sangat sepi. Bahkan hembusan napas mereka dapat terdengar dengan jelas.
"Kau benar," sahut Reva sembari mengambil sapu yang terletak di belakang pintu. Sementara itu Bella berniat untuk membuang sampah.
"Aku akan membantumu membuang sampah. Tidak akan lama. Aku akan kembali lagi setelah itu," kata Bella. Kemudian ia bergegas pergi meninggalkan Reva sendirian di dalam kelas. Kini Reva semakin kesepian. Ia mulai menyapu lantai. Namun di sela-sela itu, ia kembali mengingat mimpi semalam. Perkataan gadis di dalam mimpi itu selalu terngiang di telinganya.
Tiba-tiba ia mendengar langkah kaki mendekat ke arahnya.
"Itu bukan Bella. Jika itu adalah Bella, pasti ia akan berjalan sambil berbicara," gumamnya. Suara langkah kaki itu semakin terdengar jelas. Ia mulai merasa takut. Tangannya bergetar.
"Mengapa suaranya semakin jelas? Siapa itu?" ia bertanya dalam hati. Semakin dekat, suara itu terdengar semakin jelas. Tiba-tiba ia merasa bahunya disentuh.
"Lepaskan aku! Pergi kau!" teriaknya. Ia menggunakan sapu di tangan sebagai senjatanya untuk memukul.
"Reva, ini aku. Hentikan!" ujar orang tersebut. Reva memberanikan untuk membuka mata. Alangkah terkejutnya ia mendapati seseorang yang berdiri di hadapannya.
"Edward? Ma-Maafkan aku," katanya sambil menunduk. Ia menjadi sangat malu karena telah memukul Edward menggunakan sapu.
"Tidak apa-apa. Kau kelihatan ketakutan," sahut Edward sambil menatap Reva. Tangannya masih bergetar.
"Tentu saja aku ketakutan. Kau datang dan secara tiba-tiba langsung memegang bahuku. Aku semakin terkejut," teriak Reva.
"Iya, iya, aku salah. Maafkan aku," ucap Edward. Ia berusaha menenangkan Reva.
"Sudah kumaafkan," balas Reva. Ia kembali melanjutkan pekerjaannya di kelas.
"Tapi pukulanmu tadi benar-benar sakit, Va. Lebih sakit dari pukulan ibuku dulu," sambung Edward. Mendengar ucapan Edward, tiba-tiba Reva mengangkat sapunya.
"Apa katamu?" tanyanya dengan nada yang sedikit tinggi. Meskipun ia membelakangi Edward, tapi aura menyeramkan dari Reva dapat dirasakan oleh Edward.
"Ti-Tidak kok. Aku bercanda. Maafkan aku," jawab Edward.
"Gadis ini padahal dia yang salah, tapi aku yang meminta maaf. Ternyata benar kata adikku, perempuan itu selalu benar," pikir Edward.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Reva lagi yang membuat Edward terkejut. Reva seperti bisa membaca pikiran.
"Ti-Tidak ada," jawab Edward.
"Reva, aku sudah membuang sampahnya," kata Bella begitu memasuki kelas. Ia terkejut mendapati Edward tengah berdiri di dekat Reva.
"Sejak kapan kau sampai di sini?" tanya Bella.
"Baru saja. Mengapa kau meninggalkan Reva sendiri di dalam kelas?" Edward balik bertanya.
"Aku membantunya membuang sampah," jawab Bella.
"Sahabat macam apa kau ini? Seharusnya kau tidak meninggalkan Reva sendiri di dalam kelas. Kau tahu tidak tadi Reva..." belum selesai Edward berbicara, tiba-tiba tangkai sapu mengenai kepalanya.
"Sudah kubilang aku membantunya membuang sampah!" teriak Bella.
"Gawat. Dua perempuan ini sekarang menyerang. Aku bisa binasa kalau terus berada di sini," gumam Edward.
"Apa kau bilang?" tanya Reva dan Bella secara bersamaan. Auranya semakin menyeramkan. Karena takut, Edward berlari meninggalkan kelas.
"Hei kembali kau anak aneh!" teriak Bella. Namun Reva tertawa.
"Mengapa kau tertawa?" tanya Bella.
"Apa kau tahu? Edward sial sekali hari ini. Tadi dia tidak sengaja kupukul menggunakan sapu. Lalu kau melempar gagang sapu dan mengenai kepalanya. Hari ini dia benar-benar sial," jawab Reva sambil tertawa.
"Ini salahnya karena jadi target yang mudah dipukul," ketus Bella.
"Sudah jangan dimarahi lagi. Oh iya, terima kasih karena sudah membantuku, Bel. Aku berhutang budi padamu," ucap Reva.
"Kita ini sahabat. Jika kau kesulitan, beri tahu aku. Aku pasti akan membantumu sebisaku"
Tak berapa lama siswa-siswa mulai berdatangan. Bangku yang kosong tadi satu per satu terisi. Hanya ada satu bangku yang masih kosong, tepat di sebelah bangku Reva. Ia memandangi bangku kosong itu.
"Reva, apa yang sedang kau lihat?" tanya Bella. Reva segera mengalihkan pandangannya.
"Tidak ada. Sekarang pukul berapa?" Reva balik bertanya. Bella memperlihatkan jam di tangannya pada Reva.
"Sudah hampir bel masuk? Ini aneh sekali. Tidak biasanya Vian terlambat. Apa dia tidak masuk sekolah hari ini?" Reva bertanya-tanya. Terlihat raut wajahnya mengungkap kekecewaan.
"Wah, kau tiba-tiba menanyakannya. Ada apa ini? Ayo ceritakan padaku," kata Bella. Reva langsung memalingkan wajahnya.
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya heran karena ia belum datang," sahut Reva. Reva memutuskan untuk ke luar kelas. Tatapannya kosong. Ia kembali melamun seperti tadi pagi. Meskipun ia tidak terlalu memikirkan perihal mimpi itu lagi, tapi ia terlihat tidak tenang. Ia mencoba menenangkan diri. Dipejamkannya matanya.
"Reva, apa yang kau lakukan?" suara familiar itu membangunkannya. Betapa terkejutnya Reva melihat sosok yang berdiri di hadapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Radin Zakiyah Musbich
Ceritanya seru kak 👍👍👍
ijin promo ya 🍜🍜🍜
jgn lupa baca novel dg judul "HITAM"
kisah tentang pernikahan yg tak diinginkan,
jangan lupa tinggalkan like and commen ☀️☀️☀️
2021-01-07
0
Sept September
jempollll
2020-08-14
0
Rena Karisma
aku mampir dari awal
2020-08-09
1