Menyimak apa yang ingin Rumi sampaikan. Kakek dan Nenek Hasna masih bergeming di tempat mereka duduk.
"Itu Bu, Pak. Tapi maaf, ini maaf sebelumnya, Ibu dan Bapak," Rumi masih saja takut untuk berkata. Namun, jika tak di katakan, maka ia merasa khawatir dengan Nona mudanya yang selalu keluar malam dan pulang pagi.
"Iya Katakan saja Bik, tidak perlu takut," ucap Kekek Hasna yang mengerti akan Rumi yang merasa takut untuk mulai bicara.
"Neng Hasna Bu," akhirnya Rumi berucap.
"Hasna, kenapa Bik?" tanya Ninen sedikit terkejut.
"Hampir tiap malam, Neng Hasna keluar rumah Bu. Setelah lewat pukul sembilan malam, saat rumah sudah sepi karena Ibu dan Bapak sudah tidur. Maka biasanya Non Nana pergi sekitar pukul sepuluh dan pulang sekitar pukul dua atau tiga pagi Pak, Bu!" tutur Rumi.
"SubhanAllah Ama, lalu ini bagimana? cucu kita ternyata masih saja begitu," ucap Ninen dan terdengar begitu khawatir serta panik mendengar pengakuan Rumi akan kelakuan Hasna.
"Tenang Mbu, Nanti kita bicarakan Pada Afdal," jawab Kiki terlihat santai.
"Maaf Pak, Bu saya sudah lancang! sudah memberi tahu hal ini ke Ibu dan Bapak," ujar Rumi merasa tak enak hati.
"Tdak Bik, tindakan kamu sudah benar, kamu sudah ikut andil menyelamtakan cucu saya dari hal yang tidak baik" ucap Ninen.
"Ia Rumi, malah harusnya kami yang ber terima kasih. kamu sudah memberi tahu lebih awal. Jadi kita dapat memantaunya," ujar Kakek Hasna.
***
Kembali cerita hari ini.
"Ama. Lalu, kapan ini kita memberitahukan pada Nana, tentang niat kita yang akan menikahkannya dengan Ustaz Afnan?" tanya Ninen pada Kiki.
"Secepatnya Mbu, Afdal sudah kasih lampu hijau, tenang saja!" jawab Kiki.
"Baiklah, semoga Nana mau menerimanya dan tidak berulah," ucap Ninen penuh harap.
Karena khawatir akan kelakuan Hasna. Maka Kiki serta Ninen dan orang tuanya Hasna telah sepakat walaupun Hasna masih bersekolah, namun usia Hasna di rasa cukup untuk menikah. Maka Hasna akan di nikahkan dengan seorang Ustaz. Ia adalah putra bungsu dari sahabatnya Kiki, yaitu seorang Kyai pemilik Pondok Pesantren yang terkenal di kota tersebut.
Beberapa Hari lalu, saat Kiki-nya Hasna menghadiri pengajian di pondok pesantren milik sahabatnya. Pak Kyai bercerita ingin Putranya segera menikah. Namun, ia selalu menolak walaupun hanya untuk sekedar Ta'aruf saja.
Dengan alasan, Karena Kiki dan Ninennya khawatir akan perilaku Hasna. Maka kikinya Hasna berinisiatif, mengapa bukan dengan Hasna saja, mungkin putra pak Kyai yang sebagai Ustaz itu, dapat membimbing Hasna ke arah yang baik.
Setelah berbicara kepada pak Kyai, maka pak Kyai pun menyetujuinya. Tinggal menentukan waktu dan memberi tahukan Hasna saja.
Hari- hari berikut nya.
"Ninen, Kiki, Please. Nana tidak ingin menikah saat sekarang! Nana masih kecil Ki, Nin, usia Nana masih sangat muda, belum pun genap sembilan belas tahun, dan Nana belum lulus sekolah!"
ucap Hasna memelas.
"Kiki dan Ninen pikir, Nana sudah dewasa. Buktinya hampir setiap malam Nana keluyuran. Balapan liar, nongkrong di Bar. Nah kalau Nana berpikir masih kecil, harusnya Nana menjadi anak manis dong diam di rumah. Karena mana ada anak kecil main di Bar dan keluar malam menjelang pagi seorang diri," ucap Kikinya terdengar nada sindiran yang halus.
Deg.
Deg.
Deg.
Jantung Hasan mulai berdegup. "Aduuh, koq Kiki bisa tahu ya kalau gue keluyuran malam," ucap Hasna dalam hatinya.
"Iya Sayang, sudah terima saja. Agar kamu ada yang menjaga. Jujur, Ninen khawatir dan takut terjadi apa-apa dengan Nana," sambung Ninennya.
"Nana bisa jaga diri, Ninen. Tidak harus melibatkan orang lain untuk menjaga Nana. Toh selama tiga tahun ini juga 'kan Nana hidup tanpa orang tua. Nana baik-baik saja," jawab Nana setengah berdebat .
"Sudah, pokoknya kamu harus nikah dengan Ustaz Afnan, titik" kata Kiki penuh penekanan.
"Ahahah kiki. Kiki bercanda ya? Ambisi sekali ingin menikahkan Nana. Nikah degan Ustaz pula. Berapa usianya Ustaz itu ki?" tanya Hasna pada Kiki-nya, dengan nada cibiran.
"Betul! demi kebaikan Nana maka Kiki dan Ninen mengambil kesempatan baik ini. Usianya tiga puluh satu tahun, dia ber-prestasi dan sudah mendapatkan gelar M. B. A pasca sarjana turki," ucap Kiki mempromosikan calon cucu mantunya.
"Ahahaaha ... tiga puluh satu tahun?" Hasna menertawakan usia Ustaz itu. "Jelas ia lebih pantas jadi paman Nana Ki, atau ayah Nana Ki! bukan suami Nana!" Ucap Hasna sambil tertawa kembali.
"Kiki sudah sepakat dengan Papa, Mamamu, tentang ini. Besok malam, calon suami Kamu dan keluarganya akan berkunjung kemari," Ucap kiki Hasna, "siap tidak siap, kamu harus siap!" suara Kiki terdengar tegas.
"Terserah! Nana pergi Ki, Nin, Asalamualaikum!" ucap Hasna dan ngeloyor begitu saja, meraih helm serta kunci motornya.
"Waalaikum salam warahmatullah. Na, Nana, Nana... Ya Allah kita belum selsai bicara Ama!" panggil Ninen, namun hanya di balas lambaian tangan oleh Hasna.
***
Di dalam Mobil yang sedang melaju.
"Jadi A'a bro setuju, akan rencana pernikahan kali ini?" tanya Ubaydillah kepada Afnan.
"Hmmm, Ana harus setuju Dek sob. Ana tidak ingin dinikahkan dengan Nurmala. Nurmala sudah mencintai orang lain, jadi kalau Ana terima, bukankah Ana akan menghancurkan perasaan nya. Karena Ana juga hanya menganggapnya adik," ucap Afnan.
"Ia Ana paham A!"
"Nah makanya, biar Ana, terima pernikahan dengan anak Jakarta itu. Agar Nurmala bisa menikah dengan pujaan Hatinya," tutur Afnan kembali.
Dan tiba-tiba saja.
Jdaakkkk ... Praakk .... grreett ... suara bentura badan mobil yang tersenggol sesuatu dan decitan goresan pada body mobil yang terdengar cukup panjang.
"Astaghfirullahaladzim!"
Mobil Afnan sedikit bergoyang karena sentuhan agak kencang body mobil dengan benda lain. "Itu apa Dek sob?" tanya Afnan."
***
Bersambung .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments
Neulis Saja
if you are in love then the age difference does not matter
2022-12-22
0
Agus Sanyoto
maui liht vdeo yg kusimpn jgn
2022-07-13
0
Reza Imam
Dan disini lah kekocakan berlanjut
2022-01-17
0