Malam hari.
Tepatnya hampir tengah malam. Kini Hasna sudah membaur di arena balap liar bersama para berandal malam lainnya.
"Na, sepuluh menit lagi siap!" ucap Adjie, kini ia sebagai pelatih Hasna
"siap Jie." Balas Hasna.
"Nana, apa Lo benar-benar yakin, mau ngelakuin hal ini?" tanya Lintang pada Hasna dengan nada khawatir.
"Mm ... Gue yakin Lin," jawab Hasna penuh keyakinan.
"Ya sudah, hati-hati ya Na," ucap Lintang kembali.
"Kita selalu ada buat Lo Na dan akan tetap menemani lo di sini," sambung Devano.
"Ok guys, thak you! oh ya kalian stay di mobil saja ya, takutnya nanti tiba-tiba ada Polisi, jadi mudah untuk kalian kabur." pesan Hasna pada sahabat-sahabatnya. Ia tidak mau mengambil resiko terburuk, efek dari balapan liar yang ia ikuti. Kedua sahabatnya ia prioritaskan untuk tetap selamat.
"Iya Na, tapi ingat lo juga harus hati-hati ya!" ucap Lintang, terlihat mimik wajah nya yang memelas karena khawatir pada Hasna.
"Insya Allah. Lin, Dev!" Ucap Hasna penuh semangat.
Sepuluh menit kemudian, arena track liar itu semakin bising dengan suara gemuruh dari puluhan mungkin hingga ratusan motor dengan berbagai merk dan modifikasi. Walupun yang ikut balapan hanya khusus 250 cc.
"Na, siap sedia di posisi ya!" instruksi Afjie pada Hasna.
"Oke Jie, sip!" ucap Hasna.
Balapan pun di mulai dengan masing-masing putaran hanya lima motor, Karena arena track yang sempit dan memiliki jalan bercabang. Sedangkan peserta balapan liar melebihi kuota, karena banyak yang hendak ikut balapan, jadi pertandingan di atur sedemikian rupa. Dan pemenang utama akan di pertandingkan kembali pada hari berikutnya untuk mendapat juara utama.
Hasna di putaran ke tiga dan setelah ia berkutat dengan stang, gas, rem dan kopling. Akhirnya ia menjadi pemenang pada putaran tersebut, hingga keesokan harinya Hasna harus kembali bertanding melawan pemenang lainnya.
***
Di kota lain, tepatnya di kota S. Seorang pria seperempat abad tengah asyik tadarusan Al-Qur'an dengan suara merdunya, di Masjid dalam sebuah area pondok pesantren yang cukup kokoh dan terbilang megah, sebelum ia melaksanakan Salat tahajud pada sepertiga malam itu. Ya, Itulah Afnan Al-Jaris, seorang pengusaha muda yang bergelar Ustaz, walaupun ia adalah seorang pengusaha dan busines-man, namun ia tetap ikut andil mengajar di pesantren milik Abi-nya tersebut sebagai guru pembimbing, hingga para santri memanggilnya Ustaz. Afnan adalah putra bungsu dari pemilik pondok pesantren tersebut.
"Assalamu'alaikum Ustaz Afnan," beberapa santri putra baru tiba dan mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan Afnan.
"Wa'alaikumussalam," Afnan menjawab salam dari para santri dan melanjutkan kembali bacaan Al-Qur'an nya, hingga ia menyudahinya, lalu melanjutkan Salat Tahajud.
***
Malam ini Adrenalin Hasna betul-betul di uji. Ini adalah malam test adrenalin untuk Hasna dan itu adalah kepuasan batin yang begitu berarti yang kini ia rasakan, namun hatinya terenyuh saat melewati tenda-tenda yang berada di depan panti yang kini telah menjadi puing-puing itu, minim penerangan dan jauh dari layak. Hanya di terangi cahaya dari remang lilin dan lampu penerangan jalan yang membias ke arah tenda mereka. Hasna teringat percakapan ia dan Papanya kemarin siang.
Lamunan Hasna saat mengingat percakapan bersama Papa-nya kemarin.
"Jadi bagimana Pah?" tanya Hasna kepada Papanya, setelah sang papa terdiam cukup lama. Sepertinya ia menimang-nimang permintaan sang Putri.
"Untuk Papa sih, terserah Nana saja bagimana baik nya, toh Nana sudah besar dan sudah dapat mengambil keputusan sendiri. Rumah itu sudah menjadi hak milik Nana dan sesuka Nana akan Nana apakan saja, itu terserah Nana, papa hanya dapat mendukung selama itu untuk kebaikan," ucap Afdal penuh rasa haru. Betapa tidak di usia Hasna yang terbilang masih sangat muda, akan tetapi jiwa sosial nya tinggi. Ia tidak egois. Walaupun Hasna remaja yang bergelimangan harta, namun tak membuatnya menjadi anak yang tamak, ia seorang anak yang dermawan dan rendah hati.
"Baiklah Pah, terimakasih banyak! Papa memang terbaik. Nana anggap papa setuju!" ucap Hasna,
"o ya, tolong Pah, Nana minta tolong untuk Papa melibatkan pengacara serta notaries, mungkin nanti akan ada prosedur yang Nana tidak fahami untuk mengalihakan mereka ke rumah Nana," pinta Hasna kembali pada Afdal.
"Iya Sayang, nanti papa bantu, Papa bangga padamu Nak! lalu untuk masalah itu sih tidak perlu khawatir, Papa pasti bantu. Namun sebaiknya kamu beritahukan Mamamu juga ya Sayang! tentang rencana ini," sambung Afdal.
"Iya itu sih pasti Pah" ucap Hasna.
“Oke!”
"Ya sudah Nana pulang ya Pah, terima kasih untuk semuanya." Hasna-pun berpamitan pulang.
"Ya sama-sama Sayang! hati-hati bawa motornya" ucap Afdal
“Insya Allah.”
***
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments
Fierda
agak lierrr ya bacanya,,, bapaknya afdal cowoknya afnan 😵💫😵💫 harus kosentrasi bacanya 🤭🤭🥰🥰
2023-11-28
2
Neulis Saja
good job
2022-12-22
0
Sri Wahyuni
ada lucu nya jg klau yg cwe mlm blapan liar yg cwo tadarusan apa jdi nya dunia
2022-11-24
1