Malam semakin larut, suasana Bar makin ramai. Namun, mereka ber-empat memilih meninggalkan Bar dan menuju tempat latihan Motor. Hasna menaiki motornya, begitupun Adjie, namun Devano dan Lintang mereka berdua menaiki mobil Devano.
Di jalan raya yang sepi dan jauh dari pemukiman warga, mereka saat ini telah berada untuk melatih kemampuan Hasna dalam mengendarai motor. Agar lusa sudah siap turun di track balapan liar.
"Yaaa, ayo lagi Naaaa!" teriak Aji saat Hasna sudah mulai memacu motornya. Aji menggenggam stop watch di tangan kanannya, sebagai pengukur kecepatan.
"Yeaaayy. Ayo Nana, kamu bisaaa!" teriak Lintang menyemangati Hasna.
"Ayo Nana, ayo Nana!" teriak Devano sembari bertepuk tangan.
Tak lama Hasna berhenti dan menghampiri Adjie. "Hai bagimana Jie?" tanya Hasna
"Sudah bagus kok Na," jawab Adjie, "tapi, masih kurang greeng, sedikit! sepertinya harus modif katup bensin, korek dikit biar agak bocor gitu Na, jadi speednya bisa lebih nurbo," ucap Adjie penuh antusias.
"Oke Jie, bagi gue sih atur saja, yang penting lusa gue sudah bisa ikut nge-track di arena dengan lancar," ucap Hasna.
"Besok lo ke bengkel gue saja Na! usai lo balik sekolah gue udah ada di bengkel, coz kalo pagi gue ada kuliah Na" sambung Adjie kembali.
"Wokke kalau begitu Jie, siangan deh gue ke bengkel lo ya," ujar Hasna.
"Assiiaapp Nona manis," kelakar Aji kembali sembari tertawa.
"Gembel lo Ji, ahahha," canda Hasna pada Adjie.
"Gombal kali Na! satu kali lagi Na, coba drag strip jarak 400 meter. Gue akan catat waktu tercepat lo," pinta Adjie.
"Hehe, Okke siap ji, gue coba ya," ucap Hasna.
"Guys doain gue nih, hehe," lambai Hasna pada kedua sahabatnya, setelah ia berada di atas motor nya dan siap meluncur.
"Siipp," jawab kedua sahabatnya secara bersamaan dan mengacungkan jempol tangan kanan mereka.
Setelah Hasna mencoba drag strip, ternyata hasil catatan waktunya memuaskan dan tanpa Adjie sangka ternyata Hasna bisa melakukan Burnout sebagai penutup latihan malam itu. Asap Pekat pun mengepul menyelimuti motor Hasna dan membumbung ke angkasa, lama terlihat sebelum semakin menghilang. Kedua sahabatnya merasa terkagum pada Hasna.
***
Hampir subuh, Hasna baru sampai rumah. Para sahabat-sahabatnya juga sudah pulang. Kebetulan rumah mereka satu komplek, jadi bisa pergi dan pulang bersama.
Setelah Hasna memasukan motornya ke garasi. Hasna masuk ke dalam rumah melalui pintu garasi yang menghubungkan ke arah ruang keluarga.
Saat Hasna hendak meniti anak tangga yang menuju ke kamarnya, Hasna mendengar suara isak tangis. "siapa yang menangis subuh-subuh begini?" gumam Hasna dalam hatinya. Lalu ia memberanikan diri menuju ke arah sofa yang ada di ruang keluarga tersebut.
"Mbak Nurin, Mbak kok menangis! Mbak sakit?" Tanya Hasna khawatir. Ternyata yang menangis adalah Art-nya yaitu Nurin.
"Mbak tidak apa-apa Non, hanya saja Mbak khawatir terhadap Non Hasna. Tiap hari pulang larut, bahkan sekarang hingga subuh, hikss ... hikss, tangisan Nurin masih terdengar di sela suara jawaban Nurin.
"Mbak, please! tak perlu khawatir ya dengan Nana. Aku pergi tidak seorang diri Mbak, ada Lintang dan Devano koq yang menemeni," ucap Hasna lirih.
"Tapi Non, Non Hasna itu perempuan. Masih belia, cantik, menarik lagi, laki-laki mana yang tidak tertarik. Mbak betul-betul merasa khawatir," jawab Nurin dan menggenggam tangan Hasna. Lalu Hasna duduk di sebelah Nurin, kini Hasna memeluk Nurin.
"Mbak, yakin adanya Allah 'kan? mbak percaya 'kan terhadap Allah?" lanjut Hasna kembali, bertanya kepada Nurin dengan nada suara yang lembut.
"Iya Non. kalau itu sih pasti Mbak yakin Non, tapi tetap saja Mbak khawatir Non," jawab Nurin.
"Hehe, ber-prasangka lah baik pada Allah Mbak, yakin Allah akan menjaga Nana. Bukan kah Allah selalu melindungi Hamba-Nya? segala sesuatu hal baik atau buruk mampu di rubah dengan DO'A Mbak. Maka cukup doa-kan saja Nana. Yang terpenting Nana masih mampu menjaga kehormatan dan kelakuan Nana masih berjalan sesuai dengan ajaran Agama. Insya Allah Nana akan selalu hati-hati," ucap Hasna menenangkan kegundahan Nurin.
Setelah perceraian orang tua Hasna. selama ini hanya Nurin yang ada di sisinya, menemaninya, menjaganya. Hasna sudah seperti anak kandungnya bagi Nurin. wajar saja jikalau Nurin merasa khawatir akan keselamatan Hasna.
"Sudah ya Mbak, hapus air matanya," rayu Hasna
"Iya Non," Nurin mengangguk dan mengiyakan.
"Sudah Azan Subuh tuh, lebih baik kita Salat yuk Mbak," ajak Hasna seraya menghapus air mata di pipi Nurin dengan ibu jarinya. Selanjutnya mereka pun segera mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat Subuh.
***
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments
❤️⃟WᵃfRahma
terharu rasanya
2024-03-30
1
❤️⃟WᵃfRahma
ini Art perduli banget, orang tuanya tak ada yang memperhatikan lagi, semua sibuk dengan kehidupan masing-masing
2024-03-30
1
❤️⃟WᵃfRahma
ehm ehm si Aji bisa aja ini
2024-03-30
1