Vinny berusaha menenangkan Hasna. "Nana tenang dulu ya. Papanya sedang meeting, paling juga sepuluh menit lagi selsai," ucap Vinny.
"Ok, aku tunggu di ruangan papa." tanpa berlama-lama, Hasna masuk kedalam ruangan kerja papanya.
Sampai di dalam ruangan papanya, ia melihat photo keluarganya yang biasanya terpampang di dinding dan langsung terlihat dari pintu masuk. Kini photo itu sudah tidak ada lagi. Mungkin ayahnya betul-betul lupa akan dirinya, batin Hasna.
"Heem," keluh napas panjang Hasana, pertanda ia lelah menghadapi kebenaran, lelah mendapati kenyataan pahit.
Tak lama terdengar suara langkah sepatu diarah luar kantor. Seseorang sedang menuju ruangan tersebut.
Ceklek!
suara pintu terbuka dan itu adalah Afdhal, papanya Hasna. ''Hai Nana sayang, kamu di sini? sudah sehat Sayang?" tanya Afdhal seperti biasa, dengan sikap hangatnya.
"Tidak perlu basa basi Pah! Nana kesini hanya ingin menanyakan beberapa hal," ucap Hasna dengan nada sinis, kehangatan papanya malah terasa sebagai penghantar rasa panas di hatinya.
"Hal apakah itu, Sayang?" tanya Afdhal lagi, seraya duduk diatas sofa yang kini bersebrangan dengan posisi berdiri Hasna.
"Tentang rumah yang aku tempati saat ini. Itu rumah milik siapa, Pah?" tanya Hasna datar.
Afdhal tersenyum, "Duduk dulu Sayang, nanti Papa jelaskan!" ucap Afdhal lembut. Hasna pun menurut dan kini ia duduk di sebelah papanya.
"Begini Sayang, itu rumah hak kamu. Namun, karena kamu belum berusia tujuh belas tahun, maka Papa belum dapat membuat dokumen resmi atas namamu. Namun, nama Nana sebagai pewaris rumah itu. Papa sudah mengurusnya dan kini sudah terdaftar di Notaris.
"Lalu, mama bagaimana?" tanya Hasna kembali.
"Mamamu sudah mendapatkan hak-nya juga Sayang. Yaitu rumah yang di daerah cempaka putih beserta kost kostan-nya, Resto dan Cafe yang di kemang serta beberapa bidang tanah yang ada di Sukabumi." tutur Afdhal.
Hasna hanya diam, ia sedang mendengarkan penjelasan papanya. "Hak kamu, rumah yang saat ini kamu tempati, mobil yang ada di garasi, kecuali mobil mama kamu yang masih di gunakan mama saat ini. Itu akan tetap menjadi hak mama kamu. Dan beberapa bidang tanah yang ada di bogor, serta di cianjur itu hak kamu, untuk luasnya nanti kita sama-sama lihat pada dokumen yang Papa simpan di berangkas." Lanjut Afdhal. Hasna menyimak.
"Dua puluh persen saham di perusahaan ini milikmu, Papa beli Atas namamu, setelah usiamu menginjak tujuh belas tahun akan ada penambahan dua puluh persen, maka totalnya akan menjadi Empat puluh persen, jika ingin kejelasannya, nanti kita sama sama ke Notaris, saat Usiamu genap tujuh belas tahun. Maka semua aset akan benar benar menjadi milikmu, saat ini masih dalam pengawasan papa, walaupun papa tinggal di tempat lain dan tidak bersama kamu," Afdhal menjelaskan secara detail.
"Bukan begitu pah! Mama hendak pergi ke Singapore untuk bekerja, Papa sudah tinggal bersama Istri baru Papa. Aku sekarang sendiri! dan~" Hasna menjeda kata-katanya dengan menghela napas terlebih dahulu. "Dan, jika rumah itu bukan hak-ku, maka aku akan pergi dari sana." ucapnya kemudian, datar.
"Tidak! jangan pernah pergi dari sana, Sayang. Tetaplah tinggal di rumah itu. Papa akan merasa tenang mengetahui kamu ada di sana, atau kamu tinggal bersama Papa dan mama Vinny ya Sayang." Ucap Afdhal penuh pengharapan.
"Heh, gak sudi aku Pah!" jawab Hasna sinis. "Oke, terimakasih Pah! aku pergi," Assalamua'laikum," Hasna berlalu dari hadapan Afdhal.
"Na ... Nana!" panggilan Afdhal sama sekali tidak Hasna gubris. Hasna terus berjalan masuk kedalam lift menuju parkiran. "Wa'alaikum salam," jawab Afdal dengan mata yang berkaca-kaca.
Saat ini Hasna sudah di area parkir gedung milik Afdhal. Ia sudah berada di dalam mobilnya, dan siap melaju.
Di jalan perempatan yang terdapat traffic light.
Brughhh!
Dughh!
Krek!
"Yaaahh apaan tuh?" ucap Hasna pada dirinya, Karena Hasna sedikit melamun, maka ia pun baru menyadari sudah berada di lampu merah dan menginjak pedal rem terlalu mepet pada mobil di depannya.
Tanpa di sengaja, Hasna menabarak Mobil T***** C_HR hy**** berwarna merah, yang berhenti tepat di depan mobilnya.
Hasil dari insiden itu menyebabkan lampu depan mobil Hasna pecah dan bumper mobil di depannya agak penyok.
"Astagfirullah'Aladzim!" ucap seseorang yang berada di dalam Mobil tersebut. Ia terkejut Karena ada yang menabrak mobilnya dari arah belakang.
"Wadduh, mobil kita di seruduk nih A'a Bro! nah ada polisi juga tuh! sepertinya kita di perintah agar menepi," ucap seorang pria yang berada di balik kemudi mobil merah tersebut.
"Ya sudah, tunggu apalagi, mari menepi, Dik Sob!" ucap santai si pria yang berada di sebelahnya.
"Asiiip, A'a Bro!"
Hasna-pun sama di beri aba-aba untuk menepikan mobilnya oleh polisi tersebut. Hasna mengikuti perintah Pak polisi dengan begitu tenang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments
Hartini Tini
see
2024-05-18
0
❤️⃟WᵃfRahma
awal pertama bertemu sang jodoh ini
2024-03-23
2
❤️⃟WᵃfRahma
kok di seruduk kayak banteng aja😁😁
2024-03-23
1