Identitas Gea Part I

🔫

🔫

🔫

🔫

🔫

Gea pun melanjutkan langkahnya tanpa menoleh lagi ke belakang, entah apa yang akan dia lakukan pikirannya kacau seketika.

"Kamu kenapa? kenapa wajah kamu pucat?" tanya Victor.

"Aku tidak apa-apa."

"Ayo kita pulang, aku sudah malas berada disini."

"Baiklah."

Gea pun mengikuti Victor dan Fox, sementara itu dari kejauhan Rival tampak tersenyum kemenangan. Sejak pertama kali bertemu, Rival memang sudah menyukai Gea dan saat ini Rival akan melakukan apa pun untuk mendapatkan Gea termasuk melawan Victor.

Selama dalam perjalanan, Gea sama sekali tidak bicara otaknya benar-benar pusing memikirkan ucapan Rival tadi.

"Aku harus cari tahu siapa Rival?" batin Gea.

Setelah Gea mengantarkan Victor ke Mansionnya, Gea pun segera menaiki motornya dan pulang ke apartemennya.

Sesampainya di apartemen, Gea langsung masuk ke dalam kamarnya. Gea terduduk termenung di ujung tempat tidur.

"Sekarang apa yang harus aku lakukan? kalau aku melawan sama Victor, nyawa Gio dan Glenn yang akan menjadi taruhannya tapi kalau aku tidak menerima tawaran Rival, aku tidak akan pernah tahu dimana Daddy berada karena Rival adalah satu-satunya jalan buat aku menemukan Daddy," gumam Gea.

Gea mengusap wajahnya kasar, saat ini posisinya benar-benar berada dalam posisi yang serba salah.

***

Keesokan harinya....

Gio dan Glenn seperti biasa sedang sarapan..

"Kak Gea kemana? kok tumben belum keluar kamar?" seru Gio.

"Ga tahu, bentar biar aku panggilin Kak Gea."

Glenn pun bangkit dari duduknya, dan melangkahkan kakinya menuju kamar Gea.

Tok..tok..tok..

"Kak, ayo kita sarapan!" teriak Glenn.

Glenn mengerutkan keningnya. "Kok ga ada jawaban sih?"

Perlahan Glenn pun membuka pintu kamar Gea, dilihatnya Gea masih terbaring di tempat tidurnya dengan tubuh yang ditutupi dengan selimut.

"Kak, sudah siang memangnya Kakak tidak ada jadwal ke kampus hari ini?" seru Glenn.

Masih tidak ada jawaban, Glenn perlahan membuka selimut Gea dan betapa terkejutnya Glenn saat melihat wajah Gea yang terlihat pucat dengan keringat yang sudah memenuhi wajahnya.

Glenn menyentuh kening Gea. "Astaga, panas banget."

"Ada apa Glenn?" seru Gio yang ikut masuk ke dalam kamar Gea.

"Kak Gea demam, badannya pucat banget."

Glenn duduk di atas tempat tidur. "Gio, tolong angkat Kak Gea dan taro ke punggung aku."

Gio pun membantu membangunkan Gea dan Glenn segera menggendongnya dan membawanya ke rumah sakit. Tapi disaat Gio membuka pintu apartemen, ternyata sudah ada Victor yang hendak mengetuk pintu.

"Gea kenapa?" tanya Victor panik.

"Kak Gea demam, Tuan."

"Ya sudah, bawa Gea ke mobilku."

"Ayu, kamu jaga apartemen dan kunci apartemen seperti biasa kamu jangan membukakan pintu untuk siapa pun," seru Gio.

"Baik Mas."

Victor pagi ini memang berniat ingin bertamu ke apartemen Gea sekalian ingin bertemu dengan Gea.

Victor segera melajukan mobilnya menuju rumah sakit, sesampainya di rumah sakit Gea langsung mendapatkan penanganan dan sekarang Gea tertidur setelah sebelumnya Dokter memberikan obatnya.

"Gio, lebih baik sekarang kamu pulang saja istirahat kamu kan masih belum pulih," seru Glenn.

"Tapi Glenn, aku khawatir sama Kak Gea."

"Sudah, Kak Gea kan ada aku biar aku yang jagain sekarang kamu pulang saja biar kondisi kamu cepat pulih."

"Ya sudah, aku titip Kak Gea kalau ada apa-apa cepat hubungi aku."

Glenn menganggukan kepalanya, Gio pun akhirnya memutuskan untuk pulang karena memang saat ini kondisinya belum pulih sepenuhnya.

"Tuan, tolong jaga Kak Gea sebentar aku harus menghubungi temanku kalau aku, Gio, dan juga Kak Gea ga bisa ke kampus."

"Oke."

Glenn pun segera keluar, Victor duduk di samping Gea dan menatap wajah cantik Gea yang saat ini terlihat sangat pucat.

"Daddy...Daddy dimana? Gea rindu sekali sama Daddy," gumam Gea dengan masih memejamkan matanya.

Saat ini Gea memang sedang mengigau...

"Sebenarnya apa yang sudah terjadi dengan Daddynya? dan siapa Daddy Gea sebenarnya? aku yakin kalau Daddynya Gea bukan orang yang sembarangan," batin Victor.

Glenn pun kembali masuk...

"Glenn, bisa kita bicara sebentar?" seru Victor.

"Boleh."

Keduanya pun duduk di sofa tidak jauh dari ranjang pasien milik Gea.

"Bagaimana kalau mulai sekarang kalian bekerja denganku dan berhenti menjadi pbunuh bayaran, itu terlalu sangat beresiko apalagi Kakakmu adalah seorang wanita. Aku janji akan melindungi kalian dan kalian juga akan lebih aman kalau bekerjasama denganku."

"Entahlah Tuan, aku belum bisa menjawabnya karena aku dan Gio harus menunggu keputusan dari Kak Gea."

"Baiklah, nanti kalau Kakakmu kondisinya sudah mulai membaik kamu bisa bicarakan semuanya kepada Gea dan aku sangat berharap kalau kalian mau bergabung denganku."

Glenn menganggukan kepalanya. Sementara itu di apartemen, Ayu duduk di atas tempat tidurnya dengan memeluk kedua lututnya. Ayu benar-benar tidak menyangka kalau dirinya saat ini tinggal bersama para pembunuh.

Tadi pagi Glenn dan Gio memang langsung pergi dan lupa menutup pintu kamar Gea, Ayu yang awalnya ingin menutup pintu kamar itu, tapi akhirnya Ayu merasa penasaran karena ketiganya sangat melarang Ayu untuk masuk ke dalam kamar mereka.

Perlahan Ayu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar Gea dan betapa terkejutnya Ayu saat melihat banyaknya senjata yang tersimpan rapi di lemari kaca, bahkan Ayu pun menemukan kartu pengenal. Ayu langsung menutup mulutnya.

"Apa? pembunuh bayaran?" batin Ayu.

Ayu pun memundurkan langkahnya, tubuh Ayu terhenti karena menubruk nakas yang ada di samping tempat tidur Gea. Ayu melihat figura foto disana, hingga terakhir Ayu melihat sebuah foto Gea bersama dengan keluarganya.

Tatapan Ayu tertuju kepada seorang pria yang berdiri dengan sigap di samping foto keluarga itu.

"Tunggu, bukanya ini Pak Bram? tetangga Ayu di kampung? kenapa Pak Bram kenal dengan keluarga Mbak Gea?" batin Ayu.

Ayu tidak banyak berpikir lagi, akhirnya Ayu dengan cepat keluar dari kamarnya Gea karena Ayu takut ketahuan kalau dia sudah lancang masuk ke dalam kamar Gea.

Ayu segera masuk ke dalam kamarnya, tubuh Ayu begitu bergetar hebat.

"Kenapa aku bisa tinggal dengan para pembunuh bayaran itu? bagaimana kalau aku juga dibunuh mereka," gumam Ayu.

Ceklek...

Pintu apartemen terbuka membuat Ayu semakin ketakutan.

"Ayu...Ayu!" panggil Gio.

Ayu kali ini benar-benar ketakutan tapi Ayu juga tidak boleh menunjukan rasa takutnya, dengan mengumpulkan segenap keberaniannya Ayu pun keluar dari dalam kamarnya.

"I--iya Mas."

"Tolong bantu aku ganti perban."

"Ba--baik Mas."

Ayu pun segera mengambil perban dan salep kemudian membantu Gio mengganti perbannya, tangan Ayu terlihat gemetar membuat Gio mengerutkan keningnya merasa aneh padahal sebelumnya Ayu tidak pernah seperti ini.

🔫

🔫

🔫

🔫

🔫

Jangan lupa

like

gift

vote n

komen

TERIMA KASIH

LOVE YOU

Terpopuler

Comments

Ney maniez

Ney maniez

😲😲

2022-12-05

0

Risti Dani

Risti Dani

Berarti Pak Bram masih hidup, dan sekarang jadi tetangga Ayu di kampung

2022-10-12

1

Hoki Terus

Hoki Terus

Pak Bram masih hidup dan ternyata tetangga Ayu dikampung ,ada petunjuk lagi nihh klo mau cerita si Ayu nya nanti

2022-05-25

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!