Penyamaran Yang Sempurna

🔫

🔫

🔫

🔫

🔫

Selama dalam perjalanan Gea sama sekali tidak berani melihat ke arah Victor, bahkan salivanya pun tercekat di tenggorokan.

Sesampainya di Mansion milik Victor, Victor pun langsung turun dari dalam mobilnya dan meninggalkan Gea yang masih terdiam di dalam mobil.

Pintu mobil pun terbuka. "Silakan Nona."

"Ah iya, terima kasih."

Dengan langkah yang ragu-ragu, Gea pun masuk ke dalam Mansion milik Victor.

"Tuan Victor menunggumu di ruangan kerjanya," seru Fox.

"Baik Tuan."

Gea pun mulai melangkahkan kakinya menuju ruangan kerja Victor.

Ceklek...

Gea membuka pintu ruangan kerja Victor dengan perlahan, dilihatnya Victor sedang duduk di kursi kebesarannya dengan memejamkan matanya.

Gea berdiri di hadapan Victor dengan menundukan kepalanya, baru kali ini Gea merasa takut kepada seseorang padahal selama ini Gea tidak pernah takut kepada siapapun.

"Sebenarnya siapa kamu? kenapa kamu berada disana? apa tujuanmu?" tanya Victor.

Lagi-lagi Gea tidak bisa menjawab, lidahnya begitu kelu.

"JAWAB!" bentak Victor.

Gea sampai tersentak mendengar bentakan Victor yang sangat menggelegar itu, Gea tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya kepada Victor bisa-bisa dia mati sebelum bisa menemukan Daddynya.

Victor pun bangkit dari duduknya dan menghampiri Gea yang dari tadi masih menundukan kepalanya. Victor berdiri di hadapan Gea kemudian mencengkram wajah Gea membuat Gea meringis.

"Cepat katakan, atau aku bunuh kamu sekarang juga. Apa kamu menjadi bodyguard aku hanya untuk menyelidiki aku? apa semua ini hanya kepura-puraan?" seru Victor penuh penekanan.

Gea menggelengkan kepalanya...

"Jawab Gea, jangan diam saja!" bentak Victor.

Airmata Gea pun menetes, lagi-lagi ini pertama kalinya Gea menangis di hadapan orang lain. Gea semakin terlihat lemah, bagaimana pun Gea adalah seorang wanita yang terdapat sisi lemahnya juga.

Victor sedikit terkejut melihat Gea menangis, Victor pun melepaskan cengkramannya.

"Aku...aku...seorang pembunuh bayaran," sahut Gea gugup.

Victor membelalakan matanya, dia merasa tidak percaya kalau wanita cantik yang berdiri di hadapannya selain jago beladiri, ternyata dia juga seorang pembunuh berdarah dingin.

"Kenapa kamu memilih pekerjaan yang sangat berbaya itu?"

"Aku butuh uang untuk biaya hidup aku dan kedua adikku, terlebih lagi untuk biaya kuliah yang sangat mahal," sahut Gea dengan menundukan kepalanya.

"Siapa yang sudah mengajarkanmu beladiri dan cara menembak? tadi aku lihat kamu seperti penembak profesional, dan itu tidak mungkin kalau kamu belajar secara otodidak."

Gea kembali menelan salivanya, dia tidak mungkin mengatakan kalau Daddynya yang mengajarinya bisa-bisa Victor curiga dan identitas Gea akhirnya terbongkar.

"Aku belajar di arena tembak."

Airmata Gea terus saja mengalir, pikiran Gea sangat bercabang apalagi saat ini Gea belum tahu kondisi Gio bagaimana.

"Kenapa kamu menangis?"

"Tuan, bisakah Tuan mengizinkan aku untuk pergi dari sini? Adik aku Gio tadi terkena tembakan dan aku belum tahu keadaannya."

"Apa? kenapa kamu tidak bilang dari tadi, ayo aku antar kamu."

Victor pun menarik tangan Gea dan membawanya pergi, setelah Gea tahu dimana Gio berada, Gea dan Victor pun segera menuju rumah sakit yang dituju.

Selama dalam perjalanan, Gea tidak henti-hentinya menangis. Gea meremas kedua tangannya saking khawatirnya dengan keadaan Gio, Victor baru tahu sisi lain dari Gea walaupun selama ini Gea terlihat dingin dan tangguh tapi tetap saja Gea adalah seorang wanita.

Victor meraih jemari Gea dan menggenggamnya membuat Gea langsung menoleh ke arah Victor.

"Jangan menangis, aku yakin adikmu adalah pria yang kuat."

Tidak membutuhkan waktu lama, akgirnya mobil Victor pun sampai di rumah sakit. Gea segera menuju meja resepsionis dan menanyakan ruangan Gio, setelah tahu dimana Gio berada Gea pun segera berlari menuju ruangan Gio.

Ceklek...

"Gio...."

"Kakak."

"Bagaimana keadaannya, Glenn?"

"Gio sudah membaik, tadi Gio langsung di operasi dan dikeluarkan peluru yang menembus tangannya dan sekarang Gio sudah tidur karena barusan Dokter sudah memberikannya obat," sahut Glenn.

"Syukurlah, Kakak khawatir banget dengan Gio takut terjadi kenapa-napa."

"Kakak jangan khawatir, kita bertiga kan kuat dan tidak semudah itu kalah hanya dengan satu peluru."

Gea tersenyum dibalik tangisannya, Glenn menoleh ke belakang dan Glenn sangat terkejut karena di ambang pintu ada Victor yang sedang berdiri.

"Tuan Victor," gumam Glenn.

Gea menoleh, dia lupa kalau dia datang ke rumah sakit bersama Victor.

"Tuan Victor, maaf aku lupa silakan masuk."

Victor pun masuk dan menghampiri Gea dan kedua adik kembarnya itu. Untuk pertama kalinya Victor bertemu dengan kedua adik Gea, setelah melihat keadaab Gio, ketiganya pun duduk di sofa.

"Sejak kapan kalian bekerja seperti itu?" tanya Victor.

"Kira-kira sudah lima tahunan," sahut Gea.

"Apa kalian tidak takut, apalagi kalian cuma bertiga tanpa ada anak buah?"

"Tidak Tuan, kami bertiga pun sudah cukup dan kami yakin bisa mengatasinya," sahut Glenn.

"Kenapa kalian memilih pekerjaan berbahaya seperti ini?"

"Kami tidak punya pilihan lain, hanya ini satu-satunya pekerjaan yang bisa dengan cepat menghasilkan uang," sahut Gea.

Glenn pamit untuk membeli kopi keluar, sekarang hanya tinggal Gea dan Victor berdua di ruangan rawat itu.

"Tuan ini sudah hampir subuh, apa Tuan tidak pulang?" tanya Gea.

"Tidak, aku akan menemani kamu disini."

"Tapi disini ada Glenn jadi Tuan tidak usah repot-repot menemaniku."

"Pokoknya aku ingin disini menemanimu titik."

Gea terdiam, dia sudah tidak bisa lagi membantah apa yang dikatakan Victor. Tidak lama kemudian Glenn pun datang dengan membawa kopi cup untuk mereka bertiga.

Mereka bertiga kembali berbincang-bincang, hingga Victor pun melihat ke arah Gea yang sudah memejamkan mata sembari terduduk bahkan kepalanya oleng ke kiri dan ke kanan. Victor pun berpindah duduk ke samping Gea, dan menyimpan kepala Gea ke pundaknya.

"Glenn, kamu tidur sana," seru Victor.

"Baiklah."

Mereka pun akhirnya tertidur, Gea dan Victor tidur dengan posisi duduk.

***

Keesokan harinya...

Gea menggerakan tubuhnya, dia merasa tidak nyaman karena tempatnya begitu sempit. Perlahan Gea membuka matanya, ternyata saat ini Gea tertidur di sofa dengan posisi berpelukan dengan Victor.

"Astaga...."

Gea pun segera terbangun karena merasa kaget dan itu membuat Victor pun ikut terbangun.

"Ada apa?" tanya Victor dengan suara seraknya.

"Kenapa kita bisa tidur berdua seperti ini?" tanya Gea gugup.

"Oh, tadi malam kita tidur sambil duduk tapi rasanya tidak nyaman akhirnya aku memindahkanmu untuk tidur seperti ini, soalnya kan disini tidak ada tempat tidur lagi."

Gea melihat kedua adiknya masih tertidur, Gea pun segera bangkit dan cepat-cepat masuk ke dalam kamar mandi karena saat ini wajahnya sudah memerah, sedangkan Victor hanya bisa tersenyum dan kembali melanjutkan tidurnya.

🔫

🔫

🔫

🔫

🔫

Jangan lupa

like

gift

vote n

komen

TERIMA KASIH

LOVE YOU

Terpopuler

Comments

lily

lily

Victor sudah mulai ada rasa 😂

2024-03-02

2

Ney maniez

Ney maniez

🙄🙄

2022-12-05

1

Risti Dani

Risti Dani

si Victor, ambil kesempatan dalam kesempitan

2022-10-12

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!