Selamat membaca ...
...----------------...
“Apa kau sudah sadar?” tanya Deva sambil tersenyum smirk pada wanita yang sudah kulitnya melepuh.
“Deva, hentikan aku mohon. Ini sangat sakit,” ringis Davina, ia rasa kematian jauh lebih baik daripada hidup saat ini.
“Ini hukuman karena kau malas saat melayani aku,” ucap Deva geram dan segera bergegas meninggalkan Davina yang masih kesakitan di bawah sana.
“Deva, aku mohon lepaskan aku, atau kau bunuh saja aku. Aku sudah tidak sanggup lagi,” ucap Davina dengan suara yang lemah.
Matanya terus mengikut arah punggung pria itu pergi, hingga punggung lebar dan kokoh itu menghilang dari pandangannya.
Tak lama kemudian, Aliya dan beberapa pelayan datang untuk membantu Davina membersihkan diri. Namun, betapa terkejut Aliya, saat melihat tubuh Davina memerah dan melepuh.
Wanita itu segera mengangkat wanita lemah dengan penuh luka di tubuhnya, dibantu dengan beberapa pelayan yang ada di sana.
...----------------...
“Nona, ayo minum dulu,” ucap Aliya sambil membantu Davina meminum air tersebut.
“Aliya, kenapa kau membantuku, biarkan aku mati saja. Aku sudah tidak kuat, aku tidak sanggup lagi, Aliya,” ucap Davina dengan lirih sambil menahan rasa perih di sekujur tubuhnya, bahkan luka itu terasa sangat panas karena kulitnya melepuh.
“Nona, jangan mengatakan hal itu. Saya yakin jika nona bisa bertahan, Nona kuat. Buat tuan Deva mencintai nona, siapa tahu dengan mencintai Nona, tuan Deva akan sedikit lembut,” ucap Aliya dengan penuh iba.
“Apakah itu mungkin, kebenciannya padaku tidak akan pernah pudar, Aliya,” bantah Davina yang kini malah meneteskan lelehan bening yang sudah menggenang di pelupuk matanya.
“Sebaiknya Nona beristirahat saja, saya akan memanggil dokter untuk kesini,” ucap Aliya membaringkan Davina dengan perlahan.
Di sisi lain, Deva tengah menikmati secangkir kopi di balkon kamarnya, sambil menatap langit bertabur bintang. Tiba-tiba lamunannya terbuyar saat mendengar suara dering telepon di ponsel miliknya, yang ada di meja dekat dirinya.
Mendengar dering tersebut, membuat Deva melirik layar ponsel miliknya untuk mengetahui siapa pemanggil tersebut.
Nama Aliya terpampang di layar ponselnya, ia menghela napas panjang sebelum akhirnya menggeser ikon hijau, tanda ia menerima panggilan dari Aliya.
“Halo tuan, Nona Davina sakit. Tubuhnya memerah dan kulitnya melepuh. Apakah saya boleh memanggil dokter untuk datang kesini?” tanya Aliya di sebrang sana.
“Panggil Emma kesini,” ucap Deva dan segera memutuskan sambungan telepon secara sepihak.
“Davina, kau pantas mendapatkan ini semua dariku. Ya! Kau memang pantas, aku akan sangat senang jika kau lebih tersiksa dari ini. Meskipun kau mati dengan mengenaskan, aku akan tetap teguh dengan pendirian ku,” gumam Deva sambil terkekeh. Namun, entah kenapa hatinya merasa sesak dan sakit, apa ia sedang merindukan Erika.
“Erika, sayang. Kakak sangat merindukan mu, kakak janji akan membalas semua rasa sakit mu pada wanita itu,” kini mata Deva mulai memanas hingga mengeluarkan cairan bening dari pelupuk matanya.
Betapa sulit dan sangat hati-hati ia menjaga adiknya, Erika. Namun, kematian adiknya sendiri ia tidak bisa mencegahnya, bagaimana ia bisa dikatakan sebagai kakak yang bertanggung jawab, jika menjaga satu-satunya keluarga saja ia tidak bisa.
Butuh waktu lama ia harus sampai titik sekarang ini. Titik di mana ia bisa memegang kekuasaan dan bisa membahagiakan adiknya, setelah sekian lama mereka menderita sebagai anak jalanan.
Ia ingat saat Erika masih kecil, gadis kecil itu kelaparan di pinggir jalan. Mengingat hal itu, hati Deva kembali berdenyut dan merasakan sakit yang luar biasa, hingga ia terisak sampai tersedu-sedu jika mengingat Erika.
...----------------...
Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Dapur Singgani New
Devina yg di siksa kok sy seperti kesakitn
2022-10-11
2
Nurma sari Sari
kenapa jadi Erika bunuh diri dan kenapa Davina yg disalahkan thooor....aku jadi penasaran thooor 🙏😘
2022-09-29
1
Celya Kyungsoo
mana visualnya thor
2022-09-03
1