Episode. 3

Sesampainya dirumah Lili langsung memakirkan motornya dan langsung masuk ke dalam rumah,Lili melihat Ibu lagi bersantai di ruang tamu sambil merangkai bunga karna Ibu sangat suka bunga apalagi kalau bunga mawar putih kata Ibu warna putih itu berarti suci.

Lili juga tidak tau entah apa menariknya merangkai bunga bukan berarti ngak suka bunga cuma bosan aja harus melakukan itu.

"Eh sayang kamu sudah pulang, bagaimana wawancara nya sayang?." tanya Ibu saat melihat Lili mendekat.

"Iya aku ketrima bu dan besok sudah mulai bekerja. " jawab Lili duduk di samping Ibunya dan menyenderkan kepala pada kursi.

"Syukur lah kalau kamu ditrima kerja smoga kamu betah ya kerja disana nya. " Kata Ibu menyemangati Lili sambil membelai sayang kepala anaknya.

"Iya Ibu doa in aja smoga ngak ada halangan, ya udah bu aku mau istitahat dulu. " Kata Lili sambil berjalan ke kamar beristirahat.

Setelah itu Lili masuk kamar dan langsung membaring kan badan ke kasur tanpa mengganti baju tidak lama setelah itu Lili langsung berkelana ke alam mimpi rasanya sungguh menenangkan kalau sudah bertemu kasur.

Hampir satu jam lebih Lili tertidur dan Lili di bangun kan Ibu untuk mengantarkan sebuah map pekerjaan abangnya yang ketinggalan di rumah, dengan perasaan malas serta kantuk yang masih melanda Lili berjalan ke kamar mandi untuk mencuci muka setelah itu Lili langsung berangkat ketempat kerja Vano dengan motornya.

Tiga puluh menit Lili mengendarai motor menuju tempat kerja Vano , Lili tiba didepan gedung yang tinggi yang entah memiliki berapa lantai itu, lalu dia mengirim pesan sama Vano kalau dia sudah ada didepan kantor tempat kerja nya.

Tidak lama menunggu Vano datang menghampiri Lili.

"Kebiasaan deh bang suka banget bikin orang susah, sesekali ninggalin dompet lo dirumah biar bisa gue habisin isi nya. " Kata Lili sambil cemberut sambil menyerahkan map tadi.

"Kalau itu abang ngak pernah lupa ninggalin karna akan gawat kalau ketinggal yang ada isi nya sisa gambar Pak Pattimura semua. " Kata Vano sambil mengacak rambut Lili gemas dengan tingkah adiknya.

"Lain kali ngak mau aku bantuin lo bg ngak ada enak nya bikin kesel aja. " Kata Lili merapikan rambutnya menggunakan jari.

"Iya sayang ku, gimana wawancara nya di trima ngak?. " Tanya Vano ingin tahu.

"Ditrima dong bang adek abang ini kan pintar. " Kata Lili sambil membanggakan diri.

"Ya udah abang kerja lagi kamu hati hati pulang nya jangan ngebut" pamit bang Vano sambil mencium kening Lili.

Lili cuma tersenyum aja dengan kelakuan Vano , menatapnya masuk lagi ketempat kerjanya memang dia orang nya suka begitu kalau di depan umum manis banget tapi kalau dirumah ngak ada manis manis nya heran Lili.

Dari kejauhan ada sepasang mata yang dari tadi memperhatikan keakraban mereka berdua, mungkin pemilikan nya sama dengan orang kebanyakan yang mengira mereka sepasang kekasih tapi semua itu salah karna mereka hanya manis di luar saja.

Ya yang memperhatikan mereka tadi adalah CEO sekaligus perusahaan tempat Vano bekerja nama nya Abraham Mikhael orang nya yang datar, jarang senyum, serius, to the point, hari harinya hanya di jalani sibuk dengan pekerjaan nya sampai tidak ada waktu untuk mencari wanita yang akan mendampingi nya bukan berarti dia tidak suka wanita ya.

Lalu tiba tiba DEG ,,, jantung nya berdetak kencang saat melihat senyum manis dari Lili tapi dia langsung menepis rasa itu karna yang dia tau cewek itu kekasih sahabatnya. Dia tidak mau merebut kekasih sahabat nya sendiri dan akan merusak persahabatan nya dengan Vano hanya karna seorang wanita. Itu lah pendirian nya dari dulu karna persahabatan lebih panting ketimbang harus ribut hanya seorang wanita.

Menunggu kepergian Lili, pemilik gedung itu masuk kedalam kantornya dengan muka datar dan tampang cool. Sebenarnya dia baru pulang meting dari luar dengan klien di sebuah restoran dan langkahnya terhenti melihat interaksi sahabatnya dengan seorang wanita, selama ini dia tidak tau kalau Vano punya seorang adik.