Nampak terlihat gadis muda itu beberapa kali terpojok. Nampak terlihat luka sayatan di beberapa bagian tubuhnya yang membuat pakaiannya sudah dipenuhi noda darah.
Jurus Tarian Rajawali yang terkenal bisa menghancurkan semua formasi pertarungan yang kuat sekalipun nampaknya tidak banyak membantu.
Dewi Nawang Wulan tidak bisa berbuat banyak keadaan nya semakin terpojok beberapa luka ditubuhnya membuat gerakan semakin lambat dan beberapa kali kehilangan konsentrasi.
"Argh" jerit gadis muda itu ketika sebuah tebasan pedang berhasil membabat bahunya.
"Bukk" sebuah tendangan bersarang ke tubuh membuat gadis muda itu terpental jauh ke arah Arya Geni.
Arya Geni dengan sisa tenaga meraih tubuh yang melayang ke arahnya.
Darah segar keluar dari mulut Dewi Nawang Wulan.
"Dewi bertahan lah" ucap Arya Geni panik.
Dewi Nawang Wulan menatap pemuda yang sedang melihatnya khawatir.
"Terimakasih kasih sudah berada disisi ku, Kakang" lirih Dewi Nawang Wulan sebelum kedua matanya tertutup untuk selamanya.
"Tidak ... Tidak .. Dewi jangan tinggalkan aku" ucap Arya Geni sambil memeluk tubuh gadis itu.
"Hahahaha aku akan membuat Kau segera menyusulnya" ujar salah satu pendekar misterius sambil menebaskan pedangnya untuk membabat tubuh pemuda itu.
Namun belum sempat tebasan itu mengenai leher pemuda itu tiba-tiba suasana menjadi mencekam dengan suhu udara meningkat menjadi lebih padat.
Pendekar misterius mematung melihat aura merah yang menyelimuti pemuda itu memancarkan hawa membunuh yang pekat mengintimidasi setiap orang yang ada tempat itu.
Arya Geni melayang ke udara seluruh tubuhnya sudah diselimuti aura merah mengeluarkan kekuatan besar yang mengintimidasi semua pendekar baik aliran putih maupun para pendekar misterius.
Nampak kedua matanya telah berubah menjadi merah dengan enam titik api hitam. Tatapan nya memancarkan hawa membunuh yang pekat.
Semua pendekar menghentikan pertarungan ketika merasa ada kekuatan besar mulai memenuhi seluruh gunung Lawu.
Mata mereka terbelalak ketika melihat sosok mahluk yang diselimuti aura merah sedang melayang di udara. Dan ternyata kekuatan besar itu berasal dari mahluk itu.
Tidak sedikit para pendekar langsung rubuh seketika karena tidak mampu menahan kekuatan yang menekan mereka. Bahkan beberapa pendekar berusaha menyalurkan tenaga dalam untuk mengurangi tekanan dari kekuatan besar yang telah membuat tubuh mereka seperti tertimpa beban besar itu.
"Matilah dengan penderitaan!"
Mahluk itu berkata suaranya menggema memenuhi seluruh penjuru perguruan.
Setelah berkata demikian makhluk itu menghilang disusul dengan para pendekar misterius yang berjatuhan meregang nyawa tanpa sebab.
Sebagian para pendekar aliran putih yang masih bisa bertahan dari tekanan kekuatan besar tersebut hanya bisa bernapas lega karena mahluk itu ternyata hanya mengincar pihak pendekar misterius. Terbukti tidak ada satupun pihak aliran putih yang meregang nyawa.
Hanya dalam waktu singkat semua pendekar misterius sudah terbaring tidak bernyawa dengan tubuh terbujur kaku.
Keadaan menjadi mengerikan dengan banyaknya mayat berserakan memenuhi perguruan rajawali putih.
para pendekar aliran putih yang sempat kehilangan kesadaran sudah mendapatkan kesadarannya kembali.
Ki Aswatama mengatur nafasnya untuk memulihkan kondisi tubuh akibat kekuatan besar yang telah menekannya.
Pria paruh baya itu harus bersusah payah mengalirkan tenaga dalam untuk menekan kekuatan besar mengerikan yang telah mengintimidasinya.
"Seumur hidupku baru kali ini aku harus menggunakan seluruh tenaga dalam untuk menahan kekuatan sebesar itu" gumamnya bergidik ngeri.
****
Tampak terlihat dari kejauhan seorang pria berpakaian hitam dengan topeng emas yang menutupi wajahnya berdiri di dahan sebuah pohon besar sedang menyaksikan pertempuran tersebut.
Wajahnya berubah ketika merasakan ada kekuatan aneh yang menekan tubuhnya.
"Kekuatan apa ini" ujarnya setelah merasakan kekuatan besar mulai mengintimidasi.
"Banaspati aku merasakan kekuatan itu miliknya" ucap pria paruh baya yang berdiri di sebelahnya.
"Banaspati ya, ternyata mahluk itu telah mendapatkan tubuh baru" balas pria topeng emas itu.
"Kita harus segera pergi dari sini sebelum mahluk itu menyadari kehadiran kita disini, Pangeran"ucap seorang pria paruh baya.
"Kenapa kita harus menghindarinya? Bukankah selama ini kita mencarinya!" balas pria topeng emas itu terlihat kecewa.
"Sekarang bukan saat yang tepat untuk melawannya, Pangeran" tegas pria paruh baya itu.
"Apa paman meragukan kekuatan yang aku miliki?" Pendekar topeng emas menjadi dingin.
"Bukan maksud paman demikian Pangeran. Ada beberapa kekuatan besar yang mulai mendekat, paman takut jika mereka memiliki kepentingan yang sama dengan kita" ucap pria paruh baya itu.
"Baiklah kali ini kita mundur" ucap Pangeran itu.
Pria paruh baya itu menghela nafas lega karena berhasil membujuk tuannya itu.
Dalam sekejap mata keduanya sekelebat melesat cepat kilat menghilang tanpa bisa diikuti oleh mata biasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments