Bel istirahat berbunyi, Fandi dan Riko keluar kelas mencari tahu dimana letak kantin di sekolah baru mereka itu.
"Bro, kantin dimana yaa?" Tanya Riko antusias karena lapar mulai menggerogoti perutnya.
"Mana gue tau? Gue kan juga baru disini sama kayak lu." Fandi mengernyitkan dahinya. Jujur ia juga tidak mengetahui dimana letak kantin.
“Yaelaah.. Cacing-cacing di perut gue udah pada demo ini." Umpat Riko sambil memegangi perutnya yang buncit.
“Lebay lu!” Balas Fandi sambil memukul pundak Riko. Sesekali mata Fandi melihat ke arah Jingga dan lagi-lagi Riko meledeknya.
“Ciieee.. Yang lagi Falling in love. Maunya mandangin si dia terus! Suuuiiit.. Suuiiit..” Celoteh Riko lagi sambil bersiul-siul. Riko paham betul dengan tingkah temannya itu. Riko yakin ini kali pertama Fandi menyukai perempuan, karena ia terlihat begitu kaku.
“Lu ngomong jangan keras-keras! Lu mau satu sekolahan tahu?” Jujur Fandi tidak mau ada yang mengetahui kalau ia menyukai Jingga. Fandi merasa malu di hari pertama ia sudah mulai menyukai seorang gadis.
“Uppss.. Sorry bro!” Riko memberi isyarat mengunci mulutnya.
Lalu Fandi dan Riko mengelilingi sekolah baru mereka dan mulai panik karena tak berhasil menemukan kantin. Kemudian Fandi memberi inisiatif untuk mengikuti rombongan siswi perempuan.
"Mending kita ikutin mereka, siapa tahu juga mau ke kantin." Usul Fandi yang memang sengaja biar bisa lebih lama memandang Jingga. Kebetulan ia juga melihat Jingga bergabung dengan rombongan itu.
"Ide bagus bro!" Jawab Riko sambil menjentikkan jarinya.
Mereka mulai berjalan mengikuti rombongan. Tidak lama kemudian Jingga dan teman-temannya masuk ke dalam kantin dan mengambil tempat duduk.
Fandi dan Riko sengaja memilih di pojokkan karena dekat jendela biar lebih sejuk. Mereka mencoba berbaur dengan teman-teman baru lainnya. Fandi dan Riko memesan nasi goreng. Riko memesan minuman soft drink dengan es kosong, sedangkan Fandi lebih memilih minum dengan air putih biasa.
Setelah selesai makan, mereka berdua langsung menuju kelas. Riko ingin bertanya kepada Fandi. Tapi ia bingung harus mulai darimana. Ia takut Fandi tersinggung dengan pertanyaannya.
“Ooh iya bro! lu tadi kok gak pesan minuman yang segar-segar gitu?” Riko mencoba bertanya dengan hati-hati. Biasanya kalau cuaca panas memang enaknya minum yang segar-segar, tapi berbeda dengan Fandi.
Fandi menghirup nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya dengan perlahan. Ia mencoba tenang untuk menjawab pertanyaan dari Riko.
“Itu karena gue gak mampu Rik.” Balas Fandi seadanya sembari tersenyum berat.
“Gak mampu maksud lu? Lu jelasin sama gue, sekarang kan lu sohib gue bro!” Riko meyakinkan Fandi agar ia mau berbagi cerita dengannya yang sekarang sudah resmi menjadi sahabat Fandi.
“Karena sekarang lu sohib gue. Gue bakal cerita. Gue anak yatim piatu, sekolah disini karena dapat beasiswa menang olimpiade tahun lalu. Gue sebatang kara, gak punya saudara, gak punya siapa-siapa. Kebetulan gue kerja di warung makan, jadi gue tinggal disitu dan dari situlah gue bisa jajan dan membiayai kehidupan sehari-hari. Makanya Rik gue lebih memilih minum air putih untuk menghemat pengeluaran.” Fandi menjelaskan kehidupannya secara detail kepada Riko sahabat barunya. Fandi tampak biasa menjelaskan kepada Riko bahkan ia tersenyum kecil. Namun Riko merasa terharu dan langsung merangkul Fandi.
“Sabar ya bro. Maafin gue terlalu banyak nanya.” Balas Riko yang merasa bersalah dengan mulutnya yang terlalu kepo.
“Mulai sekarang gue sahabat lu sekaligus saudara lu bro! Lu bisa minta tolong apapun sama gue.” Riko kembali meyakinkan Fandi.
Fandi lega Riko masih mau berteman dengannya. Selama ini ia membayangkan tidak akan mempunyai teman, karena latar belakangnya. Tapi Riko terlihat tulus berteman dengannya. Semoga persahabatan mereka awet.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
Terobos Media Chanel
salut buatmu rik......
2020-06-02
1
alda zainul
karakter riko ini pasti ada setiap sekolah haha..
cerewet, baik n hobI makan.. wkwk
2020-04-25
2