#6. Flash Back

Selama 2 tahun pernikahan mereka, bisa dihitung jari berapa kali mereka em el, dia pikir Erik suaminya saat itu saking sibuknya jadi tak bernafsu untuk melakukan kewajiban pasangan halal. Chelsea pun tak pernah menuntut.

Benar saja, Erik sangat sibuk berselingkuh, ia sudah kenyang duluan saat pulang ke rumah.

Chelsea bukan tipe yang ga peka, ia sering mendapati suaminya tertawa sendiri saat membalas pesan chat seseorang yang dia tak pernah penasaran dengan isi ponsel Erik.

Bahkan saat Erik mengaku tengah lembur di kantor karena dikejar deadline laporan, dia beberapa kali sengaja datang ke kantor, bukan untuk berpura pura mengantarkan makanan, ataupun berpura pura perhatian. Dia hanya ingin tau sejauh mana Erik menghargainya.

Namun nihil, dia tak pernah sekalipun mendapati Erik berada di kantor saat memberitahunya lembur di kantor.

Suatu hari saat Erik bilang ada kunjungan ke luar kota selama 2 hari, Chelsea mengikutinya. Karena dilarang bekerja, Chelsea punya banyak waktu, dia bahkan belum dianugerahi anak.

Perjalanan ke luar kota itu ternyata membawanya pada sebuah apartemen yang sangat dia hapal, masih di dalam kota. Luar kota apanya? Pikiran Chelsea langsung mengarah pada saudaranya yang tinggal di apartemen ini, yang ia ingat saat sebelum mereka menikah, saudaranya itu mati matian menghalangi mereka untuk bersatu, dengan alasan Erik adalah pria brengsek. Ternyata benar, Erik brengsek, tapi saudaranya lebih brengsek lagi, karena berani menginjak harga dirinya sebagai seorang istri. Siska, siska nama saudara brengseknya, tepatnya saudara se panti, bukan sedarah, dari kecil siska memang memiliki kecenderungan menginginkan barang milik orang lain, meski buluk sekalipun.

Chelsea sengaja bertamu, dia menekan bel, namun tidak berdiri di depan monitor pintu. Dia tekan beberapa kali karena tak kunjung di buka, sampai lewat beberapa menit.

Clek

"Siapa sih, ganggu aja ni ora...."

Seketika membatu

Erik ternyata yang membuka pintu, sedangkan Chelsea bersiap dengan kamera ponselnya.

cekrek

dalam keadaan shirtles, dan hanya mengenakan celana boxer, rambut acak acakan, tak lama seorang wanita menghampiri dengan hanya menggulung tubuh polosnya denga sprei putih sebatas dada, rambut panjang nya pun tak karuan.

cekrek

Chelsea terus membidik mereka berdua, lalu tanpa berkata apa apa dia langsung meninggalkan mereka.

Erik panik tentu saja

"Sayang... tunggu... sa.. sayang... aku bisa jelasin..."

Percuma mendengar penjelasan, toh keadaan mereka cukup menjelaskan bukan?

Hari itu masih terbilang pagi, karena waktu menunjukan pukul 10an, Chelsea segera melaju kearah pengadilan agama, dia langsung menggugat cerai suaminya dengan menyerahkan bukti bukti yang baru saja dia dapat.

'Checkmate'

gumamnya, sembari menyunggingkan senyum.

Dia yang tak pernah merasakan jatuh cinta, tak pernah sekalipun merasakan perasaan mendalam pada Erik, seperti kangen, khawatir, berdebar debar, bahkan saat di ranjang sekalipun.

Namun satu hal yang ia syukuri adalah, dia belum dikaruniai seorang anak, yang mungkin akan membuatnya dilema, dan menahan amarahnya demi anaknya. Tuhan Maha Adil, Dia mungkin belum mempercayakan seorang anak padanya, karena masalah seperti ini akan terjadi.

Tanpa menunggu proses yang lama, keputusan pengadilan pun langsung final, karena Chelsea menolak hadir dalam ruangan sidang, namun pengacaranya melakukan live streaming selama persidangan atas permintaannya. Dan dia menyaksikannya di kursi taman yang tak jauh dari kantor pengadilan agama.

Menyesal? ya, dia menyesal telah menyia nyiakan waktu mengurusi hal hal ga penting selama ini, seandainya dia tak terbujuk permintaan ibunya Erik untuk menikahinya karena usianya yang sudah renta, saat itu Erik gencar mengejarnya, bahkan mati matian membujuk ibunya yang menginginkan seorang menantu yang sopan, baik, kalau bisa kaya raya. Tentu saja Erik mengejarnya atas perintah kekasihnya, agar bisa menutupi hubungan terlarang mereka. Karena Siska tidak disukai oleh ibunya Erik karena penampilannya yang terbuka dan glamor.