Mendaki Gunung

Gael sangat bahagia karna kini cintanya di restui oleh ibunya Nilam.

Gael terus saja melamun.

"Berarti tinggal mendapatkan restu dari ayahnya Nilam , maka cinta kita tidak akan mengalami hambatan apapun ke depannya. Aku yakin Emak dan Bapak setuju jika aku nanti menikah dengan Nilam .

Untuk sekarang aku harus bersenang - senang dengan temanku , mendaki gunung sepuasnya. Setelah nanti aku punya istri berarti aku punya tanggung jawab yang besar untuk menjaga istriku.

Mungkin mimpiku untuk membiayai Emak dan Bapak naik haji harus aku lupakan jika aku ingin cepat menikah dengan Nilam. Kecuali aku bisa memikirkan cara lain untuk mendapatkan banyak uang.

Kenapa aku jadi bingung gini yah ? Cintaku di restui malah tambah bingung. Nikah mau, bahagiain orang tua juga mau. Hmmm."

Gael terus melamun saat duduk di taman kota Kembang. Ini sudah dua minggu sejak Gael menemui ibunya Nilam di rumahnya.

Tiba-tiba ada notifikasi pesan masuk. Itu adalah ajakan dari Abian untuk mendaki Gunung Geulis di Sumedang. Tentunya Gael sangat bersemangat untuk pergi kesana. Dia juga berencana ingin mengajak Aciel dan Rio kesana.

📱

"Siap besok yah Gael, Rio sama Arya juga ikut ," kata Abian.

"Oke.!"

Gael tak mempermasalahkan siapa saja yang ingin ikut yang penting happy. Abian memang hebat, fikiran dan hatinya seperti terhubung pada Gael yang merasa ingin naik Gunung. Atau mungkin hanya kebetulan saja karna mereka punya hobi yang sama.

Sebagai kekasih dan calon suami yang baik, Gael tak lupa mengabari Nilam bahwa dia akan pergi mendaki Gunung.

Pagi pun tiba, hari ini langit terlihat cerah. Gael sudah selesai Menyiapkan perlengkapan tenda , makanan dan yang lainnya. Kini dia siap berangkat menuju tempat pertemuan mereka di taman kota. Mereka akan berangkat bersama menaiki motor masing-masing.

"Hai bro, lama banget nih ibu rumah tangga. Nyuci baju berapa ember bu,?" tanya Abian pada Gael di iringi tawa lepasnya.

"Kesiangan bro, abis telfonan sama ayang sampe jam dua. Kamu sih gak punya ayang, jadi gak ada yang nelfon!" ledek Gael.

"Tenang aja, masih proses pendekatan," jawab Abian.

"Jangan lama-lama bro, takut di tikung orang," kata Gael sambil melirik Rio.

Sementara Aciel dan sepupunya si Arya hanya tertawa ria.

"Kita ke Gunung Geulis nih,? Udah pada siap semuanya,?" tanya Gael.

"Siap dong, kita balapan nyampe sana,?" ajak Abian .

"Ayo," jawab Aciel penuh semangat.

****

Setelah sampai di kaki Gunung Geulis , Gael, Abian, Rio, Aciel dan Arya mulai berjalan menuju puncak Gunung.

"Kita harus sampai di puncak sebelum malam yah kawan,!" seru Gael.

"Siap, semangat ,?" jawab Aciel.

"A, katanya di Sumedang banya pabrik tahu yah,?" tanya Arya.

"Iya dek, makanya jangan aneh kalau kamu ke Sumedang pasti kena macet. Kamu tau gak Kenapa,?" tanya Aciel.

"Gak tau," jawab Arya sambil ngos- ngosan dia menggeleng.

"Itu teh karna sering ada tahu yang tumpah ke jalan, makanya jalur Sumedang sering macet," kata Aciel dan di sambut suara Arya yang ber oh ria.

Sementara yang lainnya hanya menanggapi dengan menjunjukan senyum pepsodent dan menggelengkan kepala sambil ngos-ngosan.

Arya masih kelas tiga SMP, dia paling muda di antara yang lainnya.

Selama perjalanan mereka di sibukan dengan dokumentasi , berfoto dan merekam Vidio . Tak terasa matahari mulai akan terbenam. Beberapa dari mereka mengabadikan momen yang sangat indah.

Mereka baru sampai di pos ke tiga. Meskipun Gael sudah berniat untuk sampai di puncak gunung sebelum malam. Tapi dia merasa harus segera mendirikan tenda . Padahal tinggal sedikit lagi.

"Bro , kita harus buat tenda sekarang ,udah mau gelap. Besok kita lanjutin," ajak Gael.

"Oke," jawab Rio dan yang lainnya mulai mendirikan tenda.

Setelah selesai membuat tenda , malam pun tiba. Terdengar suara nyanyian burung malam di sekitar pohon dekat tenda. Seakan burung itu merasa bahagia mendapat tetangga manusia. Gael dan Abian jadi membicarakan tentang perlombaan burung kicau seminggu yang lalu.

"Wah suara burung nya bagus banget. Di jual pasti mahal nih," kata Gael

"Harga burung jalak suren juga sampai 500 ribu sekarang," kata Rio

"Itu yang suaranya biasa, kalau yang menang lomba bisa nyampe puluhan juta," kata Aciel.

"Masa sih,?" tanya Rio

"Iya, " kata Aciel. "Kalau gak mau mahal yah ternak sendiri,".

Abian ikut menimpali,"Kalau orang kaya mah pasti beli aja, gak mau ternak. Dia nyari burung yang kicau nya bagus, bahkan yang menang lomba. Kalau burungnya gak di jual dia pasti ngejar-ngejar terus,"kata Abian.

"Emang ada yah perlombaan burung gitu,?" tanya Rio.

"Ada di Warlob," kata Aciel.

"Oh di Warlob," jawab Rio.

Sementara Gael yang dari tadi merasakan perasaan yang aneh hanya diam saja. Dia masuk ke dalam tenda untuk membawa sesuatu. Tapi saat keluar dari tenda dia melihat sosok hitam besar dan tinggi sedang menunggu janjinya menuju puncak gunung.

Gael hanya diam , dia duduk di depan api unggun di depan tenda nya. Tak lama kemudian Abian pun datang dan duduk di sisi Gael. Mata abian tertuju ke arah mata Gael memandangi salah satu pohon.

"Astagfirulloh," Abian terlihat Kaget. "Kamu lihat kan tadi,?" tanya Abian pada Gael.

"Iya, anak kecil larinya cepet banget," jawab Gael. "Udah sana tidur , besok kita ke puncak. Udah ada yang nungguin kita buat sampai di sana," kata Gael.

"Oke," jawab Abian.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!