Seorang wanita paruh baya itu terlihat pucat. Kejadian dimana dia digilir beberapa orang saat masih berada di pelacuran kembali berkeliaran di kepalanya.
"Tidak! Jangan, ampun tuan!" Okta berteriak histeris ketakutan.
"Jangan lakukan. Tolong berhenti." Teriak Okta frustasi.
Karna tidak tahan dengan kepalanya yang terasa sudah sangat sakit, Okta pun keluar dari kamar dan melarikan diri lagi.
"Azka..." Okta memanggil nama anaknya di sepanjang lorong rumah sakit.
"Nafa." Seorang ibu yang kehilangan anak itu meraung, menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga kedua buah hatinya.
"Nyonya, anak anda pasti baik-baik saja, lebih baik sekarang kita kembali lagi keruangan anda." ucap seorang suster yang berhasil menemukan pasien nya saat tidak ada di singgasana.
"Tidak! Anakku pasti kelaparan. Bagaimana kalau anakku kesakitan sekarang. Anak ku..." Okta masih meraung.
Enzo melihat kejadian itu lagi.
"Bukan kah ibu ini kondisi mentalnya sedang tidak baik?" Tanya Enzo pada salah satu suster yang menangani pasien itu.
"Ya. Kami sudah mendatangkan psikiater setiap hari, karena keluarga dari ibu ini kekeuh ibunya di rawat disini." ucap suster pribadi wanita itu.
"Kalau boleh tau, apa yang terjadi pada ibu ini?" Tanya Enzo.
"Keluarga juga tidak memberi tau persis kejadiannya, oleh karena itu para dokter kesusahan memberi penanganan." ucap suster itu karna kesal dengan Leon yang menyembunyikan apa saja yang membuat ibu ini gila.
"Kenapa tidak dibawa kerumah sakit jiwa?" Gumam Enzo pada dirinya sendiri.
Enzo hanya menatap kepergian ibu itu dengan perasaan gundah. Ia sangat merindukan ibunya. Dan mengapa wajah ibu itu sangat mirip dengan ibunya?
"Kakak... Kakak..." Serra memanggil Enzo yang sedang melamun.
"Kakak." Panggil Serra lagi karena kakaknya masih saja di dunianya sendiri.
"Ck, Ada apa!" Pekik Enzo kesal karena di buat kaget sama kedatangan adiknya yang tiba-tiba dirumah sakit.
"Galak sekali! Aku datang atas perintah mu. Bahkan aku harus merelakan waktu belajar ku dengan pujaan hati ku." gerutu Serra yang kesal karena libur bertemu dengan pujaannya.
"Cuma sehari saja. Rewel banget kamu." Kini Enzo hanya bisa menggeleng mengingat kekuatan cinta adiknya.
"Aku baru berpisah satu jam dengannya, sekarang sudah kangen lagi." Serra merajuk.
"Lebay," seru Enzo.
"Ayo ikut kakak." Pinta Enzo.
"Kemana kak?" Tanya Serra.
"Aku mau memetik seluruh tubuh mu. Cuma memeriksa kesehatan mu." Ucap Enzo tidak ingin membuat khawatir.
"Aku sehat dan bugar. Aku baik-baik saja, jadi kakak pergi sana. Jangan mengganggu ku lagi, aku mau pulang. Dan meminta Leon datang mengajari ku lagi." Serra bersiap pergi setelah berucap.
"Kau mau kemana?" Enzo menarik tas belakang Serra yang mau pergi.
"Tentu saja pulang."
"Nanti dulu, kakak mau kau melakukan CT Scan." Enzo mencegah.
"Kak. Kakak ini tidak ridho ya, kalau aku jadi anak pintar? Kenapa kakak menghalangi niat aku belajar?" Kesal Serra.
"Periksa dulu baru pulang, cuma sebentar juga." Kini Enzo yang nge gas.
"Tapi kan aku udah pernah periksa seluruh tubuh, mengapa sekarang harus periksa lagi?" Serra kesal.
"Hanya untuk memastikan." Desak Enzo.
Ia harus memeriksa keadaan adiknya terus, ia takut terjadi apa-apa sama adiknya.
"Awas saja kalau lama." Mau tidak mau Serra harus mengalah dan mengikuti apa yang di inginkan kakaknya.
"Ya. Cuma sebentar." Ucap Enzo.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Berdo'a saja
kenapa semua jadi kena virus lupa diri, siapa sebenarnya yang melakukan dan untuk tujuan apa
2023-04-25
0