Pagi sekali Serra sudah bangun, seragam sudah ia pakai, tas sudah rapi di punggungnya.
Disebelah kanannya ada kotak bekal yang akan ia berikan untuk Leon. Serra mengambilnya dan memasukkannya ke dalam tas.
Mulai hari ini Serra tidak mau naik bis lagi. Serra memilih untuk jalan kaki saja. Ditangannya ada kertas cantik berisi rumus yang Leon buat.
Sepanjang perjalanan Serra mengulang apa yang sudah Leon tuliskan.
Serra menempuh perjalanan jauh, setengah jam lebih ia baru sampai sekolah. Sudah agak ramai disekolah.
Ara dan Nacita berangkat bersama, mereka menatap aneh pada Serra yang terlihat sangat serius menghafalkan.
"Apa dia kerasukan?" tanya Nacita pada Ara yang juga menatap Serra.
"Kenapa kamu berfikir begitu?" Tanya Ara yang tidak tau kalau Serra tidak pernah memegang buku.
"Ini adalah pertama kalinya ia belajar begitu gigih. Apa yang membuatnya berubah?" tanya Nacita pada dirinya sendiri.
Ara hanya diam mendengarkan.
Serra masih melakukan kegiatan seru yang baru ia mulai, belajar. Ara memperhatikan dengan teliti langkah Serra sampai memasuki kelas.
Bahkan sesekali Serra menabrak dinding di depannya karena terlalu fokus dengan bacaannya.
Jam istirahat pun begitu, Serra tidak pergi kekantin tapi malah masih sibuk menghafal rumusnya sambil memakan roti yang sudah ia siapkan dari rumah.
Nacita dan Ara menatap kearah Serra dengan penuh tanda tanya tanpa berniat mengganggu.
Karna jenuh, Nacita dan Ara pergi kekantin berdua tanpa adanya Serra.
"Ini neng, mie ayamnya. Es jeruk nya tunggu sebentar, ya." kata si penjaga kantin saat sudah sampai di meja makan Ara juga Nacita.
Nacita masih terlihat malas, sedangkan Ara memakan lahap mie dihadapannya karena memang ia sudah sangat lapar sekali.
"Cit, Nacita." Ara memanggil sambil noel noel kecil kaki Nacita.
Nacita yang dari tadi melamun pun kaget. "Hm... Ada apa?"
Nacita bertanya masih dengan ekspresi bingung nya.
"Kamu ini! Bagaimana bisa kamu melamun? Kenapa sih, ada apa? Apa yang kamu lamunin. Coba cerita sama aku." Ara bertanya dengan nada gemulai nya.
"Aku kesepian." ungkap Nacita sedih. Biasanya di saat seperti ini, Serra selalu membangunkan suasana dengan segala tindakan konyolnya.
"Kesepian kenapa? Habis diputuskan pacar? Tapi kayaknya ngga' deh.. Cewek model kayak kamu mana ada yang mau. Yang ada pada kabur semua cowok yang awalnya mau deketin kamu!" ucap Ara bercanda sambil meniup kuku jari kirinya.
"Ck. Dasar banci. Menyebalkan! Aku ini cewek cantik yang multifungsi!" teriak Nacita kesal karena dihina Lelaki gemulai ini.
Tapi sialnya hinaannya itu benar. Selama ini Nacita pengen punya pacar, tapi malahan tidak ada cowok yang mau dekat dengan dia.
"Bukan multifungsi, yang benar itu Multimedia!" ucap Ara tidak mau kalah.
"Kok multimedia? Multitalenta sayang....." ucap Nacita gemes sambil mencubit pipi Ara dengan keras.
"Aduh, sakit! Kau ini!" Ara geram saat Nacita telah menarik pipinya dengan keras, plus cubitannya yang subhanallah sakitnya luar biasa.
"Lihat, pipiku jadi merah semua. Kau tau, wajah ku ini adalah aset yang sangat berharga. Aku menyukai wajah ku yang cantik ini. Perawatan nya sangat sesuatu dan salon Syahrini lah yang bisa merawat nya. Kamu mah bisa apa." geram Ara kesal.
"Heleh, baru saja Syahrini. Aku mah sudah sering datang ke salon Bunda Marko." kata Nacita tidak mau kalah.
"Salon Bunda Marko?" Ara membeo memikirkan, apa ada salon bunda Marko?
"Iya. Salon Bunda Markonah." ucap Nacita sambil tergelak.
"Sial. Menyebalkan sekali. Memang ada salon Bunda Markonah." gerutu Ara sambil meremas kecil kuku jarinya.
"Ya jelas ada! Di jamin deh, kalau kamu keluar dari salon itu, kulit kamu akan jadi tambah glowing." kata Nacita bersemangat sambil tergelak.
"Ck, kenapa aku merasa ucapan mu itu sangat tidak meyakinkan sekali." Kini Ara menjadi sedikit kesal. Sepertinya Nacita sedang mempermainkannya.
"Percayalah padaku." Ucap Nacita sambil menyeruput es jeruk segar miliknya.
"Munafik percaya pada mu." jawab Ara galak. Dia tidak mau tertipu oleh gadis bar bar ini.
"Beneran, Lihat deh."
Nacita menunjukkan sebuah foto dari hpnya.
"Gimana ? Glowing bukan?" tanya Nacita dengan raut tanpa rasa bersalahnya.
Ara yang melihat wajah gosong pun naik pitam.
"NACITA!" Teriak Ara keras, sampai seluruh penghuni kantin yang masih pada asik makan menoleh melihat kearah mereka.
"Kau ini, berisik sekali." ucap Nacita berbisik sambil sedikit membungkukkan badannya guna meminta maaf pada orang yang merasa terganggu dengan teriakan Ara.
"Kamu yang mulai! Muka gosong kayak ban mobil dikira glowing. Nyebelin banget!" Teriak lagi, kini lebih menggelegar suaranya karena emosi nya yang terasa meledak-ledak.
"Ya ban mobil." ucap Nacita sambil sedikit tertawa melihat kemarahan Ara.
Sekarang Nacita sedikit faham kenapa Serra suka sekali bikin pak satpam marah. Ternyata rasanya menyenangkan, membuat naik turun emosi seseorang.
Lain kali Nacita akan mencobanya lagi, dan korbannya adalah Ara.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Berdo'a saja
menjahili si gemulai
2023-04-25
0
Novalina Purba
semangat Thor 😃 yg banyak up-nya💪💪
2022-04-12
2