Serra sampai kerumah dalam keadaan mengenaskan. Rambutnya berantakan tidak terbentuk lagi. Bajunya kusut karna ditarik oleh penumpang yang lain.
Wajahnya terkena polusi karna jendela bus yang dibuka lebar. Belum lagi bau badannya yang menyengat karna terkontaminasi oleh keringatnya dan bau makanan para pedagang tadi.
Leon sudah sampai disana duluan. Mengapa ?
Karna bis yang ditumpangi Serra selalu berhenti, dan menunggu penumpang keluar masuk.
Serra bahkan tidak sabar dan terus mengumpat sepanjang perjalanan, karna si supir berjalan sangat lambat.
Serra meniup poninya keatas saat sampai rumah.
"Anu.. Kau pasti sudah menunggu lama." ucap Serra ketika melihat Leon sudah duduk diatas sepedanya yang disenderkan ditembok depan rumahnya.
"Hm.." Singkat Leon.
"Maaf tadi bisnya..." ucap Serra terhenti ketika disela oleh Leon.
"Buka pintu nya." Leon memerintah.
"Iya.." Serra pun merogoh kunci rumah dan membukanya.
"Silahkan." Serra mengajak Leon masuk kemudian menutup pintunya kembali.
"Kau mau mandi dulu atau.." tanya Serra.
"Kamu saja yang mandi. Habis itu masakin aku. Aku tunggu disini." Leon memerintah yang langsung disetujui oleh Serra.
Sambil menunggu, Leon melihat rumah sederhana yang ada di sana.
Leon tersenyum melihat foto ibu angkatnya yang juga terpajang disana.
Leon mengusap foto ibunya yang masih terlihat sangat muda.
"Kamu mau makan apa." Kata Serra yang entah kapan berada disana.
"Seadanya." ucap Leon kemudian mengembalikan bingkai foto yang tadi dilihatnya.
"Itu ibuku. Mirip dengan ku bukan?" Ucap Serra sambil menunjukkan senyum khasnya.
"Hm.."
Setelah makan siang, mereka pun memulai acara belajar mereka. Leon membuka buku pelajaran Serra dan menulis sebuah soal dasar matematika disana. Itu adalah soal paling sederhana dan mudah.
Serra pun melihat Soal yang diberikan Leon, dan mengambil pensil Doraemonnya dari tangan Leon.
Serra hanya menatap. Mau difikirkan lebih dalam lagi, tetap saja jawabannya sama. 'TIDAK TAU!'
Leon menatap tajam pada Serra, soal paling mudah pun tidak bisa ia selesaikan.
"Apa yang kau lakukan disekolah? Sebentar lagi ujian. Dan soal yang aku berikan adalah soal sederhana saat kelas satu." Kata Leon. Serra hanya mendengarkan ceramah Leon dengan khidmat.
Leon kemudian mengambil detik-detik matematika milik Serra dan menandai beberapa poin-poinnya.
"Kau punya laptop?" tanya Leon pada Serra.
"Kakak ku punya. Akan aku ambilkan." Serra kemudian berdiri dari duduknya, dan menuju kamar kakaknya.
Setelah dapat Serra langsung membawa laptop milik kakaknya keruang tengah.
"Kau punya mesin printer?" tanya Leon lagi saat Serra sudah sampai diruang tengah.
"Ya." Dengan segera Serra mengambilkan apa yang dibutuhkan Leon.
Setelah selesai membuat jadwal, Leon segera memprint agar Serra bisa dengan mudah mengikutinya.
"Ujian tidak lama lagi. Aku pastikan kau hafal rumus matematika minggu ini." ucap Leon yang membuat Serra mengangguk.
Leon mengajari Serra bagaimana cara menyelesaikan rumus pertama.
Setelah dijelaskan diulang lebih dari sepuluh kali Serra baru faham dan hanya bisa menyelesaikan satu soal.
"Yeay.... Benar!" Serra girang, ini adalah pertama kali ia bisa mengerjakan soal matematika.
Serra sedang senang, sedangkan Leon menghela nafas berat. Sepertinya Leon harus bersabar mengajari gadis otak dikit ini.
Anak normal bisa faham sekali penjelasan atau dua kali karna memang soal itu hanya sederhana. Tapi khusus murid kayak Serra harus berkali-kali baru faham.
"Hoam..." Serra menguap saat Leon menjelaskan materi kedua.
Leon kesal sekali karna baru satu jam Serra sudah mengantuk.
"Tidak besok saja." pinta Serra yang langsung mendapatkan hadiah sebuah jitakan kecil di dahi Serra.
"Auh... Sakit!" Serra sangat kesal saat Leon menunjukkan tampang tidak perduli saat ia sedang kesakitan.
"Pemalas." Ucap Leon kesal.
"Aku anak yang rajin." Kata Serra tidak terima.
"Oh ya." ucap Leon dengan tatapan penuh mengintimidasi.
"Jam 7:15 pas baru sampai sekolah. Kalau ada pr tidak pernah dikerjakan. Menerima hukuman adalah keahlian mu. Kau mau bilang kalau kau anak yang rajin? Julukan itu sangat tidak pantas untuk kamu." Ucap Leon tegas dengan tatapan tajam.
Setelah Serra menemuinya, Leon langsung menyelidiki semua tentang dia.
"K..Kau bagaimana bisa tau?" tanya Serra malu, ternyata pujaannya mengetahui semua tentangnya.
"Aku jenius. Aku bisa apa saja." kata Leon mulai kelihatan kalau sifat sombong juga melekat dalam dirinya.
"Kau benar." ucap Serra tertawa. Serra membenarkan semua yang dikatakan Leon.
"Cepat kerjakan!" gertak Leon.
"I.. Iya." Serra tergagap.
Seperti sebelumnya, Serra tidak bisa mengerjakannya. Dan Leon sepertinya harus lebih bersabar lagi menghadapi gadis bodoh ini.
Akhirnya Leon menjelaskan berulang lagi agar Serra faham.
Waktu terasa cepat berlalu, mentari sudah tidak terlihat sendari tadi. Hari mulai malam. Dan Serra hanya baru menyelesaikan tiga soal.
"Sepertinya kau harus melupakan impian mu untuk mendapat nilai yang bagus." Kata Leon kemudian.
"Kenapa kamu bilang kayak gitu!" Serra marah tidak terima.
"Baru belajar soal sederhana saja satu hari. Kapan kau menguasai semua soal." ucap Leon yang tidak bisa dibantah Serra karna itu semua benar.
"Jangan bilang seperti itu. Kau mematahkan semangat ku." ucap Serra agak bergetar. Serra merasa tidak berguna sama sekali.
"Kalau begitu tunjukkan padaku. Kertas ini adalah jadwal yang harus kamu ikuti selama dua bulan penuh." Ucap Leon masih dengan tegas. Ia tidak mau berbelas kasih agar gadis dihadapannya ini tidak berleha-leha.
"Rumus ini harus kamu hafal minggu depan. Senin depan harus setor padaku! Dan harus benar semua!" Kata Leon lagi sambil memberikan sebuah kertas dengan isi berbagai rumus matematika untuk anak SMA.
"Dan ini adalah beberapa kata dasar bahasa Inggris. Minggu depannya lagi baru kau menghafalkan nya setelah selesai dengan rumus mu!" tambah Leon.
Serra hanya menatap deretan kertas yang begitu banyak, semoga Serra tidak stres dan masuk rumah sakit setelah mempelajari semuanya.
Seperti kesepakatan, Serra memasak lagi makan malam untuk Leon.
"Kau belajar masak dari siapa?" tanya Leon. Pasalnya, ibu angkatnya berpisah dengan Serra saat usia Serra masih sangat kecil.
Leon sangat penasaran bagaimana bisa Serra jago membuat rasa makanan yang sama persis seperti buatan ibunya.
"Aku hanya mengira-ngira, seberapa bumbu yang harus dimasukkan. Kakak ku selalu bekerja sepanjang hari. Minimal aku harus bisa memasak untuk mengurangi bebannya. Walau setiap pagi selalu telat bangun." Ucap Serra bergetar.
"Selama ini aku selalu merepotkan kakak ku tanpa pernah membuatnya bangga." Tambah Serra lagi.
Serra menghapus cairan bening yang membasahi pipinya. Serra tidak tau, mengapa ia belakangan ini jadi cengeng sekali.
Merasa sebagai orang yang tidak berguna sangat melukai hatinya, dan perlahan mengikis rasa percaya dirinya.
Belum lagi sifat cerobohnya yang bisa saja merugikan orang lain.
"Itulah mengapa aku butuh bantuan mu. Aku akan berjuang sekeras apapun itu. Aku akan menuruti semua perintah mu. Ku mohon, buatlah sampah masyarakat ini berguna bagi orang banyak." ucap Serra masih dengan tangisannya.
Leon tidak tega melihat itu. Leon menunda memasukkan lauk ke mulutnya dan mendekati Serra.
Leon memeluk tubuh rapuh itu yang seakan bisa roboh kapan saja.
"Aku akan membantu mu." ucap Leon sambil mengelus kepala Serra.
Serra membalas pelukan yang Leon berikan padanya lebih erat lagi seakan tidak mau dilepas.
"Aku beruntung bertemu dengan mu, Leon." batin Serra dalam hati.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Berdo'a saja
iyaaa Leon sudah mau peluk duluan tuh
2023-04-25
0
Mawar (alwah)
ngpe tx ad lanjutan ny thor
2022-04-06
2
Novalina Purba
lanjut Thor, buat Leon bucin akut😂
2022-04-03
2