"Leon." Serra memanggil tapi hanya berbisik pelan.
Namun Leon yang sedang berada di ujung sana tidak mendengar sama sekali.
Di kelas Serra, saat istirahat akan sepi karna penghuninya akan keluar semua.
Berbeda dengan kelas favorit. Para penunggu kelas IPA 1 adalah mereka yang rajin dan tidak akan menyia-nyiakan waktu.
Itulah mengapa Serra kesulitan memanggil Leon, karna takut mengganggu belajar siswa yang lainnya.
Serra kemudian mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk memanggil Leon. Serra melihat kerikil kecil yang berada di pojok samping pot bunga.
Dengan segera Serra mengambil krikil itu dan melemparkannya tepat diatas meja Leon.
Leon sangat kaget saat benda kecil itu mendarat diatas buku yang dibacanya.
Leon pun melirik kearah Serra yang melambaikan tangannya didepan pintu. Leon beranjak dari duduknya untuk menemuinya.
Leon melipatkan tangannya didepan dada, ia menatap gadis kecil dihadapannya dengan tatapan 'Mau apa.' seperti itu arti tatapan Leon.
"Leon, kapan kau akan berangkat olimpiade?" tanya Serra pelan.
"Jam istirahat kedua." ucap Leon singkat padat dan jelas.
"Ini, aku membawa bekal untuk makan siang. Aku buat ini khusus untuk mu. Dimakan, ya." Kata Serra sambil menyondorkan sebuah kotak bekal makanan.
Leon tidak menjawab dan hanya menerimanya.
"Oh ya. Ini. Aku membuat gelang ini dengan tangan ku sendiri. Semoga kau menang, ya." Ucap Serra sambil menaruh gelang itu ditangan kiri Leon.
Serra masih memegang tangan Leon dan menatap hasil karyanya yang terlihat pas sekali dipakai pujaannya.
"Cocok." Satu kata yang diucapkan Serra yang mampu menarik perhatian Leon untuk melihat juga gelang yang dipakaikan untuk nya.
"Anggap saja ini adalah jimat keberuntungan mu. Dengan ini kau akan mendapatkan kebahagiaan." ucap Serra dengan senyum menawannya.
Leon hanya terdiam tanpa berniat menjawabnya.
Setelah tangannya di lepas, Leon beranjak kembali kedalam kelasnya.
Luna and the geng yang melihat adegan itu, mereka sangat iri melihat kedekatan keduanya.
Luna mengepalkan tangannya kuat. Tidak akan ia biarkan siapapun merebut Leon darinya. Apalagi si bodoh Serra.
"Aku akan memberikan perhitungan padamu, bocah bodoh." ucap Luna sambil mengajak kedua temannya pergi dari sana.
Kimi sama Meta terlihat mengusap bahu Luna, berharap bisa memberikan ketenangan untuk temannya itu.
🍑🍑🍑🍑
Sesuai jadwal, Leon akan berangkat Olimpiade Nasional. Leon diantar menggunakan mobil, karna memang ia adalah siswa kesayangan sekolahan.
Dalam perjalanan, Leon membuka bekal yang disiapkan oleh Serra. Leon sedikit mencicipinya.
Air mata Leon langsung menetes begitu saja, masakannya sangat lah enak, rasanya sama dengan buatan ibu angkatnya.
Bukan tanpa alasan Leon membiarkan Serra mendekatinya, itu semua karna Serra sangat mirip dengan ibu angkatnya.
Leon sudah menyelidiki semuanya. Namun yang masih membuatnya bingung, mengapa ibu angkatnya itu statusnya meninggal?
Sebenarnya apa yang telah terjadi saat itu?
Leon pun memakan makan siang nya dengan lahap sambil memikirkan kemungkinan apa saja yang sedang terjadi saat itu?
Sesampainya di sana, Leon bertemu dengan Rivalnya, Gavin.
"Kau sudah datang?" tanya Gavin basa basi.
Selama ini, Leon selalu juara satu, dan Gavin akan menyandang juara dua.
Gavin sangat iri dengan kepintaran Leon. Ia ingin sesekali mendapat kan juara satu. Namun kemampuan nya tidak sehebat Leon. Jadi ia harus berbesar hati untuk mendapatkan juara dua.
"Ayo kita masuk bersama." ajak Gavin, Leon pun menyetujuinya karena memang akan lebih baik kalau mereka masuk bareng.
"Tumben kau memakai gelang." Gavin heran melihat tangan Leon yang tidak biasanya, dilingkari gelang.
"Hm.." Kata Leon singkat sambil sedikit menyembunyikan tangan kirinya agar tidak terlihat.
"Tidak perlu malu. Pasti dari seseorang yang spesial, ya." Gavin berkata sambil tergelak.
Leon hanya membuang muka kearah berlawanan agar tidak terlihat kalau ia sedang malu.
Gavin tidak heran lagi kalau banyak yang mengidolakan Leon, walau ia juga cowok, tapi ia juga mengakui ketampanan Leon.
Namun tiba-tiba ada seorang pria yang menabrak Leon hingga membuat Leon terpental menabrak pintu disampingnya.
"Maaf aku terburu-buru." kata pria itu sambil melanjutkan berlarinya.
Leon hanya menatap kesal kearah pria itu karena tidak hati-hati.
Saat Leon mau berdiri, Leon dikejutkan dengan tangan nya yang tidak bisa ditarik. Ternyata gelangnya nyangkut dipintu.
Leon berusaha menarik gelang itu, tapi tidak bisa.
Gavin yang mengetahui itu juga berusaha menariknya, namun usahanya sia-sia.
"Gelang ini terbuat dari apa? Mengapa tidak bisa diputus?" Gavin terheran, bahan apa yang digunakan untuk pembuatan gelang warna hitam itu.
Leon tidak menjawab dan masih berusaha melepaskan gelang itu dari tangannya. Namun Leon tidak bisa membukanya.
"Ck, gelang apa sih ini!" Leon geram sekali. Dasar gelang pembawa sial.
"Mungkin pembuatan nya dari baja." Sela Gavin.
"Leon, Lomba akan dimulai sebentar lagi, aku kesana duluan, ya." Ucap Gavin.
Gavin kemudian meninggalkan Leon sendirian yang masih berusaha melepas gelang terkutuk itu.
Karna kesal, Leon menarik dengan sekuat tenaga. Akhirnya ia bisa melepaskan gelang itu dari jepitan pintu. Namun, Leon harus menghantam sebuah tangga yang tadi baru saja digunakan oleh tukang untuk menempelkan banner.
Tubuh Leon langsung tertimpa tangga itu. Hari ini adalah hari paling sial yang pernah dijalaninya.
Leon menatap gelang yang masih menempel ditangannya.
"Semua karena gelang ini." gerutunya.
🍑🍑🍑🍑
Pagi harinya, Leon berangkat ke sekolah lewat belakang, ia berencana menghindari Serra agar tidak tertimpa kesialan lagi.
Leon mengintip kearah dimana Serra menunggunya ditempat biasanya. Dan benar saja. Serra sekarang berada disana, menunggu kedatangannya.
Saat jam istirahat, Leon dipanggil keruang guru. Itulah mengapa Serra tidak menemukannya dikelasnya.
"Kau kemana saja hari ini, kenapa kau tidak ada ditempat Lomba?" Seorang guru mapel Fisika memarahinya.
Tidak biasanya Leon melakukan kesalahan besar seperti ini.
"Maafkan saya, pak." Sesal Leon.
"Ya sudah. Lain kali kalau ada apa-apa bilang sama bapak, ya."
Guru itu memaafkan Leon karna Leon sudah banyak membawa piala kemenangan untuk sekolah, ia memaklumi. Pasti terjadi sesuatu disana.
"Kau terluka ? Apa kau terjatuh disana?" guru itu bertanya saat melihat luka diwajah mulus murid nya.
"Bukan apa-apa. Hanya terkena sial." Ucap Leon.
"Baiklah, kamu kalau merasa sakit besok bisa tidak berangkat ke sekolah. Akan bapak izin kan ke wali murid mu. Kamu bisa istirahat dirumah dulu. Pulihkan diri mu baru sekolah lagi." ucap guru Fisika seakan tidak rela kalau murid kesayangan nya ini sampai terjatuh sakit.
"Ya, pak." Ucap Leon sambil berpamitan untuk pergi keluar ruangan.
Sepanjang perjalanan menuju kelasnya, Leon menggerutu kesal. Mulai hari ini ia tidak mau terlibat lebih jauh dengan gadis bodoh itu.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Berdo'a saja
gara gara Serra
2023-04-21
0