Kala itu, seorang wanita lusuh sedang mencari sampah yang bisa di daur ulang. Wanita itu bernama Okta.
Dia dulunya adalah anak dari orang kaya. Semenjak menikah dengan suaminya, ia semakin bahagia karena selalu mendapatkan banyak cinta dari suaminya.
Namun, penderitaan dimulai saat perusahaan suaminya mengalami kolaps dan bangkrut. Kejadian itu membuat suaminya stres dan meninggal.
Dulu, Okta sangatlah cantik. Walau jarang pakai make up, tapi Okta sudah terlihat cantik karna dirawat.
Sekarang kulit Okta menjadi gelap dan kusam. Untuk menyambung hidup, Okta memungut sampah.
Cuaca terik yang seakan membakar tubuhnya, tidak membuat semangatnya nya surut.
Kota metropolitan di iklim tropis itu, di sanalah Okta menyambung hidup. Dia punya anak laki-laki berusia 9 tahun yang menunggu kepulangan nya.
Okta juga punya anak perempuan yang saat itu masih bayi.
Setelah pulang sekolah, Azka yang akan menjaga adiknya.
Dan saat Azka sudah dirumah, Okta akan bekerja sampai malam untuk membeli sesuap nasi.
Azka kecil sangat suka membaca. Sesekali ia mencari buku yang sudah dibuang tapi masih layak baca.
Arka sangat tertarik melihat beberapa buku tentang medis.
Disampul buku itu, terlihat seorang dokter memakai jas nya dengan gaya yang keren.
Azka membatin, pasti aku akan terlihat keren memakai baju seperti itu.
Namun, beberapa tahun kemudian, kabar buruk menimpa Azka.
Ibunya menjadi salah satu korban saat terjadi kebakaran. Ibunya berada disana ketika mau mengambil sampah.
Azka saat itu sudah besar, dan sekolah dengan beasiswa, dan Nafa sudah berumur 7 tahun.
Tapi, apakah benar ibunya menjadi korban kebakaran saat itu?
Beberapa orang berpakaian hitam mendekati mereka dan menyuntikkan sesuatu pada mereka. Azka dan adiknya langsung tidak sadarkan diri saat itu juga.
"Dimana ini?" tanya Azka pada dirinya sendiri saat ia berada disebuah tempat yang kumuh.
Itu adalah rumahnya sendiri. Tapi sayang, ia tidak mengingatnya sama sekali.
Azka melihat gadis kecil yang juga ada disana.
"Siapa dia?" tanya Azka saat melihat gadis itu.
Tak lama kemudian, gadis itu bergeliat dan bangun.
"Siapa kau?" gadis itu bertanya pada lelaki yang berbeda disana.
Azka kikuk. Ia sendiri lupa siapa namanya.
"Enzo." entah mengapa nama itu yang terlintas di kepala nya.
Gadis itu masih merasa sangat pusing kepalanya.
"Siapa namaku? Mengapa, aku ada di tempat ini bersama mu?" gadis itu bertanya.
Sebelum menjawab, Azka menelusuri tempat yang sekarang ia tempati. Azka kemudian menemukan sebuah kartu keluarga.
Enzo Razkacila Aditya.
Serra Safira Dwi Adinafa.
"Serra, namamu Serra." Ucap Enzo kemudian, karna memang nama mereka ada disana.
Mereka dapat kabar kalau ibu mereka menjadi korban kebakaran dan mayatnya menghitam semua karna dilahap si jago merah.
Enzo bisa tau bagaimana wajah ibunya karna Okta, menyimpan beberapa dokumen saat ia masih kaya. Termasuk foto kedua orang tuanya yang selalu mesra.
🍑🍑🍑
Azka, yang merasa dirinya Enzo, sejak menjadi kepala keluarga, ia selalu bekerja keras bahkan lupa membahagiakan diri nya.
Enzo selalu bekerja keras saat di bangku sekolah ataupun di saat terjun dimasyarakat.
Mimpinya memang menjadi dokter. Enzo mendapatkan beasiswa untuk sekolahnya. Sedangkan Serra, karna kebodohannya, Enzo harus membayar kontan setiap semester.
Untung nya Serra punya Kartu Indonesia Pintar sehingga selalu diberi uang sama pemerintah, walau tidak sering.
Yang selalu Enzo lakukan setiap hari hanya bekerja dan belajar.
Ia ingin adiknya hidup enak tanpa merasakan kekurangan lagi, apalagi hidup menyedihkan dijalanan.
Mengingat masa kesulitan saat mereka mencari sesuap nasi, Enzo selalu memberi makan pada setiap gelandangan atau para anak jalanan yang ditemuinya.
"Terima kasih..."
"Terima kasih..."
Beberapa dari mereka ada hanya menerima dan langsung memakannya karna merasa sangat kelaparan.
Enzo selalu menangis saat melihat para pemulung yang kelelahan. Bahkan ada yang babak belur karna dihajar sama para pemabuk yang tidak tau diri.
Enzo sangat bersyukur, berkat kerja kerasnya, kehidupan adiknya baik-baik saja.
Jakarta adalah kota besar dengan tingkat kesenjangan yang sangat tinggi.
Yang kaya semakin kaya, dan yang miskin tambah miskin.
Itulah mengapa, kadang terdapat gedung mewah yang bersebelahan dengan gubuk tua hampir roboh akibat dari kesenjangan sosial.
Tak jarang pula, para gelandangan yang haus akan nafsu akan memperkosa siapapun yang lewat dihadapannya.
Siapa juga yang mau sama gelandangan?
Enzo, keuangan nya tidak lah seberapa. Karna ia harus membiayai sekolah adiknya, Enzo tidak pernah berfikir untuk berkencan.
Gaji dokter memang banyak, tapi biaya hidup dikota besar tidak lah sedikit.
Enzo hanya menyisihkan beberapa uangnya saja untuk biaya kuliah adiknya nanti. Juga menabung untuk jaga-jaga kalau adiknya akan menikah.
Enzo pernah memikirkan dirinya sendiri?
Tidak!
Bahkan Enzo sengaja tidak berkencan agar uang yang ia kumpulkan tidak berkurang untuk membelanjakan sang kekasih.
Sampai usianya yang begitu matang, Enzo tidak pernah berfikir untuk menikah.
Fokusnya hanya satu. Hidupnya untuk adiknya. Keberadaan nya adalah untuk memastikan adiknya baik-baik saja.
Apalagi setiap wanita yang Enzo kenal, selalu meminta materi. Yang paling sering adalah si cewek mengajak si cowok belanja.
Cewek yang ngajak, cowok yang bayar.
Itu juga salah satu alasan mengapa Enzo belum tertarik pada wanita.
Hanya adiknya saja. Gadis kecil sederhana dan apa adanya.
Adiknya tidak akan membeli baju baru kalau bukan Enzo yang belikan.
Jika saja ada seorang gadis yang mempunyai sifat persis seperti adiknya, Enzo akan meminang dan melamarnya secara sederhana. Namun tetap harus romantis dan berkesan.
Enzo saat itu sedang berada ditempat kumuh dimana ia pertama kali membuka mata disana bersama adiknya, Serra.
Jika saja Enzo punya uang yang banyak, ia akan merobohkan gubuk kecil itu dan membangun istana yang megah disana.
Uang yang Enzo miliki belum cukup untuk membeli rumah.
Rumah kecil sederhana yang mereka tempati itu masih kontrak.
Enzo pernah memeriksakan kondisi nya. Mengapa ia dan adiknya bisa tidak mengingat apapun.
Seorang ilmuan berkata kalau dalam darahnya terdapat Zat berbahaya yang bisa membuatnya hilang ingatan.
Enzo berkata, "apa bisa disembuhkan ?"
"Serum ini belum ada penawar nya. Bahkan pembuatnya pun aku ragu, bisa membuat penawar nya atau tidak." Kata ilmuan hebat itu.
Diwaktu luangnya, Enzo selalu mempelajari jenis zat apa yang berada didalam serum itu.
Tapi nihil, sepertinya ia harus memiliki uang yang banyak untuk menyewa ilmuwan paling hebat untuk meneliti nya lebih lanjut.
Enzo sebenarnya tidak apa-apa kalau hanya dia yang disuntikkan serum itu.
Tapi, adiknya juga disuntik. Yang ia takutkan adalah bagaimana kalau dalam tubuh Serra yang lemah, zat berbahaya itu semakin mengikis kesehatan nya.
Apalagi adiknya itu masih sangat muda.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Berdo'a saja
ga cuma Leon saja yang jadi korban penyuntikan
2023-04-16
0
Kaspo Kaspo
bagus.. kebanyakan narasi
2022-08-13
1