-
"Serra, ayo kekantin." Ara, pria gemulai itu mengajak Serra saat jam istirahat sudah berbunyi.
"Aku belum lapar." ucap Serra sambil mengunyah cemilan yang sengaja ia bawa dari rumah.
"Ya sudah kalau begitu, kami kekantin ya." Kata Nacita yang juga ada disana.
"Hm.. Oke." Ucap Serra.
Kelas terlihat sepi saat jam istirahat. Karena para siswa dibawah rata-rata, seperti Serra dan para temannya, lebih suka menghabiskan waktu untuk bermain dari pada belajar.
Namun kini Serra sudah punya tekad kuat untuk berubah.
"Aku harus belajar!" Serra kemudian mengeluarkan buku bahasa Indonesia yang merupakan mata pelajaran selanjutnya.
"Oke. Semangat Serra!" Serra kemudian membaca buku ditangannya.
Namun baru beberapa detik,
"Hoam...." Serra menguap, dirinya merasa mengantuk.
"Apa aku sedang membaca Novel? Ini membuatku pusing dan membosankan. Kenapa paragrafnya banyak sekali." gerutu Serra sambil menaruh kepalanya diatas meja.
.
.
.
.
Jam istirahat kedua pun berkumandang. Kali ini Serra keluar kelas.
"Ternyata memang mudah memberi semangat pada diri sendiri saat memulai sesuatu, tapi..." Kata Serra terhenti saat melihat Leon sedang berjalan dengan cool.
Serra melihat itu tanpa berkedip.
"Baiklah, Leon. Sebelum aku menaklukkan mu aku tidak akan berhenti belajar!" Kata Serra bersemangat lagi.
Serra kemudian mau melangkah kembali kekelas, namun ia berlari terbirit-birit menuju arah yang berbeda saat melihat geng Luna.
" Apa aku harus melarikan diri dari mereka setiap hari??" gerutu Serra sambil melangkahkan kakinya lebar.
Ditengah jalan, Serra bertemu dengan Leon.
Serra langsung mengerem kakinya yang masih berlari. Ia berhenti di depan Leon dengan suara terengah-engah.
Seperti biasa, Leon melipat tangannya di depan dada dan menatap tajam Serra yang tidak pernah kapok mengganggunya.
" Kau ini," geram Leon.
"Oh, ya tuhan. Aku bertemu dengan pria tampan lagi." ucap Serra girang. Sekarang dia lebih percaya diri.
Leon memutar bola matanya jengah. Serra menunjukkan senyum paling menawannya dan memeluk lengan Leon erat.
"Ayolah Leon, jangan terlalu mengabaikan ku. Jangan membenci ku, nanti jadi bucin loh." Serra memperingati sambil mengedipkan sebelah matanya.
Leon bergidik geli melihatnya, namun tidak mencegah tangan Serra yang masih bergelayut manja di lengan kokohnya.
Aneh sekali, padahal biasanya kalau ada gadis yang menyentuhnya sedikit saja Leon sudah sangat kesal dan mencapakkanya.
Lalu, bagaimana bisa Serra hanya ia biarkan ? sepertinya ia harus periksa dulu ke psikiater.
"Enyah lah kau dari hadapan ku." kata Leon sambil beranjak pergi.
Namun Serra tidak membiarkannya. Serra yang masih bermanja dilengan Leon, mengikuti langkah kemana ia pergi.
"Ku dengar kau akan mengikuti olimpiade lagi, ya.?" tanya Serra.
Memang itu yang sekarang sedang menjadi bahan perbincangan anak-anak.
"Hm..." jawab Leon singkat, padat, dan jelas.
Serra manggut-manggut mendengar itu.
"Kapan lombanya?" tanya Serra lagi.
"Besok." Leon berkata sambil berusaha melepas cekraman Serra.
"Kau itu keren sekali. Idola semua siswa dan guru." puji Serra menunjukkan senyum sejuta watt.
"Ck, tidak usah membual. Sana pergi." ucap Leon. Ia mulai jengah dengan kelakuan labil gadis bodoh ini.
"Oke oke. Baiklah aku akan pergi. Tapi aku butuh energi untuk belajar lagi. Jadi aku mau minta izin untuk menambah energi ku." kata Serra.
"Buat apa kau meminta izin padaku?" kini Leon waspada, kenapa dengan gadis gila yang senyum-senyum sendiri di hadapannya.
"Kau mengizinkan aku, bukan,?" Serra bertanya sambil mengelus pelan telinga bersih yang menempel di tubuh sempurna Leon.
Leon meremang merasakan sentuhan itu.
"Pergilah." Leon mencoba mengusir gadis ini agar kejadian tadi pagi tidak terulang lagi.
"Karna kau tidak menolak, aku anggap kau mengizinkan ku." kata Serra dengan senyum devil khas miliknya.
Leon sedikit ngeri melihatnya, namun..
Cup
Serra pengecup pelan bibir milik Leon, hanya menempel lalu Serra tarik lagi.
Serra merasa puas kemudian menunjukkan senyum manisnya.
"Semoga hari mu menyenangkan, Leon." Serra berkata sambil mengelus pelan kepala Leon.
Kemudian Serra melangkah meninggalkan tempat itu.
Leon menatap kepergian Serra dengan perasaan campur aduk. Salah satu tangan Leon menyentuh bibirnya, tanpa sadar.
"Ck, aku bisa gila." gerutunya sambil berjalan masuk kedalam kelas.
"My Leon." Teriak Serra diujung sana.
Leon menghentikan langkahnya dan hanya melihat datar kearahnya.
"I Love you." ucap Serra sambil menunjukkan deretan giginya yang putih, tak lupa pula tangannya membentuk hati menggantung diudara. Menunjukkan cinta yang besar untuknya.
Kejadian itu dilihat beberapa siswa yang lewat dan membuat Leon malu bukan kepalang.
Leon menjauhi tempat itu sambil menggerutu. Dirinya yang terbiasa perfect, kini citranya sedikit ternoda karna ulah rusuh penggemar yang baru diketahuinya itu.
"Bye bye." Serra berkata sambil melambaikan tangannya sampai Leon tidak terlihat lagi dari pandangannya.
Serra kemudian kembali kekelasnya dengan perasaan gembira.
"Aku akan bersemangat dalam pelajaran terakhir ini." Ucapnya sebelum memasuki kelasnya.
Sedangkan ditempat lain.
"Dad, aku ingin terjun langsung keperusahaan mulai besok. Bolehkan dad ?" Kata lelaki seusia Leon.
"Tidakkah kau ingin sesudah Ujian Nasional saja? Sebentar lagi kau menghadapi tantangan terakhir anak SMA. Apakah itu tidak mengganggu waktu belajar mu ?" tanya ayahnya yang walau sudah terlihat tua, wajahnya masih mulus tanpa kerutan.
Lelaki itu memikirkan kata-kata ayahnya. Ayahnya benar, terjun diperusahaan akan menyita waktunya, ia akan memiliki sedikit waktu belajar.
"Baiklah dad. Sudah aku putuskan." Kata lelaki itu.
"Apa yang menjadi pilihan mu, boy?." tanya ayahnya sambil menatap lekat anaknya yang sangat menjiplak wajahnya yang tampan.
"Aku akan belajar keras. Jika kak Leon ada dikota ini. Pasti kak Leon akan mendapatkan nilai yang sangat tinggi. Siapa tau aku bisa menemukannya, dad." kata lelaki seusia Leon itu.
Orang yang dipanggil daddy itu sangat sedih mendengarnya.
"Saudara kembar mu pasti baik-baik saja." Ucap pria paruh baya itu.
"Ya dad. Aku tau." Ucap sang anak sambil mengambil beberapa cemilan untuk dia dan Daddynya.
"Oh ya dad. Apa luka tembak daddy sudah sembuh?" tanyanya sambil memakan cemilannya, beberapa muncrat kemeja.
"Pelan-pelan saja, boy." ucap pria itu sambil membersihkan meja yang kotor akibat ulah putranya.
"Sorry dad. Aku terlalu bersemangat." sesal si anak.
"Luka daddy sudah membaik, daddy dapat pertolongan pertama dari gadis cantik seusia mu. Kau mau daddy jodohkan dengan gadis itu?" kata Rafa. Ya, pria yang sudah ditolong oleh Serra.
"No dad. Aku tidak akan menikah sebelum bertemu para saudaraku." si anak kemudian beranjak pergi meninggalkan ayahnya yang merasa sangat bersalah.
"Maafkan daddy, seandainya saja daddy punya kekuatan sendari awal. Kau tidak akan kehilangan kembaran mu." batin Rafa sedih.
.
.
.
.
Bersambung
Di Novel yang ini gak aku kasih part diluar nalar, kesannya kurang pas.
Ya gk sih ?
Genrenya tak bikin romantis saja.
-
Ada yang bilang novel ku yang lain tidak bagus😭
Palingan karna ending yang kurang memuaskan. Oke. Mari lebih bersemangat 💪
Serra berjuang untuk mimpinya, dan aku berjuang untuk Novel ini agar memuaskan.
"Salam Hebat Luar Biasa!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Berdo'a saja
bagus kok
2023-04-16
0
Kaspo Kaspo
bagus.. semangat
2022-08-13
0
hilya
alurnya l3bih detail yg di sini kak,lebih bagus jalan ceritanya,udah baik dan menyenangkan.s3mangat terus kak.
2022-04-19
3