Malam ini langit sedang berkompromi sama Serra.
Si bulan sedang murung jadi ia membiarkan awan hitam menutupi sinarnya.
Si bintang juga pasrah saja saat si awan memaksa menutupi gemerlap cahayanya.
Serra mendengus melihat kelakuan para penghuni langit malam ini. Kompak sekali mereka.
Serra kemudian menutup jendela kamarnya dan duduk di depan meja belajarnya.
Serra mengambil secarik kertas dan pulpen. Ia berniat untuk menulis tentang dirinya.
**Namaku Serra.
Aku sudah SMA kelas akhir. Selama hidup aku selalu didukung oleh kakak**.
Serra merobek Kertasnya dan mengambil kertas baru.
.
Serra
◉‿◉
**Kekurangan Ku
-otak dibawah rata-rata
-ceroboh
-gampang di permainkan orang lain
**### Kelebihan Ku
Serra menghentikan tangannya yang hendak menulis. Ia sampai saat ini bingung.
Selama ini ia selalu merepotkan kakaknya tanpa pernah membuatnya bangga.
Serra melangkahkan kakinya pelan menuju kamar kakaknya yang masih menyala.
Serra membuka pelan pintu kakaknya yang sedikit terbuka.
Serra melihat kakaknya sedang menikmati secangkir kopi sambil melihat sebuah kertas yang Serra yakini kalau kertas itu adalah milik pasien yang di tanganinya.
" Kakak." gumamnya pelan.
Serra menutup pintu kembali dengan pelan. Enzo sebenarnya tau kalau tadi adiknya mengintip.
Tapi Enzo mengabaikannya, adiknya pasti punya alasan sendiri melakukannya.
Sebenarnya Enzo tau apa yang sudah terjadi disekolah Serra, namun Enzo tetap bungkam dan tidak mau ikut campur.
Padahal dalam hati ia juga ingin mempunyai adik ipar sejenius Leon.
Didalam kamarnya Serra menangis dalam diam. Ia terisak mengingat nasibnya yang malang.
" Ya tuhan.. Mengapa aku merasa aku hanyalah beban untuk kakakku. Aku tidak punya kelebihan apapun untuk dibanggakan." Serra terisak lebih menyayat hati.
" Apa hanya aku yang merasa menjadi benalu bagi orang lain. Setidaknya aku ingin hidup ku bermanfaat untuk orang lain."
Dada Serra tercekat menahan sesak. Sekarang ia sedang berada dalam fase terpuruk. Untuk menunggu hari esok datang saja ia sangat takut.
Dirinya bisa menebak apa yang akan terjadi esok pagi, apa lagi kalau bukan cemoohan dari ketiga biang kerok sok cantik, Kimi, meta, dan Luna.
Setelah kejadian memalukan tadi sore pasti akan lebih banyak lagi yang menghina dirinya.
Serra meraung dalam tangisnya tanpa suara. Ia tidak bisa menyalahkan siapa saja kecuali dirinya sendiri.
Dia yang terlalu naif menginginkan cinta orang paling keren untuk dirinya yang dianggap lalat pengganggu kehidupan manusia.
🍑🍑🍑🍑🍑
Pagi itu Serra menjalani harinya dengan malas. Seperti biasa, ia kesiangan lagi. Penyebabnya adalah ia sudah menangis semalaman.
Enzo menghela nafasnya kasar saat melihat bengkak di mata adiknya.
" Ayo makan sarapan mu." ucap Enzo.
Serra makan dengan pelan.
" Kau mau pindah sekolah?" tawar si kakak.
Mendengar itu Serra langsung tanggap. Sebenarnya itu bukan masalah besar untuknya. Tapi, apakah ia sanggup hidup tanpa melihat cintanya ?
Tidak !!
Serra tidak akan sanggup, melihat pujaannya tidak masuk sekolah saat olimpiade di luar negeri saja sudah membuatnya rindu berat tidak berdaya.
Bagaimana jika tidak bertemu dalam waktu yang lama.
" Kak, apa yang harus membuat ku pindah sekolah?" ucap Serra pelan.
" Mungkin saja kau menginginkannya." kata Enzo menatap lekat manik mata adiknya yang terlihat banyak beban yang dipikulnya.
" Tidak kak, aku baik-baik saja. Sekolah mana yang mau menerima murid dengan nilai rendah seperti ku. Mungkin hanya SMA TARUNA." kata Serra sedih.
Serra kemudian berangkat sekolah. Seperti biasa, ia akan mencium pipi kakaknya dan melangkah pergi.
.
.
.
Serra mengendap saat akan memasuki sekolah. Namun tetap saja ada yang melihatnya.
" **H*ei, itu bukankah si bodoh yang menyatakan cinta?"
" *D*ia pikir dirinya Cinderella apa, dengan otaknya yang dungu itu ia ingin mendapatkan pangeran tampan."
" *D*engan wajah itu aku yakin dia tidak akan sukses kecuali ia mau menjadi seorang wanita penghibur untuk mendapatkan uang banyak. hahaha*."
Seperti itulah bisik-bisik di sekitarnya.
Serra berjalan tegap menunjukkan wajah temboknya. Ditengah jalan ia berpapasan dengan pujaannya, Leon.
" Kau puas ?" tanya Leon.
Posisi mereka bersebelahan tapi tidak saling tatap. Leon menghadap kelasnya sedangkan Serra sudah sedikit melewatinya, sehingga tidak bisa melihat seperti apa wajah pujaannya itu sekarang.
" Anu..." Serra tidak bisa menjawab karena ia telah melakukan kesalahan besar.
" Kau senang setelah mempermalukan ku kemarin ?" Leon berkata sinis seakan tidak terima dipermalukan.
Serra membalikkan tubuhnya dan berkata "Maafkan aku."
" Kau itu tidak selevel dengan ku. Seharusnya kau sadar diri." ucap Leon kasar kemudian melangkah memasuki kelasnya.
Serra terluka. Ia merasa tidak sepenuhnya salah. Hanya tindakannya yang salah.
" *K*enapa aku bisa jatuh cinta pada pria arogan itu ? tapi, walau sudah dihina kayak gini aku tetap masih mencintainya." gumam Serra.
Serra melangkah gontai kekelasnya. Namun takdirnya tidak pernah baik.
Di perjalanan ia bertemu dengan sekelompok yang suka sekali membullynya.
" Oho, kita lihat ada cewek sok keren disini." ucap meta sambil menjambak rambut Serra.
" Ampun.. apa salahku?" teriak Serra. Rambutnya terasa copot semua.
" Hei kau bocah bodoh. Beraninya kau menggoda Leon, idola seluruh siswa. Seharusnya kamu itu ngaca dulu. Wajah dungu mu itu sangat tidak pantas untuk Leon yang kerennya luar biasa." sarkas Luna.
Luna adalah ketua dari geng itu.
" Sakit... sakit....." Serra merintih saat merasa kepalanya akan menjadi botak.
" Hahaha melihat mu sedang tersiksa kayak gini membuat kami bersemangat untuk menambah rasa sakit mu." ucap Kimi penuh kemenangan.
Serra hanya bisa pasrah. Ia tidak bisa melawan mereka karna kalah adu kekuatan.
Setelah menendang Serra yang sudah tergeletak tidak berdaya mereka menyeretnya kekamar mandi dan menutup pintunya.
" Ayo kita tinggalkan gadis dungu ini." ajak Luna pada anggota nya.
Mereka kemudian berjalan meninggalkan Toilet dengan wajah angkuh mereka.
.
.
.
.
Bel istirahat telah berbunyi.
" Kau tau dimana Serra berada ?" tanya Nacita pada Ara.
" Mana ku tau, aku baru saja pindah kemari dan baru mengenalnya. Seharusnya kau tanyakan pada dirimu sendiri. Kau yang lebih mengenalnya lama." kata Ara.
Mereka kemudian menuju kantin bersama sambil memikirkan kemana temannya pergi.
Saat mereka sedang menikmati makanannya, mereka terganggu sama obrolan teman mereka yang terlihat serius.
" Kabar beredar hari ini katanya ada siswi yang pingsan ditoilet wanita." kata salah satu siswa.
" Ya, katanya pihak BK sedang mencari penyebabnya." kata siswa yang lain.
" Palingan juga hamil diluar nikah tuh." celutuk siswi yang lain.
" Ck kelakuan anak muda jaman sekarang mah gitu. Endingnya repot sendiri kan kalau sudah ada isinya." kata siswi lainya yang disambut gelak tawa oleh mereka.
Sedangkan Ara dan Nacita saling pandang.
Siapakah siswi yang pingsan itu ?
Mereka saling memastikan dan menggeleng. Tidak mungkin teman mereka Serra yang polos melakukan hal yang tidak senonoh itu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Berdo'a saja
hemm asal nyeplos aja
2023-04-16
0
Kaspo Kaspo
bagus.. semangat
2022-08-13
0