_Enyah kau, menjengkelkan saja_
Leon.
.
.
.
Seorang pria gemulai yang diketahui bernama Ara, tidak terima melihat pembullyan itu.
" Hei kalian. Dimana akhlak kalian, huh." kesalnya sambil mengajak Serra berdiri.
" Kau baik-baik saja?" tanya Ara sambil membersihkan kotoran yang menempel di tubuh Serra.
" Tentu saja, aku baik." ucap Serra.
" Apa memang selalu seperti ini yang selalu mereka lakukan ?" tanya Ara lagi.
" Sudahlah, tidak perlu difikirkan. Ayo kita kembali ke kelas." ajak Serra, ia memang sudah biasa menghadapi mereka.
" Kau itu harusnya melawan mereka." kesal Ara.
" Itu hanya membuang waktu ku saja. Lagian mereka memang benar. Aku yang bodoh dan pantas di bully." ucap Serra pasrah.
Kemudian datanglah Nacita diantara mereka.
" Kau baik-baik saja, Serra. Maafkan aku, tadi aku dengar kau baru saja dipermainkan lagi sama mereka. Seandainya saja aku tidak meninggalkan mu tadi, kau pasti akan baik-baik saja." sesal Nacita. Ia masih saja kesal dengan kelakuan buruk teman seangkatannya itu.
Serra hanya menenangkan mereka dengan merangkul kedua pundak mereka.
" Aim okei. Kalian jangan cemas, ya. Aku ini gadis pemberani dan tangguh. Mereka memang bisa menindas ku. Tapi akan aku pastikan kalau aku bisa mengalahkan mereka. So.. emm.. Donet worri ( dont worry.)." ucap Serra dengan penuh percaya diri.
Padahal bahasa Inggris yang diucapkannya sangatlah buruk.
" Kau memang penuh semangat juang Serra. Tapi dalam hal apa kau akan mengalahkan mereka?" tanya Nacita.
Bukan meremehkan, tapi memang kenyataan. Mereka orang-orang pintar. Dan siswi semacam Serra adalah murid terbuang.
Ara juga menilai penampilan Serra dari bawah sampai ke atas. Serra memang dikatakan tidak cantik tapi wajahnya lebih ke imut.
Namun yang bikin dia lebih menyedihkan adalah otaknya yang tidak seberapa itu.
" Tidak bisa, ya." ucap Serra lemas.
" Aku akan menjadi biksu kalau kau bisa menjadi lima puluh teratas tahun ini." kata Ara.
" Aku akan melanjutkan kuliah ku kalau kau berhasil mendapatkan rangking lima puluh." kata Nacita yang juga punya kesulitan belajar.
Serra diam saja dan memilih melangkah meninggalkan mereka.
Di perjalanan ia memikirkan pembicaraan dengan kedua temannya tadi.
Saat tidak sadar sedang melamun, Serra dikagetkan dengan kedatangan seseorang yang baru saja keluar dari pintu kelasnya.
Kelas Serra agak jauh dari kantin membuatnya harus melangkah melewati kelas IPA 1. Kelas favorit disekolah ini.
" Hai." Serra mengangkat tangan kanannya keatas tanpa melambai.
Hanya ia diamkan karna dirinya merasa sangat malu harus berhadapan dengan orang yang disukainya.
Leon hanya menatapnya sekilas dan berjalan tanpa memperdulikannya.
Serra masih saja menatap kepergian pujaan hatinya itu.
Kedua teman Serra yang melihat kejadian itu merasa jengkel dengan sifat arogan cowok itu.
" Ck, dia fikir dia bisa melakukan segalanya. Aku akan mengutuknya agar diberi kesulitan tahun ini. Biar dia kapok." kata Nacita geram.
" Aku akan mendandaninya seperti diriku. Dasar sombong." tambah Ara tidak terima.
Ara sudah memutuskan kalau ia akan menjadi pendukung Serra.
" Ohh.. pangeran yang sangat tampan." celutuk Serra yang mampu membuat para temannya tersedak air liur mereka sendiri.
.
.
.
Sore hari itu ada pertandingan sepak bola antar sekolah.
Leon adalah pemain paling populer di sekolah itu. Permainannya sangat apik dan ia mampu mengecoh lawan dengan terlihat mau memberi umpan tapi nyatanya ia hanya mendribble.
Dengan itu ia menjadi mudah melarikan diri dari lawan yang mengganggu jalannya.
" Leon Leon Leon." teriak para siswi disana.
Duk.....
Leon menendang bola hingga memasuki gawang.
" Yeeeeeeahhhhhh......" teriak penonton kegirangan melihat idola mereka sedang menunjukkan taringnya.
Salah satu dari penonton itu Serra. Serra yang masih membawa tasnya itu melompat senang sambil tersenyum ceria melihat idolanya memenangkan pertandingan.
" Asa! sudah aku duga, Leon yang terbaik. Aku mencintaimu Leon, aku sayang kamu, ayo kita menikah." kata Serra dalam hati.
Setelah menit terakhir pertandingan, para penonton membubarkan dirinya.
Begitu pula dengan Leon yang berniat mau mengganti bajunya.
Serra menghirup udara panjang dan mengeluarkannya berharap rasa gugupnya hilang.
Serra melangkahkan kaki mendatangi dimana Leon berada.
Leon menghentikan langkahnya ketika ada gadis asing yang menghalangi jalannya.
Leon menatap tajam orang yang mengganggunya itu.
" Anu... Aku..." Serra tergagap.
Kata indah yang sudah ia rangkai semalaman lenyap seketika saat dihadapan Leon.
"*T*ampan sekali." pikir Serra sambil menikmati wajah tampan di hadapannya.
" Hei.. hei.." Leon tidak habis fikir dengan orang yang tadi ngajak bicara tapi malah melamun.
Serra tersadar setelah mendengar suara kesal Leon.
" Emm.. Sourry..." sesalnya sok Inggris tapi berantakan.
Leon melipatkan kedua tangannya di depan dada.
Matanya menatap penuh selidik gadis kecil dihadapannya ini.
" Apa mau mu?" sarkas Leon mendelik.
Ia tidak suka ada yang mengganggu ketenangannya.
" Itu.. emm.. Namaku Serra. Aku.. Aku cinta kamu. Maukah kau menjadi pacar ku ?" ucap Serra lantang dengan mata terpejam.
Leon menatap tidak suka pada gadis yang mengganggunya itu.
" Tidak mau." ucap Leon kemudian berlalu pergi meninggalkan tempat itu.
Semua orang yang disana menatap Serra dengan tatapan hina.
Bagaimana bisa gadis sekelas Serra menyatakan cinta pada cowok terpopuler disekolah ini.
Serra langsung down. Bahkan ia tidak mampu melihat kepergian Leon.
" *Dasar cewek tidak tau malu."
" Genit banget tuh orang. Ngga selevel sama Leon sama sekali."
" Tidak tau diri sekali*."
Serra meninggalkan tempat itu dengan terisak antara malu dan sedih.
Seharusnya Leon sedikit memberinya keringanan. Setidaknya ia bisa menolak dengan cara yang halus tanpa melukai perasaannya.
Tapi apa yang terjadi?
Ia tidak hanya menghancurkan perasaan Serra, tapi juga telah merusak mental batin Serra.
Bagaimana cara aku menghadapi dunia besok pagi ?
Leon kala itu melajukan sepeda onthelnya kencang.
Melampiaskan segala kekesalannya hari ini dengan ngebut.
Leon sebenarnya memikirkan kejadian yang baru saja dialaminya itu yang entah mengapa sangat melekat sempurna di otak jeniusnya.
Leon menghentikan laju sepedanya di pinggir danau buatan dan berteriak kencang.
" Aaaakkkkk.."
" Aaahhhhh....."
Sore itu ia berteriak seperti orang gila. Tidak ada yang tau beban seperti apa yang dipikulnya, bahkan ia sendiri pun tidak tau.
Serra melangkah pulang dengan perasaan sedih.
Sekarang ia sudah berada di dalam bus. Ia mengenang setiap menit yang telah ia jalani sampai usia ini.
Kecerobohan Serra sangat merepotkan Enzo, namun kakak semata wayangnya itu masih saja sabar mendidiknya agar bisa menjadi gadis yang baik.
Sejenak Serra merasa sangat tidak berguna karna tidak pernah melakukan hal yang bisa membanggakan kakak tercintanya.
Bus yang di kendarai Serra melewati tempat dimana Leon sedang berteriak seperti orang gila.
Namun tidak ada yang menyadarinya karena mereka disibukkan dengan angan mereka masing-masing.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Berdo'a saja
siapa Leon sebenarnya
2023-04-16
2
Kaspo Kaspo
lanjut kan
2022-08-13
0
Azzura
🤭ngakak🤣
2022-04-23
1