Sesampainya di gedung, Kai terkejut melihat banyak tamu undangan sudah menunggunya. Sementara Jeni terlihat bingung menatap ke arah Kai.
"Kai, kemarilah.." Jeni menarik tangan Kai, lalu ia meminta izin pada kakaknya untuk berbicara empat mata dengan Kai sebelum tunangan di lakukan.
Di dalam ruangan yang berbeda, Jeni berusaha menjelaskan situasi sulit yang ia hadapi.
"Kau sengaja menjebakku bukan?" Tanya Kai menatap Jeni penuh dengan keraguan dengan apa yang di ucapkannya dulu.
"Aku tidak menjebakmu," ungkap Jeni. "Aku tidak menginginkan pertunangan ini, tapi percayalah semua ini aku lakukan demi kau dan Reinz." Jelas Jeni.
Kai terdiam, mencari kesungguhan di kedua bola mata Jeni.
"Pikirkanlah.." ucap Jeni lagi.
Kai mencoba mencerna semua ucapan Jeni. Detik berikutnya ia menganggukkan kepalanya tanda setuju.
"Tapi ingat, aku tidak mencintaimu. Kau dan aku sebatas teman." Kata Kai mengingatkan.
Jeni menganggukkan kepalanya, lalu ia menarik kedua tangan Kai dan menggenggamnya erat. Meyakinkan Kai bahwa semuanya akan baik baik saja. Pertunangan ini satu satu jalan terbaik.
"Percaya dan ikuti kataku, maka akan bertanggung jawab atas dirimu." Sekali lagi Jeni meyakinkan Kai.
"Baiklah.."
Kai akhirnya setuju dan percaya sepenuhnya pada Jeni. Setelah itu, mereka berdua keluar dari ruangan menemui tamu undangan.
Sementara di halaman gedung, Reinz baru saja menepikan mobilnya. Ia bergegas keluar dari dalam mobil hendak menyusul Kai. Namun baru saja beberapa langkah, anak buah Agatha menghadang Reinz.
"Minggir!" Seru Reinz, kedua tangannya mengepal, tatapan matanya tajam.
Namun kedua pria tersebut tidak menggubrisnya. Mereka berdua maju, menerjang tubuh Reinz.
"Bukkk! Bukk!!
Reinz berhasil menepis terjangan kedua pria tersebut, dengan sigap ia balik badan dan melakukan satu putaran kaki kanannya menghantam wajah kedua pria itu hingga tersungkur ke jalan.
"Bukk!!" Pria dari arah belakang memukul punggung Reinz hingga terhuyung ke depan lalu menarik kerah baju dan menghantam perut Reinz dengan lututnya.
"Bukk!"
Darah segar mengalir dari mulut Reinz hingga membasahi leher dan pakaiannya. Reinz mencoba untuk berdiri dengan sempoyongan ia berlari dan menghajar satu persatu anak buah Agatha tanpa ampun.
Satu persatu ambruk, Reinz berlari memasuki gedung dan anak buah Agatha berusaha menghadang namun usahanya sia sia. Reinz mencoba menerobos tamu undangan dan membuat kegaduhan.
Jimi dan Sojin terkejut melihat wajah Reinz babak belur di penuhi noda darah, begitu juga Jeni dan Kai.
"KAIIIII..!!!"
Reinz berteriak memanggil Kai dengan tatapan mata berkaca kaca melihat Kai menyematkan cincin di jari manis Jeni.
"Reinz!" Kai berlari menghampiri Reinz, namun Agatha menghadangnya di bantu salah satu anak buahnya.
Jimi berjalan mendekati Reinz di ikuti Sojin, lalu melirik tajam ke arah Agatha.
"Apakah kau yang melakukan ini semua, kek?" Tanya Jimi.
Agatha hanya diam dengan sorot mata marah ke arah Reinz.
"Kaiii..!!!"
Reinz kembali berteriak, di sertai bulir air mata jatuh membasahi pipinya. Namun tak seorangpun tahu karena air mata itu berubah menjadi warna merah darah.
"Reinz..." ucap Kai lirih.
Reinz menggelengkan kepala berkali kali seraya mengusap darah yang menetes di sudut bibirnya. Hatinya lebih hancur dari pada rasa sakit di tubuhnya. Perlahan Reinz berjalan mundur lalu balik badan menerobos tamu undangan berlari keluar gedung, meninggalkan acara pertunangan sahabat yang sangat ia cintai.
"Aku tidak percaya apapun..apapun.." gumam Reinz dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
bininya mochi
satujuu
2022-04-09
1
Intan Nuraeni
semngt kak
2022-04-09
1
Elisa sundari
lanjut
2022-04-09
0