Bab 15

Jeni berjalan menyusuri pantai. Hembusan angin menerpa wajah cantik, matanya terpejam menikmati sentuhan deburan ombak di kakinya.

Hingga seseorang menghentikan langkahnya. Jeni membuka mata, menoleh ke arah Reinz.

"Jeni!"

Jeni terdiam menatap wajah rampan sekaligus cantik di hadapannya.

"Reinz?" Sapa Jeni tersenyum kecil.

"Terima kasih..." ucap Reinz menundukkan kepalanya sesaat.

Jeni kembali tersenyum menatap wajah Reinz, lalu menggelengkan kepalanya.

"Kau tidak perlu berterima kasih, kita bisa berteman." Jawab Jeni tak lepas memandang keindahan yang Tuhan ciptakan begitu sempurna di hadapannya.

"Selama ini aku berpikir kehidupan sudah tidak adil padaku, mentalku di hajar habis habisan. Pikiranku di penuhi dengan kebencian. Aku membenci kehidupan dan apapun di dunia ini." Ungkap Reinz, matanya berkaca kaca memandang laut di depannya. "Tapi...semenjak aku bertemu dengan Kai, semangat hidupku kembali."

Jeni menghela napas panjang, sesaat menundukkan kepalanya.

"Aku tahu, kau tidak bisa jauh dari Kai. Kau jangan khawatir, tidak akan ada yang mengambil Kai darimu," ucap Jeni.

"Tidak, kau sama sekali tidak memahami perasaanku saat ini." Reinz mengalihkan pandangannya menatap kedua bola mata Jeni.

"Aku mungkin tidak memahami perasaanmu, apa yang terjadi padamu. Tapi setidaknya, aku bisa menjadi pendengar dan penasehat yang baik." Jeni tersenyum lebar memperlihatkan sederetan giginya yang putih bersih.

Reinz menggeleng pelan sambil tersenyum. "Entahlah."

"Kau tidak percaya padaku?" Tanya Jeni.

"Aku mempercayai apa yang aku suka," jawab Kai singkat.

Jeni menelan salivanya, tersenyum tipis , tangannya terulur hendak menyentuh pundak Reinz.

"Reinz!"

Reinz dan Jeni menoleh ke arah Kai yang berlari menghampiri. Ia terlihat lebih ceria dan sudah membaik setelah di rawat beberapa hari.

"Kai.." sapa Jeni.

Namun Kai hanya menatap wajah imut Reinz lalu menarik tangannya dan mengajaknya berlari kecil menyusuri bibir pantai.

Jeni tersenyum mereka tertawa bahagia berlari lari kecil.

"Aku selalu berjuang agar orang menyukaiku dan mau berteman denganku, tapi nyatanya itu sangat menyiksa batinku." Gumam Jeni.

"Sakit bukan?"

Jeni berjengkit kaget mendengar suara wanita di belakangnya. Ia balik badan menatap seorang wanita cantik.

"Kau siapa?" Tanya Jeni.

"Beby!" Beby mengulurkan tangannya.

"Jeni!" Ia membalas jabat tangan Beby lalu menarik tangannya kembali.

"Apakah aku mengenalmu?" tanya Jeni lagi.

"Tidak, tapi sebentar lagi kita akan saling mengenal. Bahkan kita bisa menjadi teman?" Beby tersenyum.

"Melihatnya tertawa, dia seperti bisa ku gapai. Tapi nyatanya, aku sebatas bisa mengaguminya dari jauh." Ungkap Beby. Matanya memperhatikan Reinz dan Kai yang tengah bermain air laut.

"Siapa?" tanya Jeni menoleh ke arah Kai dan Reinz.

Beby tertawa kecil lalu menarik tangannya untuk meninggalkan bibir pantai dan duduk di bangku di bawah pohon dan berbincang bincang.

Sementara kai dan Reinz asik dengan dunianya sendiri tanpa memperdulikan kedua wanita yang tengah berbincang di bawah pohon.

Kai menyiramkan air ke baju Kai seraya tertawa kecil, mengusap wajahnya karena basah oleh air laut.

"Aku dengar pertunanganmu dengan Jeni akan tetap di laksanakan. Apakah kau akan menerima begitu saja perjodohan itu?"

Tiba tiba saja Reinz bertanya serius kepada kai. Kai tertegun menatap wajah Reinz, selama ini mereka tidak pernah berbicara serius selain bercanda.

Kai menundukkan kepalanya sesaat.

"Sudahlah, jangan kau membicarakan tentang itu. Lagipula aku tidak mencintai Jeni. Dia sahabatku dan hanya akan membantuku untuk tetap bisa bersamamu." Jelas Kai.

"Bagaimana perasaanmu terhadapku?" Reinz menatap tajam Kai.

Kai tertawa kecil lalu mencubit pinggang Reinz.

"Tentu saja kau sahabatku, separuh hidupmu ada padamu." Ungkap Kai.

Reinz sama sekali tidak senang dengan jawaban Kai.

"Adik?"

"Hahaha tentu saja!" Sahut Kai tertawa lebar.

"Tapi aku?" Kata kata Reinz terhenti, ia melihat sekelompok pria menggunakan pakaian serba hitam dan memakai penutup wajah tengah berjalan mendekati mereka. Masing masing dari mereka membawa senjata tajam.

"Kai..." Reinz menarik tangan Kai.

Kai menoleh ke arah pandang Reinz. Lalu ia menarik tangan Reinz.

"Lari..." ucap Kai.

Reinz tidak ingin lari, namun Kai memaksa. Akhirnya keduanya berlari ke arah beby dan Jeni. Sementara sekelompok pria tersebut ikut berlari mengejar Kai dan Reinz.

"Lari!!!" Teriak Kai ke arah Jeni dan Beby.

Jeni dan Beby terkejut melihat Kai dan Reinz di kejar sekelompok orang tak di kenal.

"Jeni, kau duluan ambil mobil!" Perintah Beby.

Jeni mengangguk lalu berlari cepat meninggalkan Beby.

"Reinz!!"

Beby berteriak memanggil Reinz lalu ia pun berlari ke arah mereka saat melihat Kai terjatuh.

"Kai!" Seru Reinz lalu membantu Kai supaya berdiri.

"Cepat!" Reinz menggendong tubuh Kai di punggungnya.

"Reinz cepat!" Seru Beby.

Reinz mengangguk lalu mereka berdua berlari menghindari kejaran sekelompok orang.

"Brummmmm!!!"

"Ayo cepat!!" Teriak Jeni dari dalam mobil.

Beby membukakan pintu mobil kemudian ia masuk di ikuti Kai dan Reinz.

"Brummm!

Jeni memutar arah mobil dengan cepat lalu melajukannya dengan kecepatan tinggi. Reinz menoleh ke belakang, melihat sekelompok orang tersebut tertinggal jauh.

"Siapa mereka?" Tanya Kai dadanya terasa sakit, ia mengerang pelan membuat reinz dan Jeni khawatir.

"Kai, kau baik baik saja?" Tanya Jeni.

"Aku tidak apa apa." Jawabnya.

"Aku tidak tahu siapa mereka, tapi aku yakin mereka adalah orang suruhan." Kata Beby.

Reinz dan Kai menoleh ke arah Beby.

"Siapa?" Tanya Reinz.

Beby menggeleng pelan.

"Aku tidak tahu."

Terpopuler

Comments

Dasih Sunarti

Dasih Sunarti

penuh teka teki.. macam dedektif

2022-04-15

1

sefri

sefri

lanjut eum

2022-04-02

2

Dian

Dian

blm up

2022-04-02

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!