Reinz duduk di bangku taman rumahnya. Tatapannya lurus kedepan, hatinya terbakar cemburu melihat Kai dan Jeni tengah berduaan. Ia menundukkan kepalanya, meremas kedua tangannya sendiri seraya memejamkan mata.
"Bagaimana jika aku menjadi seorang yang tidak kuinginkan?" Ucapnya dalam hati.
"Bagaimana jika aku bukan yang kau inginkan?" Ucapnya lirih.
Ia mengangkat wajahnya menatap langit dan menghirup udara sebanyak banyaknya.
"Bagaimana kalau dia meninggalkanku, dan aku harus jatuh lagi."
Reinz pria kekar, wajahnya tampan bahkan bisa di bilang cantik. Tapi hatinya rapuh dan mudah sekali menangis. Itulah sebabnya, Arkanza yang merawatnya sejak bayi tak dapat meninggalkannya lama lama. Reinz selalu membutuhkan Arkanza begitu juga sebaliknya. Reinz adik kesayangannya.
Reinz kembali menundukkan kepala, menutup wajahnya dengan kedua tangan dan terisak. Tanpa ia sadari, Arkanza sudah berdiri di belakangnya dan memperhatikan tanpa ingin mengganggunya.
"Apa yang terjadi denganmu? Mengapa kau seperti ini?" Gumam Arkanza dalam hati. Ia merasa kalau adiknya sudah menyalahi aturan, namun ia belum tahu bagaimana cara menghentikannya.
Diam diam Arkanza melangkahkan kakinya meninggalkan Reinz sendirian di taman. Setelah jauh dari tempat Reinz, Arkanza menghubungi seorang perempuan dan memintanya untuk datang menemani Reinz.
Arkanza duduk di kursi teras rumah menunggu orang tersebut. Tak lama kemudian perempuan itu datang ke rumah menemui Arkanza.
"Beby..." sapa Arkanza lalu berdiri mendekati perempuan yang bernama Beby.
"Di mana Reinz?" Tanya Beby memperhatikan ke dalam rumah.
"Di taman." Kata Arkanza.
Beby menoleh ke arah taman. Nampak Reinz masih duduk di bangku sendirian.
"Kau bisa membantuku?" Tanya Arkanza.
"Kau tidak perlu meminta. Tentu saja akan aku lakukan kak." Jawab Beby.
Arkanza tersenyum mengangguk, menatap wajah Beby. Dulu dia teman bermain Reinz. Namun mereka terpisahkan sejak ayahnya Beby membawanya ke luar negeri. Beby sendiri menyukai Reinz sejak kecil.
"Pergilah, temui dia." Kata Arkanza.
Beby menganggukkan kepalanya, lalu melangkahkan kaki mendekati Reinz.
"Kau melamun!" Beby menepuk bahu Reinz lalu duduk di samping Reinz, salah satu kakinya diangkat ke atas bangku.
Reinz menoleh, menatap tajam Beby. Kedua alisnya bertaut saat mengingat wajah Beby.
"Bukankah kau yang ada di taman waktu itu?" Tanya Reinz.
Beby menganggukkan kepalanya.
"Mau apa kau ke sini? Apakah kau mengikutiku?" Tuduh Reinz.
Beby tersenyum lebar melirik sesaat ke arah Reinz.
"Kau pasti lupa padaku." Kata Beby.
"Apa aku mengenalmu?" Tanya Reinz lagi.
"Kau melupakanku? Apakah kau juga lupa? Sewaktu kecil kau sering membuatku menangis dan meninggalkanku saat aku ingin bermain denganmu?" Jelas beby.
Reinz mengerutkan dahi, mencoba mengingat masa kecilnya dulu. Matanya melebar, ia teringat dengan gadis kecil waktu itu.
"Beby?" Ucap Reinz.
"Ahhh!!" Seru Beby seraya menurunkan kakinya dan menghadap ke arah Reinz lalu menepuk lengan Reinz cukup keras.
"Akhirnya kau mengingatku."
Raut wajah Reinz berubah masam. Lalu ia berdiri dan menarik tangan Beby supaya berdiri.
"Pergi kau dari rumahku. Jangan pernah temui aku lagi!"
Reinz menarik paksa tangan Beby dan melangkahkan kakinya.
"Hey tunggu, aku masih ingin di sini." Tolak Beby.
"Tidak, aku tidak mau kau menemaniku." Reinz mengabaikan keinginan Beby. Ia terus menyeret paksa tangan Beby untuk pergi dari rumahnya.
"Pergi!" Reinz membukakan pintu mobil milik Beby dan memaksanya untuk masuk ke dalam mobil lalu menutup pintu mobilnya lagi.
Beby membuka kaca jendela mobil dan berkata. "Oke aku pulang, tapi besok aku akan kembali lagi!" Beby melambaikan tangannya meski Reinz membuang muka. Kemudian ia menutup kembali kaca jendela dan melajukan mobilnya meninggalkan halaman rumah Reinz.
"Kau tidak berubah Reinz. Selalu kasar padaku, yah memang aku tahu bukan tanpa sebab kau selalu bersikap kasar terhadap perempuan." Gumam Beby.
Sesampainya di halaman rumahnya. Beby menepikan mobilnya lalu ia keluar dari dalam mobil dan bergegas memasuki rumahnya.
"Kau dari mana??"
Beby menoleh ke arah seorang pria tua yang sedang duduk di sofa. Lalu berdiri dan mendekati Beby, putri tunggalnya.
"Reinz bukan?" Ucapnya menatap wajah Beby.
"Pa..aku...?"
"Sudah papa duga." Potongnya.
"Biar aku jelaskan...?"
Pria itu mengangkat telunjuknya lalu diarahkan ke wajah Beby.
"Papa tidak mau mendengar alasanmu. Jauhi Reinz, atau kau akan menyesal." Ancamnya.
"Pa!" Seru Beby.
Namun papanya berlalu begitu saja dari hadapan Beby.
"Papa!" Panggil Beby namun usahanya sia sia. Beby menghempaskan tubuhnya di sofa, menatap punggung papanya hingga hilang dari pandangan matanya.
"Mengapa kau membenci Reinz sejak dulu, apa salah Reinz." Gumam Beby.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Dasih Sunarti
siapa reinz dan ada apa dengan reinz.. kenapa smua seolah2 membenci nya..
masih lama kah flashback tuk mengetahuai kejadian lampau
2022-04-15
2
nurfadilahajah
ceritain masa lalunya Reinz
2022-04-10
1
Merkuriusna silvi
cemburu? 🤔🤔🤔
2022-04-10
0