Bab 12

Reinz sangat gelisah mendengar Kai akan tunangan. Tapi ia tidak mempercayai begitu saja jika Kai sendiri tidak mengatakannya. Dengan kecepatan tinggi, Reinz melajukan mobilnya untuk menemui Kai di rumahnya. Meski ia tahu, nantinya bakal di usir oleh para penjaga rumah Kai.

Namun hari ini adalah hari keberuntungan Reinz. Sesampainya di pintu gerbang rumah Kai. Reinz di izinkan menemui Kai oleh penjaga rumah.

Mobil milik Reinz memasuki pintu gerbang. Lalu ia menepikan mobilnya dan bergegas menemui Kai di dalam rumah.

Langkah Reinz terhenti saat melihat Kai tengah duduk di sofa bersama Jeni. Nampak wanita itu tengah mengusap dada Kai dan membuat Reinz membuang muka lalu balik badan.

Kai yang tengah duduk di sofa bereaksi melihat Reinz melangkah pergi.

"Reinz ah berhenti!"

Reinz menghentikan langkahnya menoleh ke arah Kai.

"Tunggu, biar kuantarkan kau pulang." Kata kai.

"Tidak perlu!" Jawab Reinz lalu melanjutkan langkahnya lagi.

"Reinz!"

Jeni menarik tangan kai dan memintanya untuk duduk kembali.

"Biar aku yang menjelaskannya, kau istirahat saja."

Jeni berlari kecil menyusul Reinz. Namun sayang, mobil milik Reinz sudah meninggalkan halaman rumah. Jeni berlari ke halaman lalu ia masuk ke dalam mobilnya sendiri dan memutuskan untuk menyusul Reinz.

Mobil milik Jeni mengkuti arah mobil Reinz. Tak lama ia menepikan mobilnya di pinggir jalan. Jeni melihat Reinz memasuki taman tempat biasa mereka menenangkan diri.

"Reinz!"

Reinz melirik ke arah Jeni.

"Mengapa kau mengikutiku?" Tanya Reinz sinis.

"Boleh aku bicara denganmu?" Jeni berjalan satu langkah mendekati Reinz.

Namun Reinz berlalu menghindari Jeni.

"Teruslah menghindar!" Seru Jeni kesal.

Langkah Reinz sesaat berhenti, lalu ia kembali melangkahkan kakinya meninggalkan taman.

"Sampai kapan kau terus menghindar!"

Reinz tidak perduli. Ia memilih pergi meninggalkan Jeni di taman dan kembali pulang dengan perasaan kecewa.

Jeni menggelengkan kepalanya, menatap punggung reinz hingga hilang dari pandangan matanya. Entah mengapa hatinya ikut merasakan apa yang Reinz rasakan. Kemudian Jeni duduk di bangku taman, tatapan matanya kosong menatap ke depan. Tak lama ia teringat Kai, akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke rumah. Jeni khawatir dengan kondisinya.

Tak lama Jeni telah sampai di rumah Kai.

"Bagaimana?" Tanya Kai menatap wajah Jeni.

Jeni menundukkan kepala, lalu menggeleng pelan.

"Ah Reinz." Gumam Kai.

***

Sementara di tempat lain.

Jimi tengah memperhatikan seseorang yang tengah duduk di sudut kafe. Jimi berjalan mendekatinya.

"Arkanza?" Sapa Jimi.

Arkanza menoleh ke arah Jimi, ia nampak terlihat tenang dan tidak terkejut sama sekali.

"Arkanza, aku tidak percaya kau ada di sini." Kata Jimi lalu menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Arkanza.

"Apa kabarmu?" Tanya Arkanza menatap Jimi cukup lama.

"Baik." Jawab Jimi. "Aku pikir kau tidak ada di kota ini."

Arkanza tersenyum sekilas.

"Kau mencariku?" Tanya Arkanza, lalu mengalihkan pandangannya ke arah kaca jendela kafe.

Jimi mengangguk, dan tersenyum meski Arkanza tidak melihatnya.

"Kita berteman sudah lama, tentu saja aku mencarimu." Ungkap Jimi.

"Kau pikir sekarang kita sudah tidak berteman lagi?" Tanya Arkanza mengalihkan pandangannya pada Jimi.

"Bukan begitu..." jawab Jimi tersenyum lebar.

"Kau menantangku bertarung?" Canda Arkanza.

"Mungkin itu seru." Jawab Jimi diakhiri tertawa terkekeh.

"Di mana Sojin?" Tanya Arkanza.

"Dia sibuk dengan pekerjaannya. Juga adiknya." Jawab Jimi.

"Adik? Sejak kapan dia punya adik?" Tanya Arkanza heran.

"Sejak persahabatan kita hampir putus, sejak kau menarik diri." Ungkap Jimi seraya menundukkan kepalanya menatap cangkir kopi di hadapannya.

Arkanza menarik napas berat.

"Kapan kita bisa bertemu?" Arkanza kembali melayangkan pertanyaan.

"Sojin terlalu khawatir dengan adik perempuannya. Padahal adiknya sudah dewasa." Jelas Jimi.

"Bukankah sudah kebiasaannya seperti itu?" Arkanza kembali mengingatkan momen kebersamaan dulu.

Jimi menganggukkan kepalanya. Sesekali ia tertawa saat mendengarkan kisah persahabatannya dulu.

"Kau punya adik?" Tanya Jimi.

"Reinz, adikku." Ucap Arkanza menatap tajam Jimi.

"Reinz?" Jimi matanya melebar, membalas tatapan Arkanza.

"Ada masalah?" Tanya Arkanza.

Jimi terdiam cukup lama, ia baru tahu kalau sahabatnya memiliki adik. Selama ia kenal, Arkanza hanya anak tunggal. Yang lebih membuat Jimi terkejut adalah Reinz, anak laki laki yang sangat Kai sayangi.

Terpopuler

Comments

Melati Kim@snackvideo

Melati Kim@snackvideo

next bsqu

2022-04-10

1

Risfa

Risfa

lanjutt maakk

2022-03-29

2

🔵⏤͟͟͞𝐑𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆🔰π¹¹™𒈒⃟ʟʙᴄ❤

🔵⏤͟͟͞𝐑𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆🔰π¹¹™𒈒⃟ʟʙᴄ❤

lnjutt

2022-03-29

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!