Minggu siang.
Kai menemani Reinz ke tempat gym. Sesekali Reinz tersenyum lebar ke arah Kai yang mengabadikan momen Reinz berolahraga. Kekaguman Kai terhadap Reinz bukan hanya karena memiliki wajah yang tampan sekaligus cantik. Namun sikap dan candaan Reinz membuat Kai tidak lagi merasa kesepian.
"Hey buat apa kau melakukan itu?" tanya Reinz menghampiri kai.
"Aku suka apapun yang kau lakukan." Jawab Kai tersenyum.
"Ah..baiklah!" Sahut Reinz seraya menyeka keringat di keningnya menggunakan telapak tangan.
Melihat Reinz berkeringat, Kai mengambilkan tisu lalu membantunya menyeka keringat di wajah Reinz. Setelah selesai ia membuang tisu itu lalu memberikan air mineral dalam botol.
"Terima kasih." Kata Reinz lalu mengambil air mineral di tangan Kai.
"Jangan sungkan, aku sahabatmu." Timpal Kai lalu mengajak Reinz duduk di bangku. Ia mengeluarkan roti dari dalam tas lalu membukanya dan memberikannya pada Reinz.
Sesaat Reinz menatap roti di tangan Kai, lalu menggigit rotinya. Setelah itu Kai ikut menggigit roti itu setelah Reinz. Mereka tertawa dan berbagi roti bersama hingga habis.
"Setelah ini mau kemana?" Tanya Kai menatap wajah Reinz.
"Bagaimana kalau kita makan siang di tempat biasa?" Usul Reinz.
Kai mengangguk cepat, matanya berbinar menatap Reinz. Namun detik berikutnya raut wajah Kai berubah seperti menahan rasa sakit di dadanya.
"Ahh..."
"Kau baik baik saja?" tanya Reinz, tangannya memegang dada Kai dan menatap wajahnya khawatir.
"Aku baik baik saja." Kai kembali tersenyum dan bersikap seperti biasa seolah olah tidak terjadi apa apa.
"Kau yakin?" Tanya Reinz lagi untuk memastikan sahabatnya baik baik saja.
Kai mengangguk cepat, menepuk dada Reinz.
"Ah sudahlah aku baik baik saja, ayo kita pergi."
Kai berdiri di ikuti Reinz. Lalu membantunya membereskan barang milik Reinz ke dalam tas. Setelah itu mereka berdua pergi meninggalkan tempat tersebut.
***
Sementara siang itu Jimi menemui sahabatnya Yojin di sebuah kafe.
"Kau sudah lama menunggu?" Sapa Jimi lalu duduk di kursi.
Yojin mengangguk pelan.
"Aku sudah tahu kau pasti datang terlambat."
Jimi tertawa terkekeh lalu menarik cangkir kopi yang sudah di pesan Yojin untuknya.
"Bagaimana keadaan Kai sekarang? Sudah beberapa hari aku tidak bertemu dengannya." Tanya Sojin, memperhatikan Jimi menyecap kopinya.
"Kai kelihatan baik baik saja, tapi aku sendiri tidak yakin. Sudah satu minggu ia melewati jadwal chek up nya." Jawab Jimi lalu ia letakkan cangkir kopi di atas meja.
"Besok Jeni pulang, aku akan memintanya untuk menemui Kai." Kata Sojin.
"Jeni?" ucap Jimi mengulang.
Sojin mengangguk.
"Benar."
Jimi terdiam sejenak.
"Ide bagus, Jeni bisa berteman dengan Kai. Selain itu, Jeni bisa membantu pengobatan Kai." Kata Jimi, mengingat Kai sering merasa kesepian, mungkin dengan kehadiran Jeni bisa membuat Kai tidak merasa sepi lagi.
"Bagaimana dengan kakek dan ayahmu? Kapan mereka kembali?" tanya Sojin.
"Aku sendiri tidak tahu. Kau tahu sendiri bukan? Kesibukan mereka?" jawab Jimi.
Sojin mengangguk anggukkan kepalanya.
"Bukankah kau juga sama?"
Jimi tertawa lebar, menepuk bahu Sojin pelan. "Aku juga mau pensiun dini, tapi rasanya sulit."
"Aku tahu kau sangat menyayangi Kai, kurasa kau sudah menjadi kakak yang baik untuknya." Timpal sojin.
"Entahlah.."
Jimi menundukkan kepalanya, ia merasa belum bisa menjadi kakak yang baik. Kai selalu mengeluh setiap kali Jimi melewati waktu yang seharusnya di habiskan bersama Kai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Riskah ndut
masih nyimak
2022-04-13
1
Melati Kim@snackvideo
yup lanjut
2022-04-10
1
Merkuriusna silvi
lanjut
2022-04-10
0