BROMANCE

BROMANCE

Bab 1

Sebuah mobil mewah berwarna hitam meluncur dari arah jalan raya memasuki gerbang sebuah Universitas terkenal di kota Hongkong.

Seorang pria muda berkulit putih pucat seperti pangsit rebus keluar dari dalam mobil. Sesaat ia menghela napas panjang menatap lurus ke depan, lalu ia balik badan mengambil tas di dalam mobil kemudian menutup pintu mobilnya.

"Hari yang membosankan." Gumamnya seraya melangkahkan kakinya.

Tanpa pria itu sadari, seseorang memperhatikannya dari jarak yang cukup jauh dan mengikuti langkah pria itu hingga memasuki sebuah ruangan. Kemudian ia duduk di kursi dan meletakkan tas nya di atas meja. Sesaat pria itu terdiam sejenak menatap tas miliknya lalu mengeluarkan alat alat lukisnya dari dalam tas.

Sementara seseorang yang memperhatikannya dari luar ruangan terus menatap pria itu dan memperhatikannya melukis. Sesekali ia tersenyum lebar hingga ia terkejut karena pria itu menoleh ke arah kaca jendela lalu ia bersembunyi supaya tidak di ketahui.

Sementara pria yang ada di dalam ruangan menghentikan aktifitasnya saat menyadari ada seseorang yang memperhatikan dan mengikutinya sejak tadi. Ia memasukkan kembali alat alat lukisnya lalu beranjak dari kursi. Melangkahkan kakinya keluar dari ruangan.

Di depan pintu ruangan langkahnya terhenti menoleh ke arah kiri, nampak seseorang tengah berjalan terburu buru menjauh dari kaca jendela.

"Dia siapa?" Tanyanya dalam hati, lalu ia melangkahkan kakinya menyusul orang tersebut.

"Tunggu!" Pria itu menarik bahu orang yang mengikutinya hingga mundur kebelakang. Sesaat pria terdiam menatap kagum wajah orang yang mengikutinya.

Ternyata orang yang mengikutinya seorang pria seusia dengannya, namun yang membuatnya kagum adalah pria tersebut memiliki wajah yang sangat tampan sekaligus cantik.

"Kau siapa?" tanyanya.

"Ahh, aku Reinz." Jawab pria itu seraya mengulurkan tangannya dan tersenyum ramah.

"Kai." Pria tersebut menyebutkan namanya lalu membalas jabat tangan Reinz.

"Mengapa kau mengikutiku?" Tanya Kai.

"Ah itu, aku lihat kau suka melukis. Dan aku juga suka melukis." Jawab Reinz, mengusap tengkuknya sesaat.

"Bisakah kita berteman?" tanya Kai lagi.

Reinz mengangguk cepat.

"Terima kasih!" Kai merangkul bahu Reinz lalu mereka berdua melangkahkan kakinya berjalan bersama menjauh dari ruangan dan di sela sela langkahnya mereka berbagi cerita tentang hobinya yang sama.

***

Jam kuliah telah selesai.

Kai menawarkan diri untuk mengantarkannya pulang. Reinz pun tak keberatan di antar pulang Kai.

"Kai, bagaimana kalau kau makan siang di rumahku?" Tawar Reinz seraya menoleh ke arah Reinz yang menyetir mobil.

"Boleh!" Seru Kai.

"Kalau begitu, antarkan aku membeli bahan yang di perlukan untuk makan siang." Kata Reinz.

Kai mengangguk cepat tanpa menoleh ke arah Rein. Tak lama kemudian mereka telah sampai di halaman rumah Reinz. Kai menepikan mobilnya lalu mereka keluar dari dalam mobil.

"Kai, ini rumahku." Kata Reinz seraya merangkul bahunya, mereka berdua berjalan bersama memasuki rumah, langsung menuju dapur.

Reinz mempersiapkan bahan bahan yang akan di masak untuk makan siang. Sementara Kai duduk di kursi sambil memperhatikan Reinz.

"Kau pasti haus, minumlah!" Reinz menyodorkan segelas minuman segar di atas meja.

"Kau tinggal sama siapa?" tanya Kai menatap wajah Reinz.

Reinz sejenak menatap wajah Kai lalu menghela napas panjang.

"Kalau kau tidak mau mengatakannya, tidak perlu Rein." Kai tersenyum tipis lalu mengangkat gelas minuman segar.

"Aku tinggal bersama kakak laki lakiku, tapi dia terlalu sibuk. Aku sering di tinggal sendirian." Jawab Reinz sambil mengupas bawang.

Kai menganggukkan kepala, ternyata Reinz tidak jauh beda dengan diriny. Kedua kakaknya sibuk dengan pekerjaannya. Sementara ayah dan kakeknya jarang sekali pulang.

Kai mengangguk anggukkan kepalanya lalu menepuk lengan Reinz.

"Kita bisa menjadi teman."

Reinz melirik sesaat ke arah Kai yang duduk di sampingnya lalu tersenyum lebar.

"Tentu Kai!"

Kai meletakkan gelas minumannya lalu berdiri. Ia membantu Reinz memasak. Di sela sela masak, Reinz tak berhenti bercanda. Membuat Kai betah berlama lama dan tak ingin waktu cepat berlalu.

Satu jam berlalu mereka berdua selesai memasak. Lalu makan bersama menikmati hasil masakannya di selingi canda tawa. Hanya dalam hitungan menit, kehangatan diantara mereka berdua tercipta. Kai mengagumi ketampanan wajah Reinz, sementara Reinz merasa nyaman berada di dekat Kai seperti hangatnya kasih sayang yang di berikan kakaknya selama ini.

Terpopuler

Comments

umi salma😍😍😍

umi salma😍😍😍

😊😊😊😊

2022-04-10

0

Melati Kim@snackvideo

Melati Kim@snackvideo

hadir

2022-04-10

0

NUNA V

NUNA V

Hadir kak

2022-04-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!